Sudah hampir dua minggu berlalu semenjak kejadian nekat Kinan mencium Ardi malam itu.
Dan sekarang Ardi selalu menghindari Kinan, bahkan tak pernah membalas pesan ataupun menjawab panggilan telepon gadis itu. Dan sudah beberapa hari ini, Ardi malah memblokir nomornya.
Beberapa kali Kinan mendatangi kantor Ardi, namun lelaki itu tak pernah bisa dia temui. Saat Kinan pergi ke rumahnya pun, rumah itu terlihat sepi bagai tak berpenghuni.
"Sampai kapan kamu mau seperti ini, Kinan?" tanya Leni kesal melihat Kinan yang menatap ponselnya dengan tatapan sedih.
"Apanya?" tanya Kinan dengan memasang wajah polosnya.
"Ya kamu, sampai kapan kamu mau seperti ini? Please, Kinan. Aku aja kesel lihat kamu kayak begini. Cinta boleh tapi bego jangan." kata Leni sambil menyeruput kopi latte nya.
"Kamu nggak tau rasanya, Len. Aku juga nggak mau begini. Tapi bagaimana caranya, Len? Aku udah usaha buat melupakan dia tapi nggak bisa, Len." kata Kinan lirih.
"Iya, usaha kamu melupakan dia cukup unik. Memandangi foto lelaki itu terus. Ganti wallpaper kamu, Kinan." kata Leni menunjuk ponsel Kinan yang masih memasang foto Ardi di wallpaper ponselnya.
"Nanti aja, tunggu setelah aku memastikan sesuatu dulu." kata Kinan.
"Mau apalagi sih? Dengar ya Kinan, nggak semua laki-laki suka dengan perempuan yang suka mengejar-ngejar seperti kamu. Dan Ardi salah satunya, dia selama ini baik sama kamu karena kamu itu anak tiri sepupunya." kata Leni yang semakin kesal.
Kinan hanya diam saja mendengar omelan temannya ini. Bukannya dia tak mau melupakan Ardi, tapi dia tak bisa. Kesan Ardi yang selalu bersikap baik padanya membuat Kinan luluh walaupun sekarang Ardi bertindak sebaliknya.
Lena menghela nafasnya dengan keras. Dia menatap prihatin, temannya yang memang sudah bucin akut dan tak bisa terselamatkan lagi.
Leni menggeser gelas latte nya lalu menggenggam tangan Kinan yang berada di atas meja.
"Kali cobalah dengan serius untuk membuka hati dengan lelaki baik lainnya. Rafa akan datang lusa bersama Bian, aku berniat mengenalkan kalian." kata Leni yang lagi-lagi berusaha menjodohkannya dengan sepupu suaminya itu.
"Ini tak akan berhasil, Len. Aku tak mau lagi ada laki-laki yang tersakiti karena aku tak bisa membalas perasaannya." kata Kinan dengan wajah sendunya.
Dia sudah pernah mencoba berpacaran dengan lelaki lain selama dia di Jepang. Namun, tetap saja dia tak bisa melupakan Ardi dan hubungannya dengan pacar-pacarnya tak pernah berkembang dan berujung perpisahan.
"Cobalah kali ini dulu, Bian baik. Dia tak pernah macam-macam dan aku yakin kamu akan cocok dengannya. Mau, ya?" tawar Leni dengan setengah memaksa.
Kinan berpikir sejenak, lalu mengangguk. Tidak ada salahnya berkenalan dengan orang baru. Lagipula di juga sudah bosan dengan keadaan menyedihkannya ini.
Siang itu, mereka pun kembali ke ruangan poli mereka masing-masing. Baik Kinan maupun Leni memiliki jadwal khusus di rumah sakit ini.
Ketika hendak ke poli, Kinan melupakan stetoskop yang tertinggal di kantin.
"Len, aku mau balik ke kantin dulu, stetoskop aku ketinggalan di sana." kata Kinan.
"Kamu itu ada-ada aja. Ya udah, aku duluan ke poli ya." kata Leni.
Kinan mengangguk mereka pun berpisah, Leni ke poli kandungan sedangkan Kinan kembali ke kantin.
Tadi dia memang belum sempat ke ruangannya saat bertemu Leni dan mengajaknya makan siang karena dia sudah sangat kelaparan.
Setelah mengambil stetoskopnya yang sudah diamankan oleh ibu kantin, Kinan pun segera berjalan menuju poli anak. Dia sangat terburu-buru karena sudah masuk jam prakteknya.
Namun di pertengahan jalan, dia melihat wanita yang dikenalnya sedang berjalan dengan terburu-buru menuju ruang yang paling ujung.
"Ngapain si Winny the Pooh itu ke poli kandungan?" tanya Kinan heran.
"Dokter, udah bisa mulai prakteknya?" tanya suster Nadia yang menghampirinya.
Kinan melihat ke arah suster yang biasa bersamanya lalu melirik ke arah bangku panjang dimana ada beberapa pasien yang menunggu.
"Boleh, ayo kita mulai." kata Kinan sambil tersenyum pada para orang tua yang membawa anak-anak mereka untuk berobat.
Kinan pun memakai masker juga jas putihnya yang tersampir di tangannya.
"Oke, aku siap... aku siap..." kata Kinan pada suster Nadia yang terkekeh mendengar ucapan khas Kinan kalau mau memulai praktek.
Sebelum pasien pertama masuk, jari lincah Kinan mengetikkan sesuatu kepada Leni.
Dia harus mencari tau kepentingan kekasih Ardi itu mendatangi dokter kandungan. Biarlah dia dianggap kepo, tapi jika berurusan dengan Ardi, Kinan bahkan bisa melakukan hal-hal gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Al Fatih
boleh bucin,, tapi harus tetap logis dan berkelas yaa kinan
2024-07-02
0
Susi Akbarini
apakah si Pooh hamil anak Reza???
😀😀😀❤❤❤❤
2024-07-02
1