Kala itu, disuatu sore yang indah terlihat sepasang suami istri sedang menikmati senja. Pasangan suami istri tersebut tidak lain adalah papah dan mamahnya Amera. Sama halnya dengan papah dan mamahnya ia pun sibuk menikmati semburat sinar senja diatas balkon di depan kamarnya.
Balkon yang ia desain sendiri bertemakan pantai tersebut, tersedia kursi rotan cantik dengan meja bundar di tengah, di sudut balkon yang masih tersisa ruang tergantung Hammock yang setia mengayun raga siapa saja yang berdiam disana bersama terpaan angin.
Tak sampai disitu. Pinggiran balkon pun ia penuhi dengan beberapa pot bunga terutama bunga mawar.
Entah sejak kapan dirinya sangat jatuh cinta dengan bunga yang satu itu.
Ya, ditempat inilah dirinya selalu dimanjakan dengan alam. Ada kesenangan tersendiri bagi gadis cantik ini tatkala melihat cahaya senja yang selalu ia tunggu seusai sang raja siang menguasai waktu. Dari sejak kecil menikmati langit senja menjadi bagian favoritnya.
Dulu, ia sering sekali menikmati senja di atas balkon ini bersama ibunda tercinta.
Sekedar bercerita kejadian di sekolah, ataupun kejadian yang menyebalkan karena dijahili tetangga didepan rumahnya yang kadang tak urung membuat dirinya menangis.
Atau bernyanyi bersama sang mamah, sembari menunggu papahnya pulang bekerja. Dan tak lepas tangan mamahnya selalu membelai rambut panjang dirinya.
Hmmmm rasanya aku ingin kembali ke masalalu.
Batin Amera.
Sampai akhirnya, lamunan yang menerobos masa lalu itu hilang ketika mendengar sayup – sayup canda tawa kedua orang tuanya dibawah.
Dirinya melihat betapa bahagianya papah dan mamahnya di usia pernikahan mereka yang sudah barang pasti bukan seumur jagung lagi. Menurutnya tidak ada lagi pasangan seromantis papah dan mamahnya.
Sambil mengulum senyum Amera diam – diam membayangkan bagaimana kelak ia akan menghabiskan waktu bersama dengan lelaki pilihannya dan menua bersama seperti papah dan mamahnya.
***
Selang beberapa saat kemudian, Bi Siti datang menghampiri pasangan tersebut seraya menyuguhkan secangkir teh dan beberapa camilan untuk menemani pasangan tersebut menghabiskan langit senja diluar rumah.
Keduanya kini asyik mengobrol, bahkan tidak jarang pasangan tersebut saling melemparkan beberapa guyonan dan tak jarang mereka saling bertukar cerita, manakala mereka dahulu bertemu dan akhirnya bisa bersama seperti saat ini, diiringi dengan gelak tawa renyah dari keduanya.
Namun tiba – tiba, tawa mereka terhenti. Keduanya pun dikejutkan dengan suara deru mobil yang datang.
"Siapa yang berkunjung?"
ucap papah Amera sambil menyipitkan mata ke arah gerbang.
Dengan sigap mang Asep bergegas membukakan gerbang rumah megah tersebut.
"Siapa Mang?"
Sahut papah Amera hendak melihat siapa yang bertamu. Namun, Belum sempat mang Asep menjawab, sudah terdengar suara dari belakang.
"Haii__”
Ucap seseorang dibalik tubuh mang Asep.
Ternyata pemilik suara tersebut adalah sahabat karibnya dulu sewaktu dirinya menimba ilmu di sekolah.
"Ya tuhan lihat siapa yang datang?"
Bian pun menghambur ke arah Vino saling merangkul ala lelaki satu sama lain.
Karena rasanya sudah lama sekali dirinya tidak bertemu. Saking asyiknya mengobrol tidak terasa langit senja berwarna jingga pun berganti warna menjadi lebih gelap, menandakan hari mulai malam.
"Sebaiknya kalian makan malam saja disini!"
Seru Bian.
Tanpa menolak keluarga Vino pun langsung menyetujui permintaan sahabatnya itu.
***
Amera yang sedari tadi memperhatikan tamu tersebut di atas balkon, merasa tidak pernah mengenal sahabat papahnya itu.
ceklek, suara pintu kamar terbuka.
"Sayang,
Marissa menghampiri Amera agar lebih dekat dengan putrinya tersebut.
Ada tamu dibawah, Sebaiknya kamu segera turun ke bawah nak. Kita akan makan malam bersama."
“Baik mah sebentar lagi aku akan menyusul ke sana."
Tutur Amera.
“Ayolah sayang sekarang saja, tidak baik membiarkan tamu menunggu lama."
Marissa sedikit memaksa putrinya agar ikut bersama dirinya.
“Hmmm mamah ini selalu saja."
Ia mencebik kesal pada mamahnya.
Dengan enggan, Akhirnya Amera menuruti perintah mamahnya untuk ikut makan malam bersama.
"Jangan cemberut begitu sayang!"
Marissa mencium putri kesayangnya itu.
Saat menuruni tangga, Amera menangkap pandangan yang sedari tadi sedang memperhatikan dirinya lewat ekor matanya.
Merasa risih dan ingin rasanya ia kembali ke kamarnya. Lelaki tersebut menipiskan senyumnya saat melihat Amera yang terlihat masih bersembunyi di balik tubuh istri sahabatnya tersebut.
"Hai om,tante."
Sapa Amera, ia pun ikut duduk berhadapan dengan mereka.
Canggung sudah pasti ia rasakan.
”Kamu Amera ya?" Tanya Niken.
Amera yang sedang meneguk air minum pun seketika memelototkan mata terkejut.
Untung saja ia tidak menyemburkan air yang sedang ia minum saking terkejutnya.
pasalnya dia sama sekali tidak pernah mengenal wanita yang ada di hadapannya ini. Amera hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban
"iah"
Om dan tante ini siapa ya?
Aku sama sekali tidak mengenalnya, apa aku lupa? Batin Amera
Entah mengapa di awal pertemuan dirnya kurang senang dengan keduanya.
“Wah lihat pah Amera tumbuh dengan sangat cepat dan semakin cantik saja, dulu ketika tante kesini kamu masih sebesar ini Amera."
Niken bertutur seraya mengacungkan ibu jarinya. Tak pelak kejadian itu, membuat papah dan mamahnya tertawa.
Yang benar saja aku disamakan dengan ibu jari?
Gumam - gumam Amera dalam hati.
Obrolan berubah menjadi lebih serius setelah kembalinya Amera ke kamar....
Jangan lupa tinggalkan Jejak ya
Like, dan Vote Please..
Terimakasih 🤗🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Dhina ♑
Tentu saja Amera...itu maksudnya good, bagus. Kamu tumbuh dengan sempurna
2021-08-04
1
ayaya
mau dijodohin nih kayaknya..
2021-07-26
0
Seirioss
shbatnya papa amera bau bau calon mertua amera nihh kayaknha
2021-07-26
0