Azzam masuk ke mobilnya sembari terus menggerutu, "Sejak kapan dia menyetir? Kenapa aku tidak pernah mengetahuinya? Apa aku terlalu sibuk hingga aku tak sadar mantan istriku begitu mandiri? Tapi, mengapa dia tidak memberitahu aku jika ingin belajar menyetir? Apa selama ini aku tidak dihargainya?"
Sepanjang perjalanan menuju showroom mobil, pertanyaan itu selalu muncul di kepalanya. Azzam juga yakin jika Shayna memiliki pria idaman lain sehingga bersikeras ingin bercerai.
"Pasti dia belajar menyetir bersama kekasih gelapnya!" terka Azzam.
"Aku tahu sekali bagaimana Shayna sangat ketakutan jika aku menyetir dengan kecepatan tinggi!" gumamnya.
Azzam pun berniat ingin bertemu dengan Shayna untuk mempertanyakan alasan Shayna belajar menyetir.
Mobil yang dikendarai Azzam berhenti di usaha miliknya. Azzam gegas ke lantai atas menuju ruang kerjanya. Lagi-lagi pikiran negatif tentang Shayna muncul. Entah mengapa dia tidak begitu rela dan ikhlas Shayna dapat menyetir. Sebenarnya bukan karena itu juga, tapi mengapa Shayna tak meminta izin kepadanya terlebih dahulu.
Azzam meraih botol air mineral dan meneguknya hingga kandas. Pertemuan tak sengaja dengan mantan istrinya membuatnya tidak berkonsentrasi.
Azzam beranjak dari kursinya dan melangkah keluar ruangan. Dengan berjalan terburu-buru ia memasuki mobilnya. Hal itu mengundang perhatian para karyawannya karena tak biasanya Azzam pergi di saat jam kerja.
Azzam mengendarai mobilnya menuju butik mantan istrinya. Sesampainya di sana ia harus menunggu karena Shayna sedang melaksanakan rapat.
Selang 30 menit kemudian, Shayna selesai melakukan rapat. Ia lalu menghampiri Azzam yang sedari tadi sudah menunggu. Informasi tersebut diberitahu karyawannya. "Ada apa?"
"Apa kamu memiliki waktu sebentar saja? Aku ingin berbicara denganmu," kata Azzam dengan ragu.
"Kenapa setelah berpisah kamu dapat meluangkan waktu ke sini?" singgung Shayna. Ketika menikah mantan suaminya itu tak pernah mau datang berkunjung apalagi sekedar menjemputnya sehingga ia memutuskan belajar menyetir.
Azzam terdiam, ia tak dapat berkutik. Ia pun baru sadar jika dirinya sekarang rela ke butik Shayna hanya untuk mencari jawaban dari isi kepalanya yang banyak dipenuhi pertanyaan.
"Mari ke ruangan!" ajak Shayna dengan datar. Ia melangkah lebih dahulu dan disusul oleh Azzam.
Begitu memasuki ruang kerja mantan istrinya, Azzam memperhatikan sekelilingnya tampak banyak berubah. Terakhir ia datang ke tempat itu sekitar 1 tahun lalu.
"Silahkan duduk!" ucap Shayna.
Azzam duduk di sofa saling berhadapan dengan Shayna. Azzam belum mulai berbicara membuat Shayna mengernyitkan keningnya.
"Mau bicara apa?" tanya Shayna membuka percakapan.
"Sejak kapan kamu belajar menyetir? Kenapa kamu tidak pernah memberitahu aku?" Azzam mulai bertanya.
Mendengar pertanyaan terlontar dari mulut mantan suaminya seketika Shayna tertawa sinis.
"Aku suami kamu, kenapa kamu tidak pernah jujur," kata Azzam.
"Suami?" Shayna menautkan alisnya.
"Maksudnya mantan suami," Azzam meralat perkataannya.
"Bukankah sebelumnya aku sudah memberitahu kamu jika aku mau belajar menyetir?" Shayna pernah meminta izin tepat sebulan mereka menikah, waktu itu Shayna jarang sekali diantar jemput suaminya ketika bekerja meskipun sopir telah disediakan oleh Azzam.
"Kamu pasti berbohong, kapan kamu berkata seperti itu?" tanya Azzam yang benar-benar tidak ingat apapun.
"Jangan berpura-pura lupa," jawab Shayna dengan datar.
"Aku memang tidak ingat," ucap Azzam.
"Karena aku memang tidak terlalu penting bagi kamu makanya sesuatu yang keluar dari mulutku semua sia-sia," cetus Shayna.
"Bukan begitu, Shayna. Aku....."
Obrolan keduanya terjeda karena ponsel Shayna berdering, gegas wanita itu menjawabnya, "Sebentar lagi aku akan turun, tunggu saja."
Shayna mengakhiri percakapannya di telepon lalu menatap mantan suaminya, "Aku harus pergi!" Shayna lantas berdiri.
"Aku belum selesai bicara," kata Azzam juga beranjak dari tempat duduknya.
"Hubungan kita sudah berakhir satu bulan lalu tidak ada lagi yang perlu dibicarakan," Shayna meraih tasnya dan berlalu.
Azzam mengejar mantan istrinya, langkahnya berhenti ketika melihat Shayna melempar senyuman kepada seorang pria yang ada di depan pintu butik.
"Kamu tidak terlalu lama menunggu aku, 'kan?" tanya Shayna kepada pria bernama Mario dengan senyuman dan sembari melirik mantan suaminya.
"Tidak, kamu tenang saja!" jawab Mario balas memberikan senyuman.
"Ayo kita pergi!" ajak Shayna gegas keluar dari butiknya.
"Siapa dia? Kenapa Shayna begitu sangat akrab dengannya?" batin Azzam cemburu melihat kedekatan mantan istrinya bersama pria lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments