"Mas Ardi!!"
Kinanti berjalan setengah berlari menghampiri seorang laki-laki yang terlihat berdiri di depan lobi sebuah kantor sambil menenteng sebuah tas di tangannya.
Ardi terlihat sangat tampan dengan kemeja biru muda yang dipadukan dengan celana hitam.
"Mas, nungguin aku?" tanya Kinan dengan wajah berbinar-binar.
Sementara Ardi terlihat memberengut saat melihat gadis yang tadi menghubunginya dan mengatakan akan datang ke kantornya dengan membawa makan siang buatannya.
"Aku sengaja tungguin kamu supaya kamu nggak bikin rusuh. Ngapain sih, kamu pakai acara ke sini? Bikin susah saja." kata Ardi yang terlihat terganggu dengan kedatangan Kinanti.
"Oh, ini aku tadi masak sambal ampela kesukaan mas Ardi." kata Kinanti sambil menyerahkan tas kecil berisi kotak makanan.
"Ya udah, aku sudah menerimanya. Kamu balik sana, bukannya ke rumah sakit malah ke sini. Papa kamu itu udah mahal-mahal sekolahkan kamu ke Jepang buat jadi dokter jadi jangan main-main lagi. Hentikan sikap kekanakan mu itu." ucapan Ardi yang ketus seperti biasanya namun tetap saja terselip omelan yang selalu dianggap Kinan sebagai 'perhatian kecil' dari Ardi.
"Tapi kata papa, kebahagiaanku adalah nomor satu. Dan aku bahagia kalau bersama kamu, mas." kata Kinan sambil mengedipkan matanya pada lelaki yang merupakan adik sepupu mamanya.
"Mas Adi terlalu memanjakan kamu, jadinya kamu nggak pernah berpikir dewasa. Dan ingat ubah panggilan kamu, aku itu om kamu bukannya mas mu." kata Ardi ketus.
"Ardi!!" wanita yang bernama Winny memanggilnya.
Dia pun berjalan menghampiri mereka sambil tersenyum pada Ardi dan dibalas oleh Ardi dengan lambaian tangan serta senyum yang terukir di bibir tegas lelaki itu.
'Aduh, ini dadaku nyesek, banget.' batin Kinan.
Ardi tak pernah memperlakukannya seperti itu, setelah Kinan menyatakan cintanya pada Ardi saat dia baru menginjak bangku SMP.
"Oh, ada keponakan kesayangan kamu rupanya. Hai, Kinan." kata Winny dengan ramah.
Kinan hanya mengangguk saja, matanya tak lepas dari pemandangan di depannya. Winny terlihat bergelayut manja pada Ardi. Dan terlihat lelaki itu membiarkannya begitu saja.
"Honey, jadi kan kamu mau ketemu orang tuaku malam ini?" tanya Winny dengan gaya manjanya.
Awalnya Ardi sempat terkejut, namun dia bisa mengkondisikan kembali ekspresi wajahnya. Ini adalah bagian sandiwaranya bersama Winny dan dia harus mengikuti alur agar Kinan bisa percaya.
"Hmm... Nanti malam aku pasti datang." kata Ardi.
Sementara Kinan hanya diam saja menahan gejolak di hatinya. Lagi-lagi dia harus menjadi penonton Ardi dan juga wanita-wanita yang menempel padanya.
Jika dulu dia bersikap kekanak-kanakan dan akan menyerang para wanita yang mendekati Ardi, tidak kali ini. Dia akan menunjukkan pada Ardi jika dia sudah berubah dewasa dan layak dipertimbangkan untuk menjadi calon kekasih lelaki itu.
"Kalau begitu, saya boleh ikut?" tanya Kinan dengan senyuman manisnya walaupun dia sebenarnya merasa seperti menelan empedu yang pahit sekali.
Wajah Ardi melongo bingung, sedangkan Winny terlihat seperti kesal namun dengan cepat dia menutupinya dengan senyum.
"Boleh aja kan, mas. Tapi ini kan belum pertemuan resmi. Cuma mas Ardi kepengen kenal sama keluargaku aja." kata Winny mencari alasan.
"Nggak apa-apa, mbak. Aku juga kepengen kenal sama keluarga mbak." kata Kinan kekeh .
"Ya udah, nanti malam ajak aja mas. Nanti aku sampaikan ke mama papaku, kalau kamu mau datang dengan keponakanmu." kata Winny sambil tersenyum lebar.
Akhirnya Ardi pun mengangguk pasrah, bagaimana dia bisa menolak di depan Kinan. Bisa-bisa gadis itu malah akan curiga.
"Nah, kalau begitu aku tunggu nanti malam ya, mas." kata Winny lalu melihat ke arah ponselnya.
Sepertinya Winny mendapatkan sebuah pesan, dia terlihat sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya. Terlihat senyuman yang berbeda saat dia membaca pesan itu.
"Di, aku harus pergi dulu ya. Pak Reza manggil, katanya ada proposal yang harus aku perbaiki." kata Winny sebelum pergi.
"Hemm... Oke, aku juga akan balik ke ruanganku." kata Ardi sambil tersenyum pada Winny.
"Bye, Kinan. Sampai ketemu nanti malam." kata Winny pada gadis itu.
"Bye, mbak." kata Kinan basa basi sambil tersenyum dengan lebar.
Winny berjalan menuju lift dengan terburu-buru, sepertinya pak Reza mendesaknya untuk segera ke ruangannya.
"Udah, kamu pulang sana. Aku mau kerja lagi, nggak enak dilihat orang kalau aku masih santai-santai di sini." kata Ardi yang berubah menjadi ketus lagi.
"Yah, kok cemberut lagi, sih? Senyum kayak tadi dong, mas" ucap Kinan menggoda Ardi.
Namun, ekspresi wajah Ardi malah menjadi datar. Dan Kinan pun tau dia harus mundur untuk saat ini.
"Ya udah, aku pulang dulu. Nanti malam jangan lupa jemput aku. Kebetulan hari ini aku libur." kata Kinan lalu pergi meninggalkan Ardi.
Kinan tersenyum pada satpam yang membukakan pintu untuknya, lalu dia membalikkan tubuhnya untuk melihat ke arah tempat Ardi berdiri tadi.
'Hilang.'
"Secepat itu kamu pergi, bahkan kamu tak mengucapkan terima kasih padaku." kata Kinan dengan sendu.
Kinan berjalan menuju parkiran kendaraan roda dua. Dia pun mengeluarkan kunci motornya untuk mengambil sweater merahnya yang disimpannya dalam jok motornya.
Cuaca di kota ini lebih panas dibandingkan daerah asalnya. Dia menggunakan sweater dan juga sarung tangan serta masker agar kulitnya tak terkena panas matahari langsung.
Papanya sudah menawarkan untuk membelikannya mobil, namun Kinan menolaknya.
Sebagai dokter baru yang baru saja diangkat, Kinan tak mau menunjukkan kemewahan di tempat kerjanya.
Lagipula memang semua kemewahan itu bukan miliknya. Dia hanya gadis beruntung yang dibesarkan dengan kasih sayang dan juga fasilitas kemewahan dari papa mamanya.
Kinan menatap ke arah jalan raya yang terlihat pada, dia menunggu sepi untuk menyebrang. Kinan melirik ke arah spion motornya untuk melihat arah belakang, yaitu kantor Ardi.
Hati Kinan bertanya-tanya, benarkah tak ada sedikit perasaan di hati Ardi untuknya. Tapi, Ardi adalah orang pertama yang selalu menemaninya disaat dirinya terpuruk.
Terutama setelah Kinan mengetahui siapa ibu kandungnya. Selama ini Kinan mengira Putri adalah mamanya. Hati Kinan begitu hancur saat tak sengaja mendengar percakapan sang mama dengan almarhum eyangnya, ibu kandung Ardi.
Kinan bahkan sempat kabur ke rumah Gea teman sebangkunya saat SD dan menginap di sana. Ardi lah yang pertama kali menemukan dirinya dan menjemputnya pulang.
Ardi mengajaknya bermain seharian di taman hiburan keluarga. Dia juga mengatakan jika mama Putri begitu menyayanginya sama seperti menyayangi Kenzo.
Semenjak saat itu, Kinan semakin bergantung pada Ardi dan merasa takut kehilangan lelaki itu. Bahkan semakin dewasa, Kinan semakin mantap ingin menikah dengan Ardi yang ternyata tak memiliki ikatan darah dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Susi Akbarini
waaahhh..
mungkin simpanan pak reza..
Ardi hanya buat kamuflasw aja..
2024-07-01
1
Susi Akbarini
jatuhnya ponakan berarri..
😀😀😀❤❤❤❤
2024-07-01
1