HAPPY READING
"mencintai dalam diam"
Bumi Sergio Anindito
.
.
.
"Etss, kita mau kemana?" Tanya Saturnus sambil merentangkan kedua tangannya alhasil kelima sahabatnya berhenti mendadak.
"Buset, punya kembaran gini amat." Mars menatap jengkel adiknya sekaligus orang yang telah menfoto copy mukanya, memang ya derita orang ganteng itu pasti ada saja yang mengcopy mukanya.
"Kantin". Bumi menjawab dengan nada datar khasnya.
"Wih, aa Bumi bicara. Entar lagi mau istirahat beneran lo pada mau ke kantin?" Tanya Angkasa ke semuanya.
"Roftoop." Usul Bintang yang sedari tadi diam, lalu berjalan menuju atap sekolah di ikuti para sahabatnya.
"No no no, si kembar cari makanan Gih." Cegat Angkasa kala duo kembar berjalan mengikuti Bintang.
"Enak bat idup lo, sono cari makan sendiri." Ketus Mars dan di angguki Saturnus.
"Lo mau di sana gak makan? Lo tau sendirikan temen-temen kita pada cosplay jadi manusia es semua." Seketika Mars dan Saturnus diam, bener juga apa kata Angkasa?, melihat respon kedua teman nya Angkasa langsung tersenyum lebar.
"Ya udah sono cari makan, kelamaan mikir entar mati." Sambung Angkasa berjalan santai menuju para sahabat nya berkumpul, berhasil juga akhirnya menipu si kembar.
"Yang ogeb di sini siapa?" Tanya Saturnus yang entah kepada siapa.
"Lo, gue mah pinter." Jawab Mars berjalan mendahului kembarannya yang asik memikirkan hal bod*h menurut Mars, kenapa bisa sih mereka kembar?
Sementara di roftoop
Nampak lah seorang pria dengan rambut acak-acakan namun tak mengguranggi kadar ketampanannya, dia Bintang.
Sosok yang sedari tadi diam menatap ke arah bawah, sesekali dia tersenyum kecil kala sosok gadis dengan tinggi mungkin sebatas dada nya saja tengah bercanda gurau dengan salah satu sahabat masa kecil nya, dia Awan.
Gadis yang sudah ia cintai sejak jaman masih anak-anak, gadis yang berhasil mencuri perhatian seorang Bintang. Senyumnya, tingkahnya, ketawanya semua tentang Awan Bintang suka namun pria itu terlalu takut hanya untuk sekedar mengucapkan 'Aku mencintaimu, jadilah pacarku.'
Lebih memilih untuk mengubur dalam-dalam perasaannya takut sang gadis merasa risih jika ia langsung mengutarakan perasaan.
"Samperin bro." Ucap tiba-tiba Meteor membuat Bintang mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali namun tetap saja tatapan nya tak berahli sedikit pun dari gadis itu bahkan sesekali pria itu tersenyum samar.
"Apa dia selalu tersenyum lepas setiap harinya?" Tanya Bintang membuat Meteor mengangguk.
Bintang sekilas melirik sepupunya yang asik membaca buku.
"Thanks juga udah jagain cewek gue dari dia." Meteor mengangguk paham.
"Woe woe woe sahabat gue yang paling chakep, masa? gue bawak makanan yang 100 persen halal karena gue yang bayar." Ucap heboh Mars sambil meneteng keresek berisikan banyak makanan.
Namun setelah itu raut wajahnya menjadi kesal saat mengingat bahwa ini uangnya! Hasil ia merengek pada Daddy kesayangannya.
"Gue juga bawa bakso Bin, kesenangan lo." Kekeh Saturnus, mengingat bahwa sahabat satunya itu gemar sekali memakan bakso, kalau bukan bakso dia gak makan.
Tetapi jika dikasih pilihan antara bakso atau Awan kayanya seratus persen tanpa memilih pun langsung pilih Awan, memang bucin membuat kita kehilangan kendali.
"Bang*at!" umpat Bintang saat melihat bola basket yang akan menggenai wajah cantik Awan yang tengah tertawa.
Melihat itu Bintang langsung melompat ke bawah yang tinggi nya tak bisa di deskripsikan, belari menyelamatkan sang pujaan hati.
"Wih, gilak." Heboh Angkasa menatap kagum Bintang yang dengan santainya menangkap bola basket tersebut sembari mengunyah cemilan. Mungkin jika itu ceweknya Angkasa pasti ia biarkan saja.
"Gue perpus." Pamit Bumi tanpa mendengar respon para sahabatnya yang kini tengah berdecak kagum melihat atraksi cetar membahana dari Bintang.
Awan gue harap lo baik-baik saja. Batin Bumi yang kini sadar bahwa sebentar lagi Awan akan sepenuhnya memilih Bintang dari pada dirinya.
Mencintai dalam diam, mungkin kata itu cocok untuk Bumi saat ini. Ia hanya benalu dipercintaan antara sepupunya dan gadis yang ia cintai.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=VOTE\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jarum jam sudah menunjukkan angka empat lebih 30 menit sore yang pertanda bahwa sebentar lagi malam akan hadir, namun tetap saja gadis yang mendapatkan gelar terpintar dalam sekolah luar biasa kasih bunda itu terduduk lesu kala dirinya tak di jemput oleh keluarganya.
Ingin menelpon tapi ia tak hafal salah satu nomer handphone keluarganya terpaksa ia hanya bisa menunggu.
"Langit?" Ucap tiba-tiba dari teman sebangku Langit lalu langsung menyodorkan alat tulis dan buku yang sedari tadi ia bawa, dia Bunga gadis cantik nan imut namun sayangnya dia tuli.
Mengerti akan hal itu, Langit langsung menuliskan sesuatu dalam buku itu dan di baca Bunga 'kok belum pulang?' itu lah yang di tulis oleh Langit.
"Harus nya aku yang bilang gitu, ini udah jam empat kamu kok belum pulang?"
'Lagi nunggu mami jemput.'
"Oh, mau bareng? kebetulan Ayah ku di depan sana, ayuk! aku antar ke rumahmu."
'Nggak usah Bunga, makasih.'
"Loh ini mau malem! lebih baik kamu ikut aku."
'Nggak deh, mungkin sebentar lagi mami dateng' setelah menulis itu Langit langsung menyodorkan kembali buku dan pensil milik Bunga dan di terima oleh Bunga.
"Ya udah aku dulu an ya! kamu hati-hati." Langit langsung mengangguk sembari tersenyum manis.
Langit menghembuskan nafas nya panjang kala tak ada satu pun yang menjemput nya, apa mami nya lupa? ah, tidak mungkin secara mami nya kan orang yang sangat khawatir saat anak nya kurang satu.
"Emm, pak permisi ini jam berapa ya?" Tanya Langit saat diri nya mendengar seorang tukang kebun yang sedang menyapu daun-daun kering disampingnya.
"Jam empat lebih 40 menit neng, mau saya antar?" Tanya tukang kebun itu lalu di jawab gelengan kepala dan tersenyum dari Langit.
"Pak, gang melati ada di sebelah mana ya?"
"Oh gang itu lumayan jauh neng, lewat kiri abis itu ada jalan raya neng masih lurus aja tapi nyebrang, ada gang kecil tapi yang nomor dua bukan yang satu." Jawab tukang kebun itu membuat Langit kebingungan namun ia tetap tersenyum dan mengatakan terimakasih setelah itu mengarahkan tongkat nya menuju ke kiri.
"Apa ini jalan rayanya?" Gumam Langit saat telinga nya mendengar kebisingan para pengendara motor.
"Abis itu nyebrang." Gumam Langit lagi melangkah kan kaki nya kembali, namun saat hendak melangkahkan kakinya kembali gadis itu tiba-tiba merasa perasaan tidak enak.
Tin tin tin.
bunyi klakson motor yang sangat nyaring itu mampu membuat Langit terdiam menutup kedua matanya erat-erat, dia takut.
Astaga. Batin seorang pria dengan lambang AIHS di baju olahraganya yang kini ia kenangkan.
BERSAMBUNG~
SAPA HAYO:V MAAF BAT LAU MASIH BINGGUNG😔
LIKE, KOMEN, VOTE, KASIH RANTING 5 DAN TAMBAH KAN FAVORIT 👈 JANGAN LUPA😢
SEE YOU NEXT CHAPTER😉
BABAY~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Your name
Untung nggak apa-apa tuh, cuma hampir saja. Btw mampir kembali Thor
2022-07-02
2
Hannifa Ratnasari
sukaaaa banget 🥰🥰
2022-01-01
3
Thailand ahik ahik ahik🗿
itu banteng bodoh🗿
2021-08-12
0