Chapter 6_Gagal nya penerbangan

"Tumben, Lo nelpon kita berdua jauh lebih awal, Ren. Apa semuanya baik baik saja-?" tanya Zeina di telpon.

"Tidak-.."

"Apa-! Lo tidak baik baik saja-? Lo kenapa, Ren-!" ucap Bryant sontak kaget.

"Bisa gak sih Lo jangan heboh-! dengerin dulu apa yang mau di ucapkan Rena-! Bentar bentar heboh ae lo-!" ucap Zeina ngomel di telpon

"Wlee, untung jauh wkwk-" akhirnya Bryant bisa menertawai Zeina lewat telepon.

"Awas Lo, gue pitek tubuh lo-!" ancam Zeina dari telepon.

Rena hanya tersenyum mendengar pertengkaran persahabatan nya itu, terdengar suara cekikian dari Bryant di telpon.

"Yaudah, Ren. Lo mau bicara apa-? Tumben tumben sih Lo menghubungi kita duluan-" ucap Zeina diiringi suara tulisan.

"Iya, Ren. Bilang ajah kalo mau butuh sesuatu-" Ucap Bryant

"Gue enggak butuh sesuatu, cuman gue mau pergi ke Singapura-" ucap Rena

"Apa-!" kaget mereka kompak.

Sontak Rena tertawa, untung saja telponnya jauh dari telinga nya. Ia letakan telponnya di ranjang sambil membereskan koper nya.

"Kok mendadak sih Ren? sombong Lo, habis punya duit langsung ke Singapura-" ucap Bryant.

"Gue bukannya sombong bry. Gue tadi pas ngajak ibu gue jalan jalan gue tengkar sama anak berandalan. Gue kasihan sama korban yang telah di bully oleh mereka, yaudah sih ya. Pas korban udah pergi, mereka meminta jaminan ke gue-"

"Jaminan nya apa Ren?" tanya Bryant memotong pembicaraan Rena.

"Bacot lu asw-" ucap Zeina menyindir Bryant

"Bodo amat, gue yang bacot kok Lo yang sewot sih-!" ucap Bryant.

"Ya kan gue nggak tenang soalnya gue penasaran banget apa alasan Rena ke Singapura mendadak-" ucap Zeina.

Tuut

Bryant mematikan teleponnya mungkin kesal dengan ucapan Zeina.

"Eh sapa yang mati.. Owh Bryant, baperan huuu-" sindir Zeina

Rena hanya tersenyum, kemudian Rena kembali menelpon Bryant agar bergabung di telpon mereka.

"Udah gue plester mulut gue, puas lo-" ucap Bryant

"Y-" jawab singkat Zeina

"Lanjutin, Ren-" ucap Zeina

"Ya pada akhirnya dia minta gue untuk mengganti posisi pria tadi. Gue sih mau terima terima saja sih ya, gegara dia maksa sambil megang tangan gue ya sudah akhirnya kita tengkar dah. Tangan gue lecet, terus ketahuan deh sama ayah. pas ayah tau gue udah matahin tangan dan kaki berandalan tadi. Ayah gue pasti mikir, gak mungkin mereka enggak lapor ke polisi. Di rooftop rumah gue tadi dia bilang ke gue, gue harus ke luar negeri supaya jauh dari polisi sini. Gue juga enggak sampai kepikiran kalo tindakan gue berlebihan-" ucap Rena diam diam sedih. Karena ayahnya yang harus menanggung semuanya.

"Menurut gue sih apa yang Lo lakuin enggak salah Ren. Yang salah tuh mereka, tindakan Lo baik kok. Lagian Lo tadi enggak sengaja kan matahin tangan dan kaki mereka-?" ucap Zeina

"Gue sih, spontan Zen-" ucap Rena

"Nah iya, apa yang Lo lakuin enggak salah. Seharusnya Lo jangan takut kalo Lo di laporin polisi, Lo bisa mutar fakta soal perihal mereka-" ucap Zeina

"Mutar fakta gimana Zen? Gue gak punya bukti nya, lagian pria yang gue tolong tadi pasti udah pergi jadi gue gak bisa bantu apa apa-" sedih Rena

"Bry, Lo ngomong deh, gak usah Lo plester. Mulut Lo masih berguna buat Rena-" ucap Zeina

Bryant diam.

"BRYANTT!!!-" teriak Zeina

Ia pun tetap diam.

"Ya sudah sih Ren, gua kesana Sama Bryant-" ucap Zeina

"Gue dalam perjalanan ke bandara guys. Sebaiknya tidak usah-" ucap Rena

"Ah bacot Lo yaudah matiin, sampai ketemu nanti-" ucap Zeina mematikan teleponnya.

"Gue matiin ya bry-" ucap Rena.

"Iya-" jawabnya

Rena tersenyum tipis lalu mematikan teleponnya. Mendorong kursi roda ibunya ke mobil menuju bandara.

Perbincangan itu di lakukan sebelum Rena sampai di bandara. Kembali ke posisi Rena yang telah menatap kedua sahabat nya itu menuju dirinya dengan ngos-ngosan.

"Nak Bryant dan nak Zeina kok kesini-? Bawa koper lagi, mau kemana-?" tanya ayahnya Rena menatap Bryant dan Zeina.

"Iya om, kita mau menemani Rena ke Singapura. Hidup kita sama sama sendirian om di kota ini, kalo kita enggak ikut sama Rena. Kayak ada yang kurang om-" ucap Bryant

"Iya om, kalo boleh kita mau mengikuti Rena-" ucap Zeina

"Ayah, mereka tidak punya orang tua. Orang tua mereka sibuk bersenang-senang sendirian-" ucap Rena menjelaskan ke ayah. Takutnya, ayah menanyakan perihal soal orang tua mereka ke Zeina dan Bryant.

"Tapi kalian yakin mau tinggal sama Rena-?" nampak ayah tidak yakin dengan mereka berdua.

"Kami yakin om, kita telah berteman semenjak 2 tahun. Kebaikan Rena membuat hubungan kami semakin erat, selama ini orang tua kami selalu sibuk sendiri. Soal uang, mereka mengirim ke kita setiap bulannya, jadi om tidak perlu khawatir akan makanan keseharian kita-" ucap Bryant.

"Baiklah kalo begitu, om tidak mempunyai apa apa untuk memisahkan kalian. Amanat om hanya satu, kalian bekerja sama lah untuk melindungi diri kalian tersendiri. Ada istri Om ikut dengan Rena, nomer hape om ada di Rena. Kalo mau apa apa tinggal minta saja nomer om ke Rena. Hubungi om secepatnya-" ucap ayahnya Rena tampak Khawatir.

"Justru kita yang khawatir om, om tidak apa apa kita tinggal-?" tanya Bryant

"Tidak apa apa, berangkat lah 10 menit lagi pesawat akan lepas landas-" ucap ayahnya.

"Baik om, dah omm-!" Lambai Bryant

"Dah ayah-" ucap Rena melambaikan tangannya.

Sedangkan Zeina hanya tersenyum untuk berpamitan dengan ayah Rena. Ketika ia hendak menaiki eskalator seseorang tengah berteriak terhadap mereka.

"Tunggu-!!" teriak nya menghadap ke mereka berlima.

Satu dari mereka sama sekali tidak mengenal bocah remaja yang berada di depan Rena. Sama sekali bimbang, berani sekali dia menghentikan penerbangan Rena ke Singapura.

Episodes
1 Chapter 2_Gosip lantai 3
2 Chapter 3_Para anak kancil
3 Chapter 4_Belanja
4 Chapter 5_Suruhan ayah
5 Chapter 6_Gagal nya penerbangan
6 chapter 7_Vano
7 Chapter 8_Sosok Nean
8 Chapter 9_Dih Geer
9 Chapter 10_Negoisasi
10 Chapter 11_Mau pulang
11 Chapter 12_Keputusan Ny.Alvin
12 Chapter 13_Ayah..
13 Chapter 14_Melamun teros
14 Chapter 15_Menyetujui
15 Chapter 16_Kenyataan pahit
16 Chapter 17_Emosi Nean
17 Chapter 18_Kehilangan Vano
18 Chapter 19_Kesal
19 Chapter 20_Pecat tidak ya..
20 Chapter 21_ANAK CEO!!!
21 Chapter 22_Permainan yang gagal
22 Chapter 23_Istri?!
23 Chapter 24_Menjenguk 1
24 Chapter 25_Menjenguk 2
25 Chapter 26_Bermain di taman^^
26 Chapter 27_Kegaduhan Vano
27 Chapter 28_Kekacauan di kamar mandi
28 Chapter 29_Gak ada angin kok tertarik?
29 Chapter 30_Pulangg
30 Chapter 31_CEO tak berpendidikan
31 Chapter 32_Cicip bubur
32 Chapter 33_Membiarkan Vano tinggal
33 Chapter 34_Pagi-pagi buta
34 Chapter 35_Perbincangan
35 Chapter 36_Pertengkaran di mall.
36 Langgar janji
37 chapter 38_Kedok terbongkar
38 Chapter 39_Bertemu Nean
39 Chapter 40_Kesempatan?
40 Chapter 41_Khawatir
41 Chapter 42_Masuk kerja
42 Chapter 43_Pernyataan Cia
43 Chapter44_Kehilangan Zeina
44 Chapter45_Pergi ke Amerika
45 Chapter46_Pulangnya ayah
46 Chapter47_KondisiZeina
47 Chapter48_MenyelamatkanZeina
48 Chapter49_DisusulNean
49 Chapter50_RumahSakit
50 Chapter51_Berdua
51 Chapter52_Perasaan...
52 Chapter53_TerpaksaMenginap
53 Chapter54_MengobrolDiRumahNean
54 Chapter55_SosokNeyna
55 Chapter56_MenujuHariH
56 Chapter57_KabarGembira
57 Chapter58_KorbanBullying
58 Chapter59_CeritaMendiangNenek
59 Chapter60_CeritaTentangRumah#2
60 Chapte 61_Kecupan
61 Chapter62_HariUlangTahun
62 Chapter63_JebakanUntukVano
63 Chapter64_SeorangGadis?
64 Chapter65_Panggilan sayang
65 Chapter66_MenujuSAH
66 Chapter67_Kau kembali....
67 Chapter68_Awal masalah
68 Chapter69_Diusir
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Chapter 2_Gosip lantai 3
2
Chapter 3_Para anak kancil
3
Chapter 4_Belanja
4
Chapter 5_Suruhan ayah
5
Chapter 6_Gagal nya penerbangan
6
chapter 7_Vano
7
Chapter 8_Sosok Nean
8
Chapter 9_Dih Geer
9
Chapter 10_Negoisasi
10
Chapter 11_Mau pulang
11
Chapter 12_Keputusan Ny.Alvin
12
Chapter 13_Ayah..
13
Chapter 14_Melamun teros
14
Chapter 15_Menyetujui
15
Chapter 16_Kenyataan pahit
16
Chapter 17_Emosi Nean
17
Chapter 18_Kehilangan Vano
18
Chapter 19_Kesal
19
Chapter 20_Pecat tidak ya..
20
Chapter 21_ANAK CEO!!!
21
Chapter 22_Permainan yang gagal
22
Chapter 23_Istri?!
23
Chapter 24_Menjenguk 1
24
Chapter 25_Menjenguk 2
25
Chapter 26_Bermain di taman^^
26
Chapter 27_Kegaduhan Vano
27
Chapter 28_Kekacauan di kamar mandi
28
Chapter 29_Gak ada angin kok tertarik?
29
Chapter 30_Pulangg
30
Chapter 31_CEO tak berpendidikan
31
Chapter 32_Cicip bubur
32
Chapter 33_Membiarkan Vano tinggal
33
Chapter 34_Pagi-pagi buta
34
Chapter 35_Perbincangan
35
Chapter 36_Pertengkaran di mall.
36
Langgar janji
37
chapter 38_Kedok terbongkar
38
Chapter 39_Bertemu Nean
39
Chapter 40_Kesempatan?
40
Chapter 41_Khawatir
41
Chapter 42_Masuk kerja
42
Chapter 43_Pernyataan Cia
43
Chapter44_Kehilangan Zeina
44
Chapter45_Pergi ke Amerika
45
Chapter46_Pulangnya ayah
46
Chapter47_KondisiZeina
47
Chapter48_MenyelamatkanZeina
48
Chapter49_DisusulNean
49
Chapter50_RumahSakit
50
Chapter51_Berdua
51
Chapter52_Perasaan...
52
Chapter53_TerpaksaMenginap
53
Chapter54_MengobrolDiRumahNean
54
Chapter55_SosokNeyna
55
Chapter56_MenujuHariH
56
Chapter57_KabarGembira
57
Chapter58_KorbanBullying
58
Chapter59_CeritaMendiangNenek
59
Chapter60_CeritaTentangRumah#2
60
Chapte 61_Kecupan
61
Chapter62_HariUlangTahun
62
Chapter63_JebakanUntukVano
63
Chapter64_SeorangGadis?
64
Chapter65_Panggilan sayang
65
Chapter66_MenujuSAH
66
Chapter67_Kau kembali....
67
Chapter68_Awal masalah
68
Chapter69_Diusir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!