Sabtu pagi
Aku harus siap siap mau jemput apak ke bandara Soekarno Hatta. Aku memesan taksi on line, tak lama taksi yang aku pesan datang, alhamdulillah tidak macet mungkin karena masih pagi dan weekend kali ya.
Aku menunggu di depan gerbang kedatangan domestik di bandara Soeta, tak lama aku melihat apak dengan senyum khas nya di raut wajah tuanya.
"Yàa allah...ampuni semua dosa besar dan kecil, dosa yang lalu, dosa yang sekarang dan dosa yang akan datang, sehat kan lah beliau, berilah rezeki yang halal dan berkah, dan panjangkan umurnya, berikan hamba kesempatan tuk berbakti, dan jadikan beliau panutan ku ya allah," aku bergumam sendiri ketika melihat apak yang telah berada di samping ku.
"Ayo...pak, kita ke kost nya Nada. Istirahat dulu, sorenya baru kita ke rumah mnek Armen ya di Bogor."
Aku langsung menarik tangan apak tuk menaiki taksi yang aku tumpangi tadi, ya aku meminta sopir taksi tadi tuk menunggu sebentar, jadi aku ngak harus mencari taksi lagi tuk mengantar kami ke daerah Beji Depok.
Di dalam taksi
"Apak...bawa oleh oleh apa dari Jambi," tanya ku pada apak.
"kebiasaan, ang di tanya oleh oleh, ngak bawa, lagian makanan kesukaan kamu semua ada di sini, tinggal beli. Kamukan udah punya uang sendiri, ya beli dong," jawab apak tersenyum. Ya itu lah apak yang kalau bicara terkadang cuek, ngak kaku, serasa seperti teman, ya beliau bukan lah orang tua yang otoriter, beliau mengikuti gaya dan bahasa kami anak anaknya, karena itulah aku sudah biasa curhat apa aja pada beliau, masalah kuliah, masalah teman, kerjaan dan masalah perasaan, ya saat aku menyukai seseorang aku selalu curhat, dan beliau selalu mendengarkan cerita ku, beliau is the best."
"Apak ngak bawa baju?."
"Ngapain bawa baju banyak, cuma nambah repot bawa koper dan biaya tambahan bagasi saja, percuma punya adek di Tanah Abang. Apak bisa beli baju baru dengan harga diskon spesial, Hahaha. "
"hmmm...iya tau, yang punya adek grosir baju. Ntar Nada beliin dech apak baju baru, kan Nada habis gajian"
"Simpan uang mu nak, apak masih banyak uang. Hasil bengkel alhamdulillah dan itu ngak bakal habis tuk apak makan sendiri, apak cuma mikirin adek mu Naflazadia, dan si bungsu Rizky."
"Apak memang is the best. Nada bersyukur jadi anak apak, yang melimpahkan kasih sayang, cinta, perhatian, dan selalu memberikan uang, padahal ngak minta tuch, tapi karena di kasih ya di terima dengan ikhlas, rugi dong jatah jajan di tolak. Trimakasih apak tuk semuanya."
"Ngak sok mendramatisir, setiap ayah di dunia ini menginginkan yang terbaik tuk anak anaknya. Apak akan melakukan apapun tuk kebahagian kalian, tak peduli lelah, apak sangat mencintai kalian semua anak anak apak, teruma Nada dan Dia, apak anak tunggal, memiliki anak perempuan yang apak dan amak nantikan, kelahiran mu sangat apak rindukan. Kita orang minang memiliki anak perempuan adalah kebahagian tak terhingga."
Apak mengusap air matanya, ada keharuan yang luar biasa, ya apak adalah sosok ayah yang sangat sayang dan cinta pada anak anaknya. Mungkin, karena beliau anak tunggal dan merasa kesepian. Itulah sebabnya beliau tidak mengizinkan amak tuk KB, karena banyak anak banyak rejeki, dan rumah menjadi ramai. Celotehan, candaan, tawa, dan bahagia bersama anak anak.
"Akh...apak, melakolis dech. Jadi haru biru nich. Love you forever apak."
"Love you to, bidadari kecil ku, buah hati ku tercinta. Terimakasih ya allah engkau hadirkan putra dan putri tuk hamba, amanah mu tuk hamba. Semoga allah memberikan kebahagian tuk kalian semua."
"Aamiin."
Bukan hanya aku yang meng-aamiin kan doa apak, sopir taksi pun juga ikut, karena ia pasti mendengarkan percakapan aku dengan apak.
"Terimakasih pak...ikut meng aamiinkan doa saya, saya juga mendoakan bapak sehat trus dan di beri rezeki yang halal dan berkah, dan bapak juga berbahagia dengan anak anak bapak."
"Sama sama pak, ya kita sebagai orang tua hanya ingin melihat anak anak bahagia, karena itu kebahagian kita sebagai orang tua." Sopir taksi berujar di sela percakapan aku dan apak, tetapi tetap fokus setir dan melihat ke arah depan.
Tak terasa kami telah sampai di kost.
Aku dan apak segera turun dari taksi, dan membawa tas ransel apak. Beliau tidak suka bawa koper, apak mengambil dompet dari saku celana belakangnya, dan mengeluarkan beberapa lembar uang merah tuk membayar taksi.
"Maaf...pak, ini kelebihan, kan argonya hanya Rp. 75.000,-. Sopir taksi berkata pada apak karena merasa uang yang apak berikan lebih.
"Tidak. Itu rezeki bapak. Salam tuk anak anaknya ya pak. Terimakasih telah mengantarkan saya dan anal saya dengan selamat."
"Terimakasih banyak pak, semoga rezeki bapak banyak halal dan berkah," ujar sopir taksi dan melakukan mobilnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments