Bab 4

"Saya udah SMA kelas satu, jadi bukan anak kecil lagi. Harusnya mbak Hesti sadar kalau udah minta bahan makanan ya dimasak sendiri"

"Cukup Fira! Siapa yang suruh kamu bentak mbak Hesti, dia itu lebih tua dari kamu. Kalau bicara yang sopan" Dara memarahi Fira yang tidak seharusnya berkata kasar.

"Dengerin tuh kakak kamu, dia lebih dewasa dan punya etika yang baik" Sambung Hesti.

Fira kembali masuk ke kamar nya karena isyarat dari Dara untuk tidak menanggapi terus menerus. Inilah salah satu alasan kenapa ia tidak boleh berhadapan dengan tetangga yang rese adalah karena emosi nya yang tidak bisa dikendalikan.

Hesti memperhatikan Dara yang sedang memasak sambil mengelus perut membayangkan makanan lezat yang disantap. Aroma harum tercium mampu menggugah selera makan.

"Besok belanja sendiri ya mbak, untuk kebutuhan yang digunakan bersama seperti gas, sabun cuci dan lainnya nanti dibagi dua biar adil" Ujar Dara sambil menata lauk di atas meja.

"Miskin banget ya sampai semuanya harus dibagi dua? Gampang lah kalau soal itu, anggap saja untuk membantu orang yang tidak mampu" Balas Hesti mengambil makanan dengan rakus.

Dara hanya mengelus dada mendengar perkataan Hesti yang nyelekit seolah memberinya tumpangan hidup. Padahal uang yang dikeluarkan itu untuk dia sendiri.

***

"Sayur, sayur, ibu ibu sayur" Teriakan bang Dede mampu membuat semua orang keluar untuk berbelanja.

"Mbak Hesti ngapain pagi pagi udah main ke rumah Dara? " Gita terkejut melihat Hesti yang keluar dari kontrakan bersama dengan Dara.

"Mulai sekarang saya tinggal disini" Balas Hesti sambil memilih beberapa sayuran.

Gita tidak berani menyahuti ucapan Hesti saat pandangan Dara tertuju kepada nya. Ia khawatir kalau dia berani menyinggung tentang masalah pencurian laptop kemarin di hadapan para tetangga.

"Ambil lebih banyak dong Dara, saya juga mau makan ayam" Ujar Hesti saat melihat Dara mengambil ayam hanya seperempat kilogram.

"Kalau mau ya beli sendiri mbak atau dibagi dua biar adil. Aku beli ayam nya dan mbak beli sayuran" Balas Dara tidak mau dirugikan.

"Baiklah. Maklumin aja ibu ibu karena Dara ini kan orang susah jadi kalau mau beli apa apa harus dibagi dua sama saya" Hesti tersenyum remeh.

"Yang orang susah bukannya mbak Hesti yang cuman beli sayuran dengan harga tiga ribu sedangkan mbak Dara beli ayam dengan harga puluhan ribu" Sambung bang dede disusul oleh gelak tawa pembeli lain.

Hesti langsung masuk ke dalam rumah karena merasa dipermalukan. Ia bahkan belum sempat membayar sayuran nya sehingga harus dibayar oleh Dara untuk sementara.

Dara menyusul masuk dengan sekantong kresek belanjaan. Ia tidak menatap Hesti yang duduk di ruang tamu karena malas. Lebih baik segera bersiap pergi menggunakan motor nya.

"Mau kemana kamu? " Tanya Hesti.

"Bukan urusan Mbak Hesti" Balas Dara yang langsung pergi tanpa mendengarkan ocehan Hesti.

Ia pergi ke cabang restoran milik nya yang berada di desa itu. Melangkah memasuki area restoran yang berukuran sedang. Nama restoran nya adalah DResto. Ia memperhatikan sekeliling restoran dengan wajah senang karena ramai pengunjung. Tempat ini memang memiliki desain yang mewah dan kekinian sehingga diminati banyak anak muda sampai orang tua untuk ber swafoto.

"Ada yang bisa saya bantu mbak? Kalau mau cari tempat duduk silahkan pilih yang masih kosong. Jangan menghalangi jalan dengan berdiri disini" Ujar Luna yang merupakan anak dari Puspa.

"Kamu kerja disini Lun? Sejak kapan, kok saya gak tahu" Balas Dara terkejut dengan menatap pakaian Luna dari atas kepala sampai bawah kaki.

"Buat apa kamu tahu? Biar diajak kerja disini juga? Orang seperti kamu itu gak pantas kerja di restoran mahal. Kenalin, saya Luna sebagai manager di DResto" Luna mengulurkan tangan dengan sombong karena posisi yang dimiliki nya cukup tinggi.

Dara hanya membalas dengan senyuman penuh arti. Semua karyawan di restoran itu memang tidak mengetahui jika pemilik nya adalah dirinya sendiri. Hanya satu orang yang dipercaya sebagai tangan kanan untuk mengurus restoran. Ia pergi ke ruangan Bayu untuk berbicara penting.

"Permisi pak Bayu" Ujar Dara yang biasa memasuki ruangan dengan sesuka hati.

"Silahkan duduk bu Dara, tumben datang kesini. Apa ada masalah yang harus saya urus? " Balas Bayu dengan sopan.

"Saya mau minta data semua karyawan yang bekerja disini. Untuk posisi manager kenapa kamu ganti tanpa sepengetahuan saya? "

"Baik akan segera saya siapkan. Mohon maaf sebelumnya kalau belum sempat memberikan kabar ini sama bu Dara. Kemarin sempat ada masalah dengan manager lama yaitu Sukma jadi langsung saya ganti dengan orang yang lebih berkompeten"

Dara merasakan jika ada kejanggalan yang terjadi dengan pergantian manager yang secara tiba tiba. Ia curiga kalau ada orang yang berbuat curang agar mendapatkan posisi yang diinginkan. Tentu saja orang yang dicurigai adalah Luna.

"Saya minta alamat rumah Sukma, tolong dikirim sekarang juga" Dara beranjak keluar dari ruangan Bayu.

Luna tersedak minuman jus yang sedang dinikmati saat melihat Dara keluar dari ruangan yang dianggap sebagai pemilik DResto. Ia menghadang kaki Dara dengan tatapan remeh.

"Kalau mau kerja disini, bilang dulu sama aku. Jangan berani langsung nyelonong ke ruangan pemilik restoran. Kamu pikir dia bisa diganggu oleh sembarangan orang? " Ujar Luna menyilangkan kedua tangan.

"Permisi, saya mau tanya tentang penyewaan tempat untuk acara ulang tahun. Bisa minta waktu nya sebentar bu Luna? " Seorang calon pelanggan memotong pembicaraan.

"Emangnya mampu untuk nyewa restoran mahal? Tunggu aja di sana biar nanti dijelasin sama pelayan" Luna menunjuk kursi yang kosong.

"Heh kamu, tolong temui ibuk yang berbaju merah di sana. Jelasin tentang harga penyewaan tempat ini" Luna menarik baju salah satu pelayan yang sedang membawa minuman untuk pelanggan. Ia memberikan pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan oleh pelayan itu.

Dara menggelengkan kepala melihat sikap Luna yang semena mena memperlakukan pelanggan dan pelayan tanpa rasa sungkan. Ia tidak akan membiarkan restoran nya bangkrut hanya karena ulah manager tidak bertanggung jawab. Ia perlahan berjalan meninggalkan restoran lalu pergi ke rumah manager sebelumya yang dipecat.

"Permisi mbak, ini benar alamat nya sukma? " Tanya Dara kepada seorang perempuan.

"Iya saya sendiri, Silahkan masuk mbak" Balas Sukma dengan lembut.

Dara memperhatikan sikap Sukma yang begitu baik dalam melayani tamu. Dia membawakan minuman dan beberapa makanan ringan. Senyuman di wajah nya pun terurai tanpa henti.

"Maaf kalau hanya ini yang bisa saya suguhkan" Sukma menundukkan kepala tanda hormat.

"Ini sudah lebih dari cukup, terima kasih telah menyambut saya dengan baik. Perkenalkan nama saya Dara, selaku pemilik DResto" Dara mengulurkan tangan yang langsung diterima oleh Sukma.

"Maaf sudah berlaku tidak sopan, bu Dara berarti istrinya pak bayu? "

"Bukan, Jadi gini..." Dara menjelaskan semua identitas nya kepada Sukma. Namun ia meminta agar tidak dibocorkan kepada siapapun terutama para karyawan DResto. Sukma diminta untuk memberitahu kronologi masalah yang terjadi hingga menyebabkan dirinya dipecat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!