Bab 3

Dara membiarkan Gita untuk pergi daripada harus berdebat dengan nya. Lagipula orang itu sudah mati kutu karena ketahuan mencuri. Ia memutuskan untuk mengantarkan uang kontrakan ke rumah Puspa daripada nanti dia datang lagi dan membuat keributan.

"Nah gini dong, kalau sudah bayar, saya kan jadi segan dan gak marah marah sama kamu" Ujar Puspa tersenyum lebar sambil menghitung uang pecahan 100rb an.

"Sudah pas ya bu, total nya 500rb" Balas Dara yang terus memperhatikan Puspa membolak balikan lembaran merah tanpa berhenti.

"Oke, sana pulang. Jangan lupa bulan depan harus bayar tepat waktu!"

"Baik bu puspa, saya permisi" Dara beranjak pergi kembali ke rumah. Sebenarnya ia bisa saja membayar uang kontrakan selama tiga tahun ke depan. Namun tidak ingin dilakukan daripada membuat semua uang nya masuk ke kantong tetangga yang sudah pasti akan meminjam uang kalau tahu dirinya berduit.

Di tengah jalan, ia menemukan Hesti yang sedang mengorek ngorek tempat sampah. Rasa penasaran timbul hingga membuat nya memperhatikan tingkah Hesti. Ia memberanikan diri untuk bertanya daripada harus menunggu sampai selesai maka bisa terlalu lama.

"Cari apa mbak? " Ujar Dara melirik ke tempat sampah berukuran besar.

"Ehh, kamu Dara, ngagetin aja sih. Saya lagi cari uang" Balas Hesti menghentikan aktivitas nya mengorek sampah sejenak.

"Apa? Emangnya ada uang di tempat sampah? Wah kalau ada sih saya juga mau ikut nyari ya mbak" Dara meledek dengan tertawa kecil.

"Jangan sembarangan kalau ngomong, kamu kira saya ini pemulung yang cari uang di tempat sampah? " Hesti naik darah karena sikap Dara yang dianggap nya telah menghina.

"Pemulung aja cari barang bekas nya lalu baru dijual untuk dijadikan uang. Bukan mencari uang secara utuh, mau sampai tahun baru juga gak bakal nemu mbak"

"Bisa diam gak? Saya cari uang yang gak sengaja terbuang, kalau gak mau bantuin mendingan pergi aja" Hesti kembali melanjutkan mengorek sampah. Ia mencoba mengendalikan emosi nya agar tidak bertengkar dengan Dara karena mencari uang itu lebih penting untuk saat ini.

Dara pergi dengan senyuman kecut, melihat tingkah Hesti yang selalu aneh itu sudah menjadi makanan nya sehari hari.

Malam harinya. Hujan turun dengan deras, membasahi apapun yang terkena tetesan air nya. Dara dan Fira menikmati udara sejuk di ruang tamu yang sekaligus tempat menonton TV. Beruntung di kontrakan kecil itu tersedia TV tabung untuk hiburan sejenak melepas rasa lelah.

Fira menyinggung sedikit soal bisnis restoran Dara di desa itu. Ia penasaran dengan perkembangan bisnis nya karena tidak pernah datang melihat. Ketika sedang asyik mengobrol, mereka diganggu oleh suara ketukan pintu yang langsung dibuka oleh Dara.

"Mbak Hesti, bu puspa, kenapa hujan lebat begini malah datang ke kontrakan saya? " Ujar Dara terlihat bingung akan maksud dua orang itu.

Hesti dan Puspa langsung melenggang masuk tanpa menunggu diijinkan oleh Dara. Puspa memang selalu semena mena karena rumah itu milik nya. Padahal tidak seharusnya dia melakukan itu karena hak mengontrak ada pada Dara, jadi kalau mau berbuat apapun di rumah itu harus meminta izin kepada orang yang mengontrak.

"Buatin teh anget dong, dingin nih" Ujar Hesti yang sedikit menggigil.

Fira langsung berdiri ke dapur untuk membuatkan minuman. tidak berselang lama, ia kembali dengan sebuah nampan lalu menyuguhkan dua gelas teh.

"Jadi gini Dar, rumah yang sekarang Hesti tempatin itu sudah disita oleh pihak bank karena dia gak mampu bayar hutang. Nah karena sekarang Hesti gak punya tempat tinggal, dia minta saya untuk menampung nya di kontrakan milik saya" Puspa menjelaskan semua nya dengan detail.

"Kalian mampir kesini sambil nunggu hujan nya reda? " Balas Dara sepemahaman nya.

"Bukan mampir, tapi saya mau tinggal disini. Ini kan kontrakan nya bu Puspa" Sambung Hesti.

"Kalau mbak Hesti mau tinggal disini, terus saya gimana bu puspa? Emangnya gak ada kontrakan lain selain disini? " Dara mengira kalau diusir dari kontrakan.

"Kamu tetap disini tinggal bareng sama Hesti, untuk masalah uang kontrakan itu bisa dibagi dua. Saya ini baik loh karena membantu kamu yang kesulitan membayar uang meskipun cuman 500rb perbulan. Kalau soal kontrakan lain sih banyak tapi ada di desa lain. Hesti mau nya disini saja, jadi mau kamu terima ataupun tidak itu sudah menjadi keputusan dari saya, selaku pemilik kontrakan" Terang Puspa semena mena.

Hesti kegirangan mendengar pernyataan Puspa yang memaksa Dara untuk menerima nya tinggal bersama. Ia bisa numpang tinggal tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.

Dara terpaksa mengiyakan karena tidak ada pilihan lain. Lagipula hanya untuk sementara waktu jadi tidak ada masalah.

Puspa langsung pergi setelah selesai menjelaskan. Ia tidak mau terlalu berlama lama dengan orang yang terlihat miskin semua. Rasanya tidak level dengan status sosial nya yang tinggi dan dikenal paling kaya dalam satu desa.

"Kamu tolong kemasi barang barang karena sekarang kamar ini adalah milik ku" Ujar Hesti menunjuk kamar yang ditempati Dara.

Dara beranjak memindahkan semua barang barang nya dengan terpaksa harus tidur satu kamar dengan Fira. Padahal suasana yang diinginkan saat berada di kamar adalah suasana yang tenang dan sendirian.

"Sampai kapan racun itu ada disini mbak? " Tanya Fira yang duduk di tepi ranjang sedangkan Dara berdiri di dekat jendela kamar. Ia memang sering menyebut orang yang menyebalkan dengan sebutan racun

"Gak tahu dek, mungkin... "

"Dara!! " Teriak Hesti memotong pembicaraan mereka.

Dara langsung menghampiri Hesti yang berada di dapur. Ia melihat tatapan tajam dari mata Hesti dengan hembusan nafas berat.

"Kenapa mbak? Kalau mau manggil itu gak perlu teriak karena kontrakan ini kecil jadi suara lirih pun bisa kedengeran" Ujar Dara kesal dengan Hesti yang baru beberapa saat berada di rumah ini namun sudah membuat keributan.

"Kamu gak masak? Kenapa tudung saji nya kosong gak ada makanan? " Balas Hesti yang kelaparan karena dari tadi siang belum sempat makan.

"Oh cuman masalah makanan, kalau laper ya usaha dong mbak. Kita emang tinggal satu kontrakan tapi kebutuhan nya cari sendiri sendiri" Ujar Dara memberitahu Hesti agar tidak membebani kebutuhan pribadi pada dirinya.

"Kamu jangan pelit sama tetangga, lagipula kita ini sudah seperti keluarga. Mending kamu masak buat saya, kamu tega ngelihat saya kelaparan? "

Dara menuruti perkataan Hesti karena rasa iba. Ia tidak mempermasalahkan jika harus memasakkan nya dengan bahan makanan yang dimiliki. Mengingat orang itu baru saja datang dan belum bisa belanja sendiri.

"Ngapain sih mbak harus masak buat dia? Harusnya kan kalau mau makan ya beli sendiri bukan malah minta sama kita" Ujar Fira tidak terima.

"Kamu jangan kurang ajar ya, masih kecil gak usah ikut campur" Balas Hesti sengit.

Terpopuler

Comments

Memed Adrianto

Memed Adrianto

ah ceritsa nya tllu lebay masa ada orng numpang belagu spti bos

2024-08-18

0

Budy Firmansyah

Budy Firmansyah

novel tolol....punya uang mau aj ditindas...baik hati sih oke....tolol ya gak lahhh..../Awkward//Awkward//Awkward/

2024-08-10

1

Dewi Indriyani

Dewi Indriyani

satu kata tolol

2024-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!