Perlahan kesadaran Isya mulai kembali. Setelah berhasil membuka mata, ia melihat sosok Haikal yang tengah menunggu di sampingnya. "Isya kamu sudah sadar?" tanya Haikal begitu melihat Isya kembali siuman.
Isya bergegas bangun dalam posisi duduk di atas ranjang pasien. "Aku ada di mana?" ucapnya sembari memegangi kepala yang masih terasa agak berat.
"Kamu ada di rumah sakit. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Haikal khawatir.
"Rumah sakit?" saat melihat sekeliling dengan matanya sendiri ternyata benar kondisi di sekitar nampak seperti ruangan pasien rumah sakit. "Kenapa aku bisa ada di sini?" Isya tidak ingat apa yang sebelumnya terjadi pada dirinya.
"Tadi kamu pingsan saat di toilet. Apa kamu tidak ingat?"
Isya menggeleng sembari mengernyitkan dahi sebagai respon atas pertanyaan Haikal. Saat melihat ke dinding, Isya mendapati sebuah jam terpasang di sana yang menunjukkan kalau sekarang ini menunjukkan pukul 1 siang. "Kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu seharusnya ada di sekolah? Jam sekolah kan belum berakhir!"
"Ah, nggak masalah kok! Tadi aku sudah izin meninggalkan pelajaran untuk menemanimu di sini. Lagipula tadi ayahmu juga kemari namun karena ada urusan penting di kantor, beliau tidak bisa berlama-lama dan memintaku untuk menunggu sekaligus mengantarmu pulang." jelas Haikal.
"Aduh maaf ya, gara-gara aku kamu jadi repot." Isya merasa tidak enak jika sampai merepotkan orang lain.
"Nggak apa-apa kok santai saja!" jawab Haikal dengan senyum.
"Kondisimu sudah baikan kan?" tanya Haikal. Isya mengangguk pelan. "Mau segera pulang atau menginap di sini semalam?" Haikal kembali bertanya.
"Langsung pulang saja! Lagipula nggak nyaman juga berlama-lama di sini." jawab Isya.
"Oke kalau begitu aku akan keluar ambil obatnya dulu setelah itu baru kita bisa pulang." Haikal bangkit dari duduk guna pergi sejenak untuk mengambilkan obat Isya.
"Terima kasih." Isya merasa lega dan tenang saat ada Haikal yang mengurusnya dengan penuh kelembutan.
***
Selesai mengambil obat, kini saatnya mereka berdua pergi meninggalkan rumah sakit dan langsung pulang. Untuk biaya administrasi rumah sakit sebelumnya sudah dibayar oleh Pak Zain. Mereka berdua pulang dengan menaiki mobil Haikal yang dikendarai oleh supir pribadinya.
Butuh waktu 45 menit untuk sampai di rumah Isya. Sepanjang perjalanan pun Isya sengaja tidur karena kepalanya masih terasa pusing. Begitu sampai, Haikal membangunkan Isya dengan menepuk ringan pundak sebelah kiri gadis itu. "Sya ayo bangun! Kita sudah sampai di rumahmu nih!" ucap Haikal lirih.
Isya terbangun oleh suara lembut Haikal yang masuk melewati telinganya. Dengan kondisi masih malas ia membuka mata dan menguap sembari mengumpulkan kesadaran. "Sudah sampai ya?" tanya Isya sembari menggaruk kepala meski tidak terasa gatal.
"Iya kita barusan sudah sampai nih!" jawab Haikal. Lalu, dia mengajaknya untuk keluar mobil. "Dah yuk keluar supaya kamu bisa langsung istirahat di rumah!" Ista pun menuruti perintah pacarnya itu.
Tangan kiri Haikal memanggul sebuah tas merah milik Isya di pundak, lalu tangan satunya lagi menggenggam tangan kiri gadis itu dan menuntunnya masuk menuju rumah sang gadis. Belum sempat memencet bel di pintu masuk, tiba-tiba pintunya sudah dibuka oleh Bu Alissa dari dalam.
Bu Alissa sangat senang melihat kedatangan putrinya bersama dengan seorang laki-laki yang sudah beliau anggap sebagai anak sendiri. "Auh, Sya... kamu sudah pulang nak?" beliau langsung memeluk sang putri tercinta dengan erat begitu melihatnya. Sembari mengelus lembut rambut Isya beliau bertanya, "Kamu nggak apa-apa kan? Ibu dengar tadi kamu sempat pingsan di toilet dan dibawa ke rumah sakit?"
Dalam dekapan hangat itu Isya menjawab, "Iya bu tadi kepalaku pusing dan tiba-tiba pingsan begitu saja. Tapi tenang, sekarang aku sudah merasa baikan kok!"
Bu Alissa melepas pelukan itu untuk dapat melihat kembali wajah putrinya dengan jelas. "Lain kali kamu lebih hati-hati ya! Kalau semisal masih sakit besok kamu bisa istirahat dulu di rumah!" beliau nampak sangat khawatir jika terjadi sesuatu terhadap putri semata wayangnya di luar rumah. Ditambah lagi kondisi Isya sekarang yang belum sembuh total semakin membuat batin beliau merasa was-was.
"Paling dengan istirahat semalam dan minum obat besok aku sudah baikan kok bu! Santai saja nggak perlu terlalu panik seperti itu!" ucap Isya sembari tersenyum lembut.
"Baiklah, nanti istirahatlah dengan maksimal!"
Isya menuruti saran Bu Alissa dengan kode sebuah anggukan mantap. Selesai menanyakan kondisi putrinya, sekarang Bu Alissa beralih ke seseorang yang berdiri di samping Isya. Beliau merasa sangat terbantu dengan kehadiran Haikal di sekitar putrinya. "Nak Haikal terima kasih sekali keberadaanmu sangat membantu kami dalam menjaga Isya."
"Iya sama-sama. Saya juga merasa senang bisa melakukan hal itu." ucap Haikal sembari tersenyum ikhlas.
Merasa tidak enak, Bu Alissa menawarkan suatu hal kepada Haikal untuk membalas jasanya. "Sepertinya rasa terima kasih saja tidak cukup untuk membalas kebaikanmu. Apa kamu mau mampir sejenak sambil makan camilan?"
Karena masih ada hal yang perlu dilakukan, Haikal menolak tawaran Bu Alissa dengan sopan. "Oh tidak perlu repot-repot bu! Setelah ini saya masih ada les privat jadi saya harus segera pergi!"
"Oh, begitukah?"
"Iya bu. Lagipula Isya harus banyak istirahat setelah ini. Jika saya masih tetap di sini bisa saja itu malah mengganggu istirahat Isya." jelas Haikal yang sangat paham dengan Isya ketika merasa tidak enak badan akan marah jika ada yang mengganggu waktu istirahatnya.
"Oh nggak ganggu kok! Kamu bisa ngobrol sama ibu. Dah lama juga loh kita nggak ngobrol. Banyak hal yang ingin ibu tahu tentang dirimu, calon menantuku!"
Kata-kata Bu Alissa barusan berhasil membuat Isya dan Haikal agak canggung serta malu-malu kucing untuk membahas hal itu. Sampai sekarang hubungan mereka masih sebatas pacaran dan belum berpikir terlalu jauh untuk menjalin hubungan sampai ke jenjang pernikahan. Meski begitu dari dulu orang tua dari kedua belah pihak telah memberi lampu hijau atas hubungan mereka berdua.
Haikal semakin canggung untuk berlama-lama berdiri di sana, lalu ia pamit undur diri. "Ya sudah bu saya pamit pergi dulu!"
"Iya, hati-hati ya di jalan!"
"Baik bu." sebelum pergi Haikal menyempatkan diri berpesan suatu hal kepada pacarnya, "Cepat sembuh ya Sya!" ucapnya sembari menepuk ringan pundak Isya di sebelah kiri. Kemudian Isya mengangguk pelan sembari melihat ke arah Haikal, "Umh..."
Selesai berpamitan, Haikal dapat melangkah pergi dengan tenang. Saat mobil mulai melaju, ia menurunkan kaca jendela agar terlihat saat memberi lambaian perpisahan untuk perjumpaan di hari ini.
Setelah mobil tadi kian melaju jauh, Bu Alissa mengajak putrinya ke dalam rumah. "Sudah yuk kita masuk!" Bu Alissa menuntun Isya untuk masuk lalu mengunci pintu depan. "Habis mandi pakai air hangat langsung makan terus minum obat, baru setelah itu pergi tidur ya!"
Tidak ada pilihan lain Isya menuruti nasehat ibunya, "Iya bu." ia merasa sangat senang dengan orang-orang di sekitar yang sangat peduli terhadapnya.
Melupakan beberapa hal di kehidupan sebelumnya bukanlah masalah besar karena banyak orang yang siap untuk membantu dia dalam mengatasi semua ini. Semua kondisi kehidupan yang Isya dapat kali ini benar-benar terasa seperti lingkungan hidup yang sempurna. Mulai dari kedua orang tua yang sangat menyayanginya, keluarga harmonis, kehidupan serba mewah, sekolah bagus, dan memiliki banyak teman baik. Yang paling menggembirakan adalah memiliki seorang pacar berparas tampan dan kepribadiannya pun bak malaikat. Semua ini lebih dari cukup dan Isya sangat bersyukur bisa memilikinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments