Nampak seorang siswa tiba di rumah setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran di sekolah barunya. Begitu sampai dia langsung disambut oleh asisten rumah tangga Keluarga Hamda, yaitu Bibi Yasmin. "Nak Daniel sudah pulang?" laki-laki tadi nampak tersenyum senang karena kedatangannya disambut oleh seseorang, "Iya bi."
"Bibi sudah siapkan menu untuk makan malam nanti jika kamu ingin makan." ucap Bi Yasmin.
"Wah terima kasih bi. Iya nanti aku akan makan setelah mandi lebih dulu!" Daniel langsung melangkah menuju kamarnya di lantai dua.
Nama lengkapnya adalah Daniel Hamdan dan biasa dipanggil dengan Daniel atau Niel. Dia adalah putra tunggal dari pasangan suami-istri Akhtar Hamdaru dengan almarhum Danita. Ibunya meninggal belum lama ini, kira-kira enam bulan yang lalu akibat penyakit lambung yang diderita beliau semakin parah hingga merenggut nyawa. Setelah sang ibu meninggal, Daniel hidup bersama dengan ayahnya.
Sebelumnya mereka tinggal di Bandung, namun sekarang pindah ke ibu kota. Selain karena urusan bisnis sang ayah, kepindahan mereka juga dikarenakan ayahnya hendak menikah lagi dan berencana hidup bersama calon mempelai wanita di kota ini. Awalnya Daniel menolak untuk ikut pindah. Ia pun sempat memiliki niatan untuk hidup sendiri di Bandung tanpa pengawasan sang ayah, tetapi karena ada suatu hal yang membuatnya tidak ingin lagi berada di Bandung, maka dia tidak ada pilihan lain selain ikut pada rencana awal keluarga.
Sebenarnya Daniel tidak setuju jika Pak Akhtar menikah lagi dalam waktu dekat karena belum lama ini ibunya wafat. Daniel juga sempat menyampaikan pendapat bahwa ia menentang pernikahan itu, namun Pak Akhtar sama sekali tidak memperdulikan keinginan putranya. Beliau masih tetap akan melanjutkan rencana untuk menikah dengan wanita pilihannya sebagai pengganti almarhum Bu Danita. Beliau juga beralasan bahwa Daniel juga memerlukan sosok ibu baru di kehidupannya.
Karena perbedaan pendapat itulah hubungan ayah dan anak itu semakin renggang. Meski hidup dalam satu atap pun mereka tidak saling mengobrol atau bahkan menyapa dan lebih terbiasa bersikap acuh satu sama lain. Terkadang Daniel lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk bercerita bersama Bi Yasmin. Meski status beliau sebagai asisten rumah tangga, Daniel tidak mempermasalahkan hal itu. Ia malah lebih nyaman untuk menyampaikan segala keluh kesahnya kepada Bi Yasmin ketimbang dengan Pak Akhtar. Sikap beliau yang sangat keibuan membuat Yasmin merasa bahwa Bi Yasmin adalah sosok yang dikirim Tuhan sebagai pengganti almarhum ibunya.
Saat tiba di kamar, Daniel langsung melempar tas ranselnya ke ranjang. Kemudian ia membuka tiga kancing teratas seragam yang dikenakan sembari mengibaskannya supaya ada aliran udara yang masuk ke celah seragam dan membuatnya terasa sejuk. Sepertinya Daniel harus mengeringkan seluruh keringat di tubuh sebelum mandi.
Suasana kamar semakin gelap karena waktu sore menjelang malam terus berjalan. Daniel bergegas menyalakan lampu supaya ada cahaya yang menyinari ruangan kamar. Saat suasana terang ia dapat melihat dengan jelas sebuah foto yang ia letakkan di meja lampu tidur samping ranjang. Sebelum tidur, Daniel terbiasa memandangi wajah gadis dalam foto sampai puas atau bahkan memeluk foto itu untuk menemaninya tidur malam.
Daniel duduk di tepi ranjang sebelah kiri, lalu mengambil foto itu untuk dilihatnya kembali. Tiada bosan setiap hari ia memandangi foto itu. Karena di dalamnya terukir wajah seorang gadis cantik berambut hitam panjang tanpa poni yang mengenakan gaun merah muda nan cantik. Gadis dalam foto itu nampak tersenyum indah nan menggemaskan sehingga sering kali Daniel senyum-senyum sendiri saat memandang foto itu sendirian.
"Ella... Kamu cantik sekali!" ucap Daniel lirih sembari tersipu malu ketika menyebut nama gadis yang ia lihat meski hanya dalam bentuk ukiran tinta di atas polaroid. Ella adalah sahabat Daniel saat masih di Bandung. Hubungan mereka berdua sangat dekat sehingga banyak yang mengira bahwa hubungan mereka lebih jauh dari sekedar pertemanan. Namun sayang gadis yang biasa di panggil dengan nama Ella itu telah meninggal. Sehingga Daniel hanya dapat mengenangnya dalam bentuk foto tersebut.
Hari demi hari Daniel sangat terbiasa menghabiskan waktu bersama Ella. Rasa nyaman yang tercipta di antara mereka membuat Daniel berniat memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya suatu hari nanti. Tapi siapa sangka sebelum kesempatan itu tiba, sang gadis telah kembali ke sisi Tuhan meninggalkan Daniel yang masih di dunia. Setelah kepergian Ella hari-hari Daniel terasa begitu berat.
Sudah dua kali dalam hidupnya, Daniel kehilangan sosok wanita yang sangat berharga. Pertama adalah kehilangan sosok seorang ibu dan yang kedua kehilangan seorang sahabat sekaligus perempuan yang ia sukai. Apalagi kepergian mereka terjadi dalam waktu yang tidak berselang lama. Meski terasa berat bagaimanapun juga Daniel masih harus melanjutkan hidupnya. Bersedih terlalu larut juga tiada guna. Jadi lebih baik menjalani hari esok seolah tidak terjadi apa-apa. Daniel pun bersedia ikut sang ayah pindah ke ibu kota, yah karena tidak mau lagi mengenang kesedihannya akibat ditinggal kedua wanita tadi.
Melihat foto Ella membuat Daniel teringat dengan seorang gadis yang ia tolong tadi pagi saat hampir jatuh dari tangga. Secara fisik keduanya terlihat begitu mirip. Bahkan saat mencoba mencari perbedaannya pun sangat sulit untuk ditemukan. Mustahil jika Ella hidup kembali dan berada di kota yang sama dengannya sekarang. Dan jika gadis tadi adalah Ella bagaimana bisa dia tidak mengenali Daniel? Hal ini masih saja mengganggu pikirannya.
"Ella mungkinkah kau hidup kembali?" pikiran Daniel mulai berhalusinasi. "Tapi siapa gadis tadi? Namanya saja aku juga belum tahu." rupanya ia pun belum tahu betul mengenai gadis yang ditemuinya. Maka dari itu dia belum berani bertindak seolah sok kenal dengan gadis tadi apalagi dia adalah siswa baru di sana. Mungkin saja mereka hanya terlihat mirip secara fisik.
Tetapi masih ada hal lain yang terasa aneh. Saat bertemu dengan gadis itu rasa-rasanya ia seperti bertemu langsung dengan Ella yang asli. "Sebenarnya siapa dia?" Daniel nampak begitu penasaran. "Apa besok sebaiknya aku berkenalan dengannya? Akh... Tapi nanti aku malah dikira laki-laki playboy yang sok kenal mau deketin dia! Gimana kalau dia berpikiran seperti itu?" Daniel sangat bingung dalam menemukan solusi agar dia dapat mengenal siapa identitas gadis tadi sekaligus memastikannya. Semakin dipikir semakin membuat kepalanya pusing.
"Aduh bisa gila aku!" ia mulai mengacak-acak rambutnya karena tidak menemukan jawaban atas pemecahan masalah yang masih dipikirkan dan lebih tepatnya malah berujung pada jalan buntu.
Daniel pun merebahkan diri di atas ranjang dalam posisi terlentang. "Huuffft..." ia menghembuskan napas panjang sembari merilekskan pikiran. Namun masih saja berbagai hal muncul di kepala dan semakin tak terkendali. Ia pun segera bangkit lalu mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi. Sepertinya selain pikiran yang jernih dia juga butuh badan yang kembali segar. Mungkin setelah mandi ia baru akan pikirkan lagi hal itu nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments