\=\=\=\=\=☆\=HAPPY READING\=☆\=\=\=\=\=\=
"Rumah ku neraka ku."
Awan Selfhira Kanya.
.
.
.
.
"Langit!" Panggil Bintang lalu memeluk erat tubuh mungil adiknya itu membuat Bulan yang berada di sebelahnya hanya berdecak sebal pasalnya ia tidak di sambut seperti itu.
Lihat sendirikan perbedaannya?
"Kamu habis dari mana?" Tanya Bintang khawatir dan lagi-lagi membuat Bulan kesal setengah mati, apa itu? nada bicara yang amat lembut! beda lagi kalau sama dirinya!
"Ikut gue." Jawab Bulan acuh.
Lagi lagi Langit! Langit! Langit! Batin Bulan menatap malas Langit yang kini tengah tersenyum manis.
"Lo gak bohong kan!"
"Lah ngapain gue bohong sih bang, tanya aja sana sama Langit."
"Kak Bulan, hormati Langit sebagai Kakak lo!" Geram Bintang yang hanya di balas dengkusan sebal dari Bulan, mana mau Bulan memanggil Langit dengan sebutan Kak! tidak akan pernah dan tidak akan mungkin!
"Sudah! sudah! Langit emang tadi sama Bulan kok." Ucap Langit menengahi adu mulut antara adiknya dan abangnya itu, "Bulan baik, buktinya Langit diajak ke mall jajan ini itu." Sambung Langit masih mempertahankan senyum manisnya.
"Tuh kan! denger sendiri kan? punya telinga kan?" Tanya Bulan malas lalu pergi dari sana.
"Gue gak punya Adek kek gitu." Gumam Bintang datar membuat Langit terkejut mendengarkannya.
"Hust, mungkin Bulan tadi hanya kebawa emosi."
"Jelas-jelas dia benci banget sama kamu, udah lah kamu ceritain aja ke Bulan biar dia tau dan tidak bertingkah semena-mena seperti itu." Jelas Bintang, sudah beberapa kali diri nya mengingatkan Langit agar bercerita yang sesungguhnya dengan Bulan namun gadis itu hanya tersenyum sebagai balasannya dan berkata "Tidak apa-apa"
Langit emang tidak apa-apa tapi Bintang yang kenapa-napa.
"Emm, mana Mami?" Ucap Langit mengalihkan pembicaraan membuat Bintang menghembuskan nafasnya berat.
Ya mau gimana lagi deh? Bintang tak tega juga memaksa Adiknya terus menerus. Biarkanlah saja, Bintang hanya bisa mengawasi dari jauh.
"Ada dikamar, sini biar abang bantu." Jawab Bintang menuntun Langit untuk ke kamar Maminya.
Di ruangan dengan pencahayaan minim nampak sosok Ibu yang mereka bertiga sayangi tengah mendengkur halus, Langit yang mendengar dengkuran halus itu merasa amat bersalah. Seharusnya tadi dia sabar menunggu lebih lama lagi.
"Udah berapa lama, Bang?"
"Sekitar lima menit yang lalu mungkin sebentar lagi siuman kamu jangan khawatir."
Langit mengangguk pelan, "Maafin Langit ya Mi, setelah ini Langit janji gak akan pulang langsung walaupun Mami jemputnya besok."
Itu memang bukan sebuah sindiran namun entah mengapa Bintang merasa disindir sekaligus merasa bersalah.
"Maafin Bintang juga ya, Dek." Lagi-lagi Langit mengangguk, "Anyway kamu di mall tadi makan apa aja? Kok Abang sama Mami gak dibawain sekalian?" Ma*pus!
Langit menarik nafasnya pelan-pelan berusaha agar tak ketahuan menipu karena Abangnya ini mempunyai daya kepekaan yang tinggi.
"Hehe, lupa Bang. Habisnya Langit keasikan makan sih sama Bulan." Diam-diam Bintang menatap curiga Langit.
"Nggak sama Matahari?"
Matahari siapa? Batin Langit terkejut.
"Oiya sama Matahari! Kita belum sempat kenalan jadi masih agak canggung gitu."
Bintang hanya ber 'oh' ria membuat Langit diam-diam bernafas lega namun ucapan Bintang berbanding terbalik dengan pikirannya, lelaki itu mencoba menepis jauh-jauh pikiran jika Langit sekarang tengah berbohong padanya demi menyelamatkan Adik jahanamnya itu.
Sementara di tempat lain yaitu tepatnya dikediaman Awan, gadis itu baru saja pulang ke rumahnya dan hendak membuka pintu namun urung saat suara barang-barang pecah yang di lempar dan suara amukan dari wanita dan pria mampu membuat Awan terdiam di tempat. Hendak meneteskan air matanya tetapi sebisa mungkin gadis itu tahan.
Rumahku istana ku, bagi Awan pepatah itu salah yang benar rumahku neraka ku.
Itu lah mengapa Awan memilih pulang lambat seperti sekarang ini atau menginap di rumahnya Bintang. Mungkin opsi kedua lebih baik walaupun ada rasa tak enak hati menginap disana terlalu sering namun Mami Alana baik seperti malaikat andai Mami Alana Maminya juga.
Awan menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuka pintu kayu itu dan bergegas menuju tempatnya tanpa memperdulikan amukan itu.
"Hei, kamu dari mana?" Tanya Ibu Awan mungkin tak pantas di panggil Ibu sebab dia sering melukai baik fisik maupun batin Awan sehingga membuat Awan sedikit urakan.
"Sekolah."
"Dasar anak ja*ang, gini nih kalau besarnya di bimbing gak baik sama si ja*ang Flora jadi ya sama-sama ja*ang" Celetuk pria paru baya yang gila akan harta, biasa dipanggil Suhyono.
Kerjaannya hanya bermain judi! Judi! Dan judi! Memang tak pantas mendapatkan gelar 'Ayah' mengapa dulu mereka berdua menikah jika endingnya akan seperti ini?
"Berani kamu mengejek aku ja*ang! hei inget ya dia bukan anak aku! dia anak haram!" Roboh sudah pertahanan Awan untuk tidak menangis.
"Gara-gara kamu kebanyakan main seks ya gitu, masih mending aku mau menikah dengan mu yang jelas-jelas si Awan bukan darah daging aku!"
Tes tes tes.
Awan semakin terisak tanpa suara ketika mendengarkan bahwa dirinya tak di anggap anak, lalu kenapa diri nya di lahir kan! Awan benci Ayah Ibu nya! Awan benci hidupnya! Awan benci segalanya!
"Siapa juga yang mau hidup sama situ! udah nyusahin! gak pernah ngasih duit lagi!"
"Dari pada kamu kerjaan cuman bermain dengan laki-laki! Merusak kehormatan perempuan saja!"
Prangg.
Lagi-lagi barang-barang di rumah Awan dipecahkan oleh Ayahnya.
"Ja-"
"STOP! KENAPA? KENAPA KALIAN SELALU SAJA BERDEBAT MASALAH SEPELE! KENAPA KALIAN TIDAK SEKALIAN CERAI SAJA! DAN HIDUP DENGAN PASANGAN MURAHAN KALIAN MASING-MASING! AWAN SUDAH MUAK DENGAN KELAKUAN KALIAN!" Teriak Awan dengan air mata yang terus saja mengalir deras, baru kali ini dia berteriak lantang begitu di depan orang tuanya, persetanan dengan dosa!
Plak.
Plak.
Dua tamparan sekaligus diterima oleh pipi mulus dari Awan membuat sudut bibir Awan mengeluarkan darah, tentu saja itu ulah kedua orang tua Awan yang kini tengah menatapnya tajam.
"Jaga ucapan mu ja*ang! masih mending saya mengadopsi kamu yang amat merepotkan! urus anak sia*an mu ini!" Ketus Suhyono lalu pergi entah kemana, menyisakan Awan yang kembali menangis dengan Flora yang kini tengah melipat kedua tangannya di dada.
"Dengar ini anak haram! sebenernya saya ingin menggugurkan mu seperti bayi-bayi saya sebelumnya namun Ayah kamu yang dulu kaya menikahi saya membuat saya tidak jadi menggugurkanmu yang entah anak siapa."
"Dan lagi! kalau misalnya mau hidup mewah jangan berlagak sok berani seperti tadi! sudah kecil merepotkan! besar pembawa sial! kenapa kamu gak coba bunuh diri aja sih? saya merasa jijik karena kamu dulu pernah tumbuh di rahim saya!"
Deg.
Bagai di tusuk ribuan jarum, mana ada Ibu yang dengan gampangnya menyuruh darah dagingnya sendiri untuk bunuh diri dan lagi apa dia seburuk itu di mata Ibunya? Padahal Awan sudah mencoba yang terbaik agar terlihat baik Dimata Ibunya.
Tanpa babibu Awan langsung berlari pergi dari sana dengan perasaan kecewa dan sedih yang amat mendalam.
Dia baru ingat? dia mau kemana sekarang? entah lah dia hanya mengikuti apa kata pikiran dan kakinya saja, bahkan jika dia di bawa ke jurang Awan ikhlas.
Dan tanpa sadar kakinya membawanya menuju mansion mewah milik keluarga Bintang, melewati begitu saja pagar yang menjulang tinggi lalu menekan bel dengan air mata yang terus saja berjatuhan.
Entah mengapa raganya membawanya kesini, mungkin tubuhnya tau jika tempat inilah satu-satunya tempat teraman yang ia miliki.
Ting nong~ ting nong~ ting nong~ ting nong~
Awan terus saja menekan bel itu kala pintu besar dihadapannya tak kunjung terbuka sedari tadi, bahkan ia melupakan kalau sifatnya ini kurang sopan dan membuat si punya mansion marah.
"Bisa sabar ga-"
Bugh.
"Awan?" Tanya Bintang terkejut saat tubuhnya di peluk secara mendadak oleh Awan, untung saja ia tak terjungkal ke belakang dan untung saja dia tak jadi memukul seseorang yang berani mengganggu tidurnya.
Bintang ingin melepaskan pelukannya saat di rasa baju nya sedikit basah namun langsung dicegat oleh Awan, "Hiks sebentar saja hiks." ternyata Awan menangis membuat Bintang mau tak mau membiarkannya saja dan mengelus pelan punggung Awan agar sedikit tenang.
Bintang tak tau ada apa dengan teman masa kecilnya ini namun sudah dipastikan pasti sama dengan apa yang ada dipikirannya. Awan tak sekali dua kali kesini namun bekali-kali dengan alasan yang sama jadi Bintang sudah menebak apa yang terjadi namun masih saja menanyai.
"Ada apa, hm?" Tanya Bintang setelah beberapa menit berlalu.
"Hiks Ayah hiks Ibu hiks jahat! mereka jahat hiks hiks padahal Awan gak pernah buat salah sama mereka hiks!" Tangis Awan membuat Bintang bersusah payah membujuk Awan agar tidak menangis lagi.
Bintang paham semua yang di alami oleh Awan karena dirinya mengirim satu mata-mata untuk menjaga Awan dari kejauhan.
"Awan?" Panggil Bintang setelah beberapa menit tak mendengar lagi tangisan Awan malahan yang didengar hanya hembusan nafas teratur dari Awan pertanda gadis itu pingsan.
Bintang langsung mengendong ala bridal styel Awan membawanya menuju kamarnya berada setelah mengunci pintu.
"Kebiasaan." Kekeh Bintang setelah membaringkan Awan di atas kasur empuk milik nya, ia menatap lama wajah damai Awan.
Satu kata, cantik~
Awan selalu begitu saat dirinya merasa sedih ia akan berlari menuju mansionnya atau tidak dikolong jembatan.
"Good night my Queen." Gumam pelan Bintang lalu pergi dari kamarnya menuju ruang tamu, sepertinya dia akan tidur di sana di temani TV yang menayangkan serial india.
Namun sebelum itu Bintang mengeluarkan Handphonenya menghubungi salah satu anak buahnya tak butuh beberapa lama telepon itu tersambung.
"Seperti biasa, kasih pria bau tanah itu pelajaran."
"Baik, ketua!" Telepon terputus sepihak, Bintang menyunggingkan senyumannya.
Hanya dia yang boleh menyakiti gadisnya! Parasit-parasit itu jangan!
BERSAMBUNG~
SABAR AWAN, ORANG SABAR DI SAYANG COGAN:V
LIKE, KOMEN, VOTE, KASIH RANTING 5 DAN TAMBAHKAN FAVORIT JANGAN LUPA DUNGS😢
SEE YOU NEXT CHAPTER😀
BABAY~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Your name
Makin kesini makin seru aja Thor. Lanjutt..
2021-08-04
1
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
mana mau meteor mau dengan mu bulan jika sifat mu bgtu mending sama langit walaupun engga bisa lihat tapii sifat nya baik😌
2021-06-18
0
axellyn anettha dandelion⛓️🍷
btch, aku benci bulan:)
2021-05-05
1