Azzam melangkah menuju ruang tidurnya, membuka pintu tampak istrinya terlelap di ranjang. Pemandangan biasa hampir setiap hari dilihatnya selama menikah tepatnya setelah 1 bulan ijab kabul.
Shayna lebih dahulu tertidur karena Azzam selalu pulang larut malam. Sehingga waktu mengobrol diantara mereka tak pernah ada. Bahkan, berhubungan layaknya suami istri jarang dilakukan karena sudah lelah dengan rutinitas harian masing-masing.
Azzam menghela napas panjang, ia sungguh menyesal menyia-nyiakan waktu kebersamaan dengan mantan istrinya. "Aku benar-benar kehilangannya!" gumamnya.
Azzam lalu ke arah lemari dan berjalan ke sana, membukanya dan melihat isinya. Tampak beberapa pakaian Shayna masih tergantung. Semua pemberian Azzam ketika mereka menikah walaupun istrinya adalah seorang desainer, Shayna sempat memakainya.
Mata Azzam kini berpindah ke brankas kecil yang ada di bagian atas lemari. Azzam menekan angka-angka yang merupakan tanggal, bulan dan tahun pernikahannya dengan Shayna.
Ternyata kode brankas masih tetap sama, belum diubah oleh Shayna, Azzam membukanya. Matanya membulat karena Shayna tidak membawa perhiasan pemberian darinya.
Azzam berpikir jika Shayna akan membawa benda-benda berharga yang ia berikan ketika mereka menikah. Nyatanya, Shayna malah meninggalkannya. Padahal semuanya adalah milik mantan istrinya itu.
Azzam lalu mengambil brankas kecil itu dan menutup kembali lemari. Azzam bergegas keluar kamar menuju mobilnya.
Menyalakan mesin mobil dan melesat ke rumah orang tuanya Shayna. Sesampainya di sana, tampak mobil milik Shayna terparkir di halaman. Azzam begitu senang karena dirinya dapat melihat wajah mantan istrinya.
Azzam menenteng brankas kecil dan mengetuk pintu, tak lama kemudian seorang ART wanita membukanya.
"Mas Azzam!" wanita paruh baya itu tampak tak percaya melihat kemunculan Azzam apalagi sejak bercerai dengan anak majikannya mereka tak pernah bertemu.
"Ada Shayna?" tanya Azzam.
"Mba Shayna ada, saya akan memanggilnya!" jawab wanita itu kemudian berlalu.
Tak lama kemudian, Shayna muncul bersama kedua orang tuanya. Mereka juga heran dengan kehadiran Azzam tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
Azzam dengan cepat meraih tangan kedua mantan mertuanya dan meletakkan di keningnya sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua. "Apa kabar, Ma, Pa?"
"Baik," jawab Riska dan suaminya serentak.
"Ada perlu apa kamu ke sini?" Shayna bertanya dengan nada ketus.
"Shayna, jangan seperti itu!" sergah pria bernama Darwin.
"Buat apa lagi dia ke sini, Pa? Hubungan kami juga sudah berakhir," jelas Shayna.
"Meskipun dia mantan suami kamu, tapi kamu harus menghormatinya sebagai tamu," ucap Darwin.
Shayna pun terdiam.
"Kedatangan saya ke sini hanya mengantarkan ini!" Azzam menunjukkan brankas yang sudah ia pegang.
Shayna dan kedua orang tuanya saling pandang.
"Ini perhiasan milik Shayna!" kata Azzam.
"Itu milikmu, aku tidak berhak membawanya," ujar Shayna.
"Aku ikhlas memberikan ini kepadamu, jadi ini adalah milikmu," kata Azzam lagi.
"Lihatlah suamimu itu begitu baik, perhiasanmu saja dibalikin!" ucap pelan Riska di dekat telinga putrinya.
"Aku tidak mau menerimanya, Ma. Barang-barang yang menyangkut hubungan aku dan dia maka aku tak pernah membawanya!" kata Shayna.
"Azzam, mari masuk. Kita bicara di dalam!" ajak Darwin lalu diiyakan Azzam.
Keempatnya duduk di ruang tamu, kedua mantan mertuanya menatap ke arah Azzam dengan senyuman hangat. Apalagi Darwin dan Riska berharap putrinya rujuk.
Namun, tidak dengan Shayna yang memasang wajah ketus dan cemberut. Hal itu tak luput dari lirikan Azzam.
"Nak Azzam, terima kasih sudah mau mengantarkan perhiasan Shayna ke sini. Papa yakin kamu sebenarnya adalah suami yang baik dan penyayang, tapi....." ucapan Darwin terjeda.
"Saya memang yang salah karena terlalu gegabah menceraikan Shayna, Pa." Azzam mengakui kesalahannya.
"Maaf, semua. Aku harus pergi ke luar kota sore ini juga," Shayna lantas beranjak berdiri.
"Shayna, kamu mau pergi sedangkan Azzam di sini," kata Riska.
"Mama dan Papa saja yang menemani dia, aku harus berangkat sore ini juga," ucap Shayna.
"Boleh saya menemani Shayna ke luar kota, Ma, Pa?" Azzam meminta izin.
"Boleh sekali, Nak Azzam!" sahut Riska.
"Ma, aku biasa pergi sendiri. Kenapa sekarang harus ada yang menemani?" sindir Shayna. Selama menikah Azzam tak pernah menawarkan dirinya ke luar kota bersama.
"Kami akan tenang jika kamu ada yang menemani, Shayna." Kata Darwin menyetujui istrinya.
"Aku tidak mau ditemani!" Shayna meraih tangan kedua orang tuanya dan mengecupnya. "Aku berangkat!" lanjutnya. Shayna gegas keluar rumah.
"Azzam, susul dia!" titah Darwin.
"Iya, Pa!" Azzam lantas berdiri dan mengejar langkah kaki mantan istrinya.
"Shayna!" panggil Azzam.
Mendengar namanya dipanggil, Shayna lantas menoleh seketika wajahnya mendadak cemberut.
"Aku temani, ya!" mohon Azzam menatap lembut.
Shayna tak segera mengiyakan, ia memandangi bola mata indah milik suaminya yang penuh kehangatan. Ia yakin jika Azzam menyesal sudah menceraikannya.
"Sebenarnya aku tidak perlu repot menawarkan diri karena hubungan kita sudah berbeda. Tapi, aku tak mau saja kamu menyetir sendiri ke luar kota," ujar Azzam beralasan.
"Jadi, kamu meragukan cara aku menyetir?" Shayna tampak sedikit tersulut emosi.
"Bukan begitu, Shayna. Ke luar kota membutuhkan waktu berjam-jam, kita bisa gantian menyetir," jelas Azzam agar tak salah paham padahal ia ingin dekat dengan mantannya itu.
"Ada Mario yang menemani aku, kamu juga jangan khawatir," ucap Shayna.
"Nah, justru itu jika kita pergi bersama Mario lebih baik. Kamu tidak perlu menyetir lagi," ujar Azzam berusaha mencari cara supaya Shayna mengizinkan dirinya ikut ke luar kota.
"Kenapa setelah kita bercerai kamu lebih perhatian kepadaku? Di mana pekerjaan yang selalu kamu banggakan?" singgung Shayna.
Azzam terdiam, ia menelan salivanya. Semua sindiran diarahkan padanya memang benar adanya. Mengapa pasca bercerai dirinya dapat menyempatkan waktu meskipun sekedar main ke rumah mantan mertuanya.
"Lebih baik kamu ke restoran saja. Bukankah hari ini akhir pekan biasanya selalu ramai?" Shayna kembali menyinggung.
"Bukankah kamu juga pernah bilang selalu memiliki waktu dua hari di akhir pekan? kenapa sekarang harus pergi? Aku datang sebagai tamu dan ingin menemui kamu tapi malah memilih pekerjaan," Azzam balas menyindir.
"Aku memang sudah memiliki janji, kamu saja yang datang tanpa diundang," Shayna memberikan alasan walaupun sedikit terbata.
"Itu artinya janji kamu lebih penting dari segalanya," cetus Azzam.
"Ya, karena aku pikir sudah tidak memiliki suami buat apa di rumah. Lebih baik mencari kesibukan agar tak selalu bosan maupun sedih," jelas Shayna.
"Apa kamu juga menyesal kita bercerai?"
...****************...
Mohon Maaf Tidak Dapat Selalu Update Tiap Waktu, Tetapi Aku Akan Tetap Mengusahakannya.
Sekali Lagi Mohon Dibaca Setiap Update, Jangan Menabung Bab, Apalagi Sampai Pindah Ke Lain Hati😁
Sehat Dan Bahagia Selalu Buat Kalian ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
sakit lah jd shayna krn dulu merasa tak dihargai jd istei sdh jd mantan baru.punya perhatian kyk pernikahan x dulu tak penting
2024-06-26
1