Pagi menyingsing, Kokok ayam saling bersautan menyambut datangnya pagi.
Tiupan angin sepoi menerbangkan dedaunan kering yang jatuh semalam.
Jam masih menunjukkan pukul lima pagi, biasanya penduduk kota masih terlelap dalam tidur panjang mereka di jam-jam seperti itu, tapi beda cerita di kediaman Rudy Anggoro, Pemilik perusahaan 'ANGGORO grup'. Perusahaan besar yang bergerak di berbagai bidang mulai property, pusat perbelanjaan dan juga bisnis ilegal.
Kesibukan sudah terlihat pada pukul empat dini hari di rumah mewah tersebut.
Para pelayan sibuk membersihkan rumah. Ada yang menyapu, mengepal, melap kaca dan juga menata meja serta aksesoris dalam ruangan aula.
Di bagian dapur juga sama adanya, para koki sibuk memasak, membuat kue dan berbagai jenis minuman.
Acara besar akan segera di gelar di rumah megah itu. Menyambut kelahiran anak pertama Rudy Anggoro dan Rani sulistiawati setelah penungguan selama empat tahun lamanya.
Karangan bungan menghias di depan pagar dengan ucapan selamat atas lahirnya Bintang Rudy Anggoro, nama yang disematkan pada putri merek.
Di dalam kamar tampak pertemuan keluarga sedang berlangsung, ada lima orang duduk saling berhadapan.
Anggoro (Ayah Rudy)
Rita (Ibu Rudy)
Tommy (Paman Rudy)
Rini (Istri Rudy) dan
Rudy.
"Dimana paman membuang putriku?"
Rini menatap kearah Tommy sambil menangis tersedu. Memaksakan diri duduk setelah melahirkan hanya untuk mendengarkan penjelasan dari Tommy.
Tommy terdiam, pria itu tidak berani menjawab. Dia ikut andil dalam pembuangan bayi Rini. Dengan bujukannya, Tommy mempengaruhi anggoro, Rita dan Rudy untuk membuang salah satu bayi kembar Rini.
Brak..........
Rudy berdiri sambil menghantam meja. Kedua tangannya gemetar menahan amarah.
"Aku sudah bilang, aku tidak menginginkan bayi itu tinggal di rumah ini. Kalau kamu mau mencarinya silahkan, tapi jangan harap kamu bisa kembali lagi ke rumah ini."
Sudah tidak kaget dengan apa yang didengarnya, hampir setiap hari caci makian bahkan tak sedikit Rudy ringan tangan Rini.
Rudy menikah dengan Rini karena balas jasa, ayah Rini sakit parah dan di tolong oleh nenek Sulastri. Sebagai imbalan Rini harus menikah dengan Rudy. Ayah Rini setuju, tapi dengan satu syarat sebagian harta keluarga Sulastri akan jadi milik Rini jika suatu saat Rudy menggugat cerai Rini. Kesepakatan itu di setujui langsung oleh nenek Sulastri.
Nenek Sulastri sangat yakin kalau Rini bisa menjadi istri yang baik buat Rudy.
makanya Rudy tidak berani menceraikan Rini karena perjanjian itu.
Anggoro diam sedangkan Rita tersenyum, perempuan paruh baya yang memang sejak awal tidak suka dengan Rini.
Mereka sudah merencanakan membuang bayi tak berdosa itu tanpa sepengetahuan Rini. Menurut mereka, bayi yang cacat aib bagi keluarga.
"Tapi itu darah daging kamu mas...."
Belum juga Rini menyelesaikan ucapannya Rita sudah berdiri sambil menunjuk Rini.
"Itu darah dagingmu, bukan darah daging kami. Keluarga kami tidak ada yang cacat. Kamu itu perempuan yang tidak tahu di untung, andai tua bangka itu tidak menjodohkan mu dengan Rudy kamu tidak akan bisa hidup mewah sekarang ini. Chiii...."
Bentak Rita, wajahnya yang putih seketika memerah. Bukan cuma memaki Rita juga meludah kelantai Saking jijiknya melihat anak mantunya.
Suasana seketika hening hingga seseorang mengetuk pintu.
Seorang pelayan datang menghampiri mereka.
"Tuan dan nyonya, semua persiapan acara sudah selesai dan tamu juga mulai berdatangan."
"Sekarang kamu kembali, lakukan penyambutan sebaik mungkin untuk para tamu." Perintah Rita pada sang pelayan.
Pria itu mengangguk lalu meninggalkan mereka.
Setelah kepergian pelayan itu, Rudy mengambil kursi roda dan memaksa Rini untuk duduk.
Rudy mendorong kursi roda Rini sedangkan Rita mendorong keranjang bayi. Kelimanya menuju kearah aula dimana pesta akan segera dimulai.
Para bangsawan, staf pemerintahan dan juga wartawan sudah berkumpul dalam satu ruangan, acara yang di gelar keluarga Anggoro.
Rudy memegang pundak Rini, memaksanya untuk tersenyum di depan banyak orang.
Perempuan itu bak boneka mereka, mengikuti setiap keinginan Rudy dan keluarganya.
Melihat kedatangan Rudy dan keluarganya, para tamu yang sedang berbincang mengalihkan pandangan.
Rudy menyampaikan sepatah dua kata sebagai sambutan sekaligus memperkenalkan nama putrinya pada orang-orang.
Beberapa wartawan mengambil gambar putri mereka. Satu-persatu tamu undangan memberi selamat pada Rudy dan keluarganya.
Acara berlangsung sangat meriah, lantunan musik terdengar dalam ruangan.
Para tamu undangan di persilahkan menyicipi hidangan diatas meja.
Di tengah meriahnya pesta, Rita memberi kode pada Tommy. Tommy mengangguk pelan lalu berjalan menuju kearah toilet. Tommy menengok ke kiri dan ke kanan, setelah dianggap aman dia masuk ke dalam kamar kecil.
Tidak lama kemudian muncul Rita dan langsung menutup pintu rapat-rapat.
"Dimana kamu membuang bayi itu?"
Tommy tak menjawab, kedua tangannya malah berkeliaran ditubuh Rita. Mencium bagian tubuh yang sensitif.
Perempuan paruh baya itu mendesah sambil menggigit ujung bibirnya.
"Hentikan Tommy, bagaimana kalau ada yang melihat."
Benar kata Rita, didepan pintu sudah ada Rini bersama seorang pelayan berdiri di belakang kursi roda.
Rini sungguh tak percaya kalau Tommy tega mengkhianati kakak tirinya. Berselingkuh dengan perempuan yang selama ini di panggil kakak ipar.
Rita mendorong tubuh Tommy tapi sayang tenaganya tak sekuat itu.
Tak hanya sampai disitu saja Tommy sudah mulai mengangkat baju Rita sebatas perut.
"Hentikan Tommy hentikan! ini tempat umum jangan sampai Anggoro menangkap basah kita disini."
Mulut Rita menolak tapi lain dengan tubuhnya. Sesekali dia mendesah panjang tatkala Tommy terus saja menggencarkan aksinya.
Keringat dingin mulai keluar dari tubuh Rita, melihat mangsanya sudah tak berdaya, Tommy buru-buru membuka baju, tapi sayang sebelum semua kain lepas dari tubuhnya sudah terdengar suara Rudy dari luar dan berhenti tepat di depan pintu.
"Apa yang kalian lakukan disini?"
Tommy dan Rita buru-buru mengenakan pakaian serta merapikan rambut. Rasa deg-degan, takut bercampur jadi satu.
"Kenapa hanya diam. Cepat kembali, orang-orang sedari tadi menanyakan mu."
"Bi Sri, tolong." pintah Rini.
Pelayan yang sedari tadi berdiri di belakang kursi roda Rini mengangguk lalu memutar balik haluan.
Setelah kerasa aman Rita mengintip di balik pintu.
"Hampir saja kita ketahuan. Apa tadi Rini mendengar pembicaraan kita?" ucap Tommy.
"Tidak mungkin, biarpun dia tahu dia tidak bakal berani bicara pada Rudy apalagi Anggoro."
"Makanya lain kali jangan teledor. Ayo kembali ke aula jangan sampai mereka curiga."
Keduanya segera keluar dan kembali bergabung dengan yang lain.
Pesta berjalan cukup meriah hingga sampai larut malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
masih nyimak KK thor
2024-08-30
3
YuWie
ada biksu tong tong
2024-08-08
0