"Yang benar aja kamu, Nan. Malam ini kamu mau ikutan Ardi buat kenalan sama orang tuanya? Gila, kamu." kata Leni yang terlihat kesal pada temannya itu.
"Aku harus memastikan sendiri kalau mereka benar-benar pacaran. Karena feeling aku mengatakan kalau mereka itu gak saling cinta." kata Kinanti sambil memilih baju yang akan dipakainya untuk nanti malam.
Setelah Kinan pergi dari kantor Ardi, dia segera menghubungi Leni agar menemaninya mencari baju yang cocok untuk nanti malam.
Untung saja dokter spesialis kandungan yang juga merupakan teman kerja Kinan itu memiliki waktu senggang sebelum praktek di klinik nanti malam.
"Udahlah, Nan. Kamu masih muda, cantik, pintar dan dokter yang memiliki masa depan cerah. Banyak laki-laki yang lebih baik dari Ardi. Untuk apa menghabiskan hidup kamu untuk menunggu laki-laki red flag itu." gerutu Leni.
"Susah, Len. Aku udah coba untuk move on. Tapi yah begitulah, selalu berakhir gagal." kata Kinan sambil mengambil sebuah gaun hitam dengan payet dan terlihat elegan.
"Bagus, nggak?" tanya Kinanti
"Bagus, cuma warnanya kok hitam. Kayak mau melayat aja." ceplos Leni.
"Hmm, aku akan beli ini buat nanti. Kalau mas Ardi jadi nikah dengan Winny the Pooh itu." kata Kinanti lalu melanjutkan mencari gaun yang cocok untuknya nanti malam.
Akhirnya Kinan menentukan pilihannya pada gaun sederhana berwarna biru, warna kesukaan Ardi.
Setelah berbelanja gaun, mereka pun menuju restoran untuk mengisi perut mereka yang sudah kelaparan.
"Nan, minggu depan mas Rafa pulang bareng sepupunya." kata Lena saat sedang menikmati hidangan yang dipesan mereka.
"Ck, nggak usah macam-macam deh, Len. Aku paling nggak suka dijodoh-jodohkan." kata Kinanti.
"Tapi nggak ada salahnya kamu coba. Dia laki-laki baik, juga seperti kamu. Nggak pernah pacaran." kata Leni.
"Nggak ah, aku nggak suka sama yang belum berpengalaman." alasan Kinanti.
"Maksudnya kamu cari yang duda?" tanya Leni yang heran dengan selera Kinan.
"Yup, duda hot kayak mas Ardi. Yang bisa bikin hatiku getar-getar dengan lirikan mautnya. Apalagi kalau dipegang mas Ardi, pasti aku bakalan kesetrum." kata Kinanti lalu terkikik geli saat melihat tatapan horor Leni.
"Habis itu kamu mati, dead and end." kata Leni sambil menggerakkan tangannya didepan lehernya.
"Cih, sirik." kata Kinanti lalu melanjutkan makannya.
Akhirnya malam yang ditunggu oleh Kinanti pun datang. Ardi menjemputnya dan kini lelaki itu sedang berdiri di depan pintu apartemennya.
Ardi menggunakan kemeja biru yang senada dengan gaunnya. Sesuai dengan prediksinya, Kinan sengaja membeli gaun berwarna biru karena tau hampir rata-rata baju yang dimiliki oleh Ardi berwarna biru.
"Hai, mau masuk dulu?" tanya Kinan dengan gaya menggoda.
"Assalamualaikum." kata Ardi.
Kinanti yang mendengar ucapan salam dari bibir Ardi pun mengerjakan matanya berkali-kali.
"Waalaikumsalam. Mas Ardi memang calon imamku yang baik. Papa pasti senang dapat menantu seperti mas Ardi yang bisa membimbing aku." kata Kinan sambil tersenyum lebar.
"Dasar aneh. Udah cepat, kalau masih lama aku tinggal kamu." kata Ardi.
"Ck, nggak sabaran amat sih ini laki. Tunggu aku ambil tas dulu." kata Kinan lalu masuk ke dalam untuk mengambil tas dan juga sepatunya.
"Oke. Aku siap... Aku siap." kata Kinan dengan suara yang dibuat mirip karakter kartun kuning berwarna kotak yang tinggal di dasar laut.
Ardi hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah gadis itu. Tak ada yang berubah dari gadis itu. Walaupun usianya bertambah, tetap saja Kinan masih bertingkah seperti anak kecil di depannya.
Mereka pun segera berangkat menuju rumah orang tua Winny. Sebenarnya Ardi merasa berat untuk datang, tapi dia harus melakukan ini karena memang permintaan Winny. Wanita itu sudah beberapa kali memintanya untuk datang ke rumah orangtuanya.
Salah satu syarat perjanjian itu, Winny akan mengenalkan Ardi pada orang tuanya. Dan nanti jika perjanjian mereka selesai, Winny akan mengatakan mereka putus karena tidak cocok.
Mereka tiba di sebuah rumah yang cukup mewah. Terlihat ada dua buah mobil terparkir di sana. Salah satunya adalah mobil Winny.
Sebagai kepala divisi, wajar saja Winny sudah memiliki kendaraan roda empat. Sementara Ardi, dia masih menggunakan mobil rental yang disewanya untuk malam ini.
"Mbak Winny anak orang kaya ya, mas. Pantas mas tertarik." kata Kinanti dengan sarkas.
"Jaga sikap kamu, jangan beri malu." kata Ardi yang sebenarnya tak suka dengan ucapan Kinanti.
Ketika mereka berjalan memasuki halaman, seorang wanita yang sepertinya asisten rumah tangga terlihat tergopoh-gopoh keluar dari dalam rumah.
"Winny nya ada, Bu?" tanya Ardi
"Ada, mas. Sebentar ya saya panggil dulu. Mas, mbak silahkan duduk." kata wanita itu mempersilahkan mereka duduk di kursi ruang tamu.
Sebenarnya Kinanti cukup aneh dengan reaksi asisten rumah tangga yang sepertinya tak mengetahui tentang kedatangan mereka.
Bukannya Winny yang mengundang Ardi untuk datang dan seharusnya keluarga wanita itu tau dan mempersiapkan setidaknya sedikit sambutan.
Winny berjalan keluar dan menghampiri mereka. Mata Kinanti hampir melotot keluar saat melihat pakaian yang dipakai oleh wanita itu.
"Ternyata seleramu seperti itu, mas." bisik Kinan.
Pasalnya Winny hanya menggunakan tank top hitam dengan celana pendek warna cream untuk menyambut mereka.
"Aduh, maaf ya, Di. Ternyata hari ini papa sama mama aku harus keluar kota. Mereka baru berangkat tadi sore." kata Winny dengan santainya dan tak ada rasa bersalah.
Ardi terlihat menghela nafas karena lega. Untung saja dia tak bertemu dengan orang tua Winny. Rasanya terlalu berat jika harus berkenalan dengan orang tua Winny sementara hubungan mereka hanya pura-pura.
Akhirnya, Ardi pamit tak lama kemudian. Dia merasa canggung saat melihat Winny yang memakai pakaian minim.
Ardi mengajak Kinan makan di warung bakso langganannya. Gadis itu terlihat senang dan bersorak bahagia. Padahal warung bakso itu sangat tak sesuai dengan pakaian yang dikenakan Kinan saat ini.
"Maaf, harusnya aku membawa kamu ke tempat yang lebih baik." kata Ardi saat melihat Kinan mengikat rambutnya yang sudah di tata dengan cantik.
"Memangnya ada yang salah dengan tempat ini?" tanya Kinan sambil memandang sekelilingnya.
"Nggak, kan? Aku nggak pernah protes kamu mau bawa aku kemanapun, mas. Bahkan ketika kamu bawa aku ke hutan pun aku nggak akan nolak." kata Kinan sambil tersenyum.
"Dandanan kamu, aku merasa tak sesuai dengan tempat ini." kata Ardi dengan sedikit menyesal.
"Ya sudahlah, udah duduk juga. Cuma masalah baju aja. Anggap saja aku salah kostum, yang penting sekarang kita makan. Aku sudah lapar." kata Kinan dengan santainya.
Ardi tersenyum tipis lalu mengangguk. Dia suka Kinan yang seperti ini, bukan Kinan yang posesif dan melarangnya ini itu.
Dia merindukan Kinan yang aktif dan ceria. Semenjak SMP, Kinan berubah. Gadis itu lebih sering tantrum dan emosional.
Ardi bahkan tak berani membonceng teman wanitanya karena tingkah nekat Kinan.
Yang paling parah adalah ketika gadis itu duduk di kelas sepuluh, Kinan sengaja menabrak Ria teman kerjanya yang memang memiliki perasaan padanya.
Ria mengalami patah di bagian lengannya dan membuat Kinan saat itu hampir berurusan dengan pihak kepolisian jika saja keluarga Ria tak menarik tuntutannya.
Papa Kinan, Permadi harus mengeluarkan banyak uang sebagai ganti rugi kepada keluarga Ria.
Dan Sejak saat itu Ardi selalu berhati-hati dengan wanita-wanita di sekitarnya. Dia tak mau ada lagi wanita yang menjadi korban seperti Ria.
Hingga akhirnya Ardi menyetujui untuk menerima perjodohan yang ditawarkan oleh bulek Nita yang merupakan adik almarhum ibunya.
Kinan tak berkutik saat dia mengetahui jika Ardi akan menikah dengan Andini. Karena Kinan tak berani melawan bulek Nita yang dituakan setelah almarhum ibunya.
Gadis itu tiba-tiba menghilang dan katanya pergi ke Jepang untuk melanjutkan kuliah di sana.
"Apa kamu mencintai mbak Winny, mas?" tanya Kinan tiba-tiba.
Saat ini mereka sedang di dalam mobil menuju ke apartemen Kinan.
"Di usia kami sekarang itu bukan prioritas. Kami sama-sama cocok, jadi untuk apa memikirkan sesuatu yang seperti itu." kata Ardi dengan lugas.
Kinan memiringkan tubuhnya dan menatap Ardi dengan intens.
"Rumah tangga apa yang akan kalian jalani kalau berpikir seperti itu. Kamu nggak akan bahagia kalau seperti itu, mas." kata Kinan.
"Ck, aku akan bahagia jika bersama Winny. Dia tipeku, cantik, mandiri dan pintar membawa diri. Dia cocok jadi istri dan ibu anak-anakku." kata Ardi dengan tegas.
Kinan menyentuh dadanya yang terasa sakit saat mendengar Ardi sudah menyatakan Winny akan menjadi istri dan ibu anak-anaknya.
Kinan menatap ke arah jendela, mereka sudah mulai masuk ke jalan menuju apartemennya.
"Kamu tau kan mas, aku sangat mencintai kamu hingga saat ini." kata Kinan lirih.
Ardi menghela nafas dengan panjang, tangannya menggenggam setir mobil dengan kuat hingga terlihat urat yang menghiasi tangan kekarnya.
"Itu bukan cinta Kinan, hanya rasa kekaguman saja. Karena aku selalu menjaga dan melindungi kamu sejak kecil, kamu hanya takut kehilangan perhatian itu dariku. Kamu hanya takut aku tak menyayangi mu saja, adik kecil." kata Ardi.
"Jadi begitu pendapatmu, mas? Kamu masih menganggap aku anak kecil?" tanya Kinan.
"Sudah malam, naiklah. Aku tak bisa mengantarmu ke atas." kata Ardi memarkirkan mobilnya di depan apartemen Kinan.
Tangan Kinan meremas tas tangan yang dibawanya. Dia pun memutuskan akan melakukan sesuatu yang menyadarkan Ardi jika dia bukanlah anak kecil.
Kinan merapatkan tubuhnya ke tubuh Ardi. Dia pun menarik kepala Ardi dan mencium bibir tebal milik Ardi.
Mata Ardi sempat melotot kaget karena Kinan melakukan hal sejauh ini. Rasa manis bibir mungil itu sempat membuainya. Dan Ardi sempat membalas ciuman gadis yang sering ditolaknya itu.
Mungkin karena hasrat Ardi yang sudah terlalu lama menduda membuatnya sempat lupa jika apa yang dilakukannya saat ini bisa menghancurkan segalanya.
Sorotan lampu mobil yang masuk ke arah halaman apartemen menyadarkan Ardi. Dia mendorong tubuh Kinan hingga punggung gadis itu mengenai pintu mobil.
"Ini salah, Kinan. Kamu sudah gila." kata Ardi.
"Jangan memungkirinya lagi, mas. Aku ini bukan adik kecilmu. Aku bahkan bisa menjadi ibu anak-anakmu jika kau meniduri ku." kata Kinan tak mau kalah.
"Tidak, itu tak boleh terjadi. Kamu itu anak Putri, sepupuku." kata Ardi.
"Kita bukan paman dan keponakan yang sebenarnya, mas. Kamu tau latar belakangku. Darahku berbeda dengan darah mama apalagi darahmu. Jangan kamu mengingkari lagi, mas. Aku tau kamu memiliki sedikit rasa untukku. Kamu juga membalas ciumanku." kata Kinan yang mulai mendekati Ardi dan menyentuh lengannya.
"Jangan sentuh aku. Sebaiknya kamu turun." kata Ardi dengan dingin dan menepis tangan Kinan layaknya kuman yang kotor.
"Mas..."
"Aku bilang turun!!" kata Ardi dengan emosi.
Kinan sempat tersentak kaget, Ardi tak pernah membentaknya walaupun dulu dia pernah melakukan hal-hal yang membahayakan teman-temannya.
Namun, kali ini Kinan melihat Ardi begitu berbeda.
Kinan pun akhirnya turun dengan mata berkaca-kaca, Ardi bahkan tak mau menoleh ke arahnya dan memundurkan mobilnya lalu pergi begitu saja. Meninggalkan dirinya yang masih berdiri terpaku menatap mobil putih itu pergi meninggalkan area apartemen.
"Lagi-lagi kamu begitu, mas." kata Kinan
Gadis itu pun menatap ke arah langit dan melihat sebuah bintang yang berkelip seolah sedang menyapanya.
Dulu, kata papanya bintang itu adalah mama kandungnya yang sekarang sudah di surga.
"Ma, apa aku menyerah saja?" kata Kinan lirih lalu berjalan gontai menuju apartemennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Al Fatih
Kinan....,, setiap perbuatan slalu punya konsekuensi,, seperti layaknya dirimu yg mencintai Ardi,, tapi dia ga cinta....,, Sabar,, tapi harus realistis,, kejarlah sesuatu yg pantas untuk d kejar ....
2024-07-02
0
Susi Akbarini
duuhhhh..
sakit banget mrencintai seorang diri..
❤❤❤❤❤❤
2024-07-01
1