Kafe gabut, jam 22.10 .....
Empat orang lelaki dewasa tengah duduk menikmati hidangan malam, di sebuah kafe kekinian.
"Kenapa lu? Kayak yang nggak dapet jatah dari bini !"
Bagas menyenggol lengan Arya. Lelaki yang berprofesi sebagai Guru Matematika itu nampak murung.
"Si Dewi nggak mau kasih jatah? Yok kita omelin dia.. Bisa bisanya pelit ke suami !!".
Dimas ikut meledek.
"Ini gara- gara adek lu yaaa !!".
Arya menggeram sambil menatap kesal ke Dimas.
"Adek gua ada dua. Yang mana dulu.. Hahaha". Dimas tertawa. Dia sudah tau siapa adik yang dimaksud Arya. Namun menyenangkan juga jika harus meledek sahabatnya itu.
"Revalina Diharjo ! Siapa lagi?!".
Akhirnya cerita dari mulut Arya keluar. Bukannya berempati, keempat sahabatnya malah menertawakan dengan kencang.
"Hahahahahaa".
Perasaan dongkol di hati arya semakin bertambah. Bukannya mendapat solusi, malah jadi bahan tertawaan.
"Ehmm.. Adek gua cuman iseng aja.. Kebawa dari jaman masih kecil.. Dia hanya belum menemukan idolanya yang baru".
Akhirnya Dimas berucap.
"Mana ada dia Iseng Dimasss..". Arya tidak terima.
"Mungkin kamu yang kegedean rasa kali, Ar..".
Arkana, yang sejak tadi hanya turut tertawa, tanpa berkomentar apapun, akhirnya mengeluarkan suaranya. Dibanding ketiga temannya, Lelaki itu yang paling anteng.
"Bener banget tuh, Ar.. Lu yang geer kali..".
"Astagaa.. Sejauh ini adeknya dimas iseng ke gua? Ckckkk".
Arya mendengus sebal. Biarlah sudahh.. Akan dia hadapi sendiri masalah ini.
Namun mengingat ancaman isterinya tadi sore, membuat dia ketakutan setengah mati.
Flashback di rumah Arya dan Dewi (Isterinya...)
"Aku udah bilang buat jangan deket - deket adeknya Dimas, kan Ar??".
Panggilan sayang yang biasa disematkan oleh Dewi untuk suaminya tak terpakai saat ini. Wanita itu sangat marah. Bagaimana tidak? Dia mendapati suaminya makan berdua dengan wanita lain, pagi menjelang siang tadi. Ditambah lagi, Arya bercerita jujur bahwa tadi dia juga jalan- jalan ke pantai dengan Eve. Untuk menghibur gadis itu. Astagaaa...
"Kamu tau kan, apa yang kamu lakuin hari ini bisa bikin perasaannya ke kamu tumbuh subur?". Dewi bertanya, tak habis pikir.
"Aku udah anggap dia seperti Azkia, Yang.. Adekku..".
"Tapi nggak dengan dia, Arr !! Dia anggep kamu laki- laki. Bukan kakak !!".
Tangis Dewi akhirnya pecah. Entah karena berasal dari dirinya, atau bawaan hormon kehamilan yang membuatnya merasa sesedih ini.
Yaa.. Dia hendak memberikan kejutan untuk suaminya, dengan reservasi makan malam romantis di sebuah kafe, sekaligus memberikan kado terindah untuk suaminya di hari ulang tahun lelaki itu. Namun kenyataan yang didapat, Dia melihat suaminya tengah makan berdua dengan Revalina. Gadis yang dia kenal sebagai Adik Dimas. Gadis yang juga dengan gamblang mengatakan bahwa Dia menyukai suaminya.
Untuk pertemuan antara Dirinya dan Eve, Arya tidak pernah tahu. Dan Dewi tidak akan menceritakan hal itu ke Arya.
"Aku hamil dan Aku mendapati suamiku dekat dengan perempuan lain?? Ya Tuhaannnn....".
Hati Dewi serasa teriris. Perih.
"Hamil? Kamu hamil yang?? Kamu serius???"
Arya tidak lagi fokus pada tangisan isterinya. Ucapan isterinya tentang kehamilan membuat hatinya membuncah senang. 2 tahun penantian akhirnya rezeki itu datang juga.
"Jauhi Revalina, atau kita tidak akan bertemu lagi... Selama kehamilan, Aku akan ke rumah orang tuaku.. Kalau kamu sudah selesai dengan masalah itu, silahkan jemput Aku di rumah orang tuaku..".
Dewi meninggalkan suaminya yang tertegun. Arya tidak menyangka isterinya akan mengatakan hal itu.
Sore itu juga, menjelang magrib, walaupun Arya melarang untuk bepergian di jam itu, Dewi tetap pergi. Sopir Ayahnya sudah standby di halaman rumah sejak beberapa waktu lalu.
"Jangan banyak bertingkah, karena Aku belum menceritakan apapun ke Orangtuaku. Cukup datang kalo sudah selesai masalah".
Dengan senyum tersungging, Dewi menyalami suaminya. Jangan sampai sopir pribadi Ayahnya, yang terkenal senang gosip itu, melihat bahwa Dia dan suaminya tengah bertengkar.
"Hati- hati menyetirnya ya pak.. Jangan ngebut, Isteri dan Anak saya harus selamat sampai tujuan".
Pesan Arya pada sopir mertuanya.
"Baik Mas...."
Flashback Off
"hufhhhh...".
Arya menghembuskan nafas frustasi, untuk yang kesekian kalinya.
"Sabaarrrr.. Adek Dimas masih SMA, ntar kalo udah lulus juga dapat cantolan yang lain. Ya kan dim?".
Arkana menepuk pundak Arya. Kasihan juga melihat raut frustasi sahabatnya itu. Dimas mengangguk, setuju dengan pernyataan Arkana.
Arya berdecak. Sabar? Masih adakah sisa sabar?
Namun kemudian, sebuah bola lampu berpijar di atas kepala Arya. Arya menatap Arkana dengan intens. Calon Ayah itupun tersenyum penuh arti. Sementara Arkana yang sadar sedang ditatap, malah bergidik ngeri.
.
.
.
Ikuti kisah Eve terus yaaah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments