Saat ini kami sudah berada di rumah paman ku di daerah Depok. Aku dan mas Ridho duduk berdampingan di sofa ruang tamu, nyambi menunggu paman yang katanya lagi sholat maghrib. Alhamdulillah tadi di jalan kami sudah sholat maghrib.
"assalamualaikum Nada." Paman ku menyapa.
"waalaikumsalam ma'enek." Aku menjawab salam dari paman ku, ya aku memanggil paman ku dengan sebutan ma'enek karena memang itulah panggilan tuk adek laki laki saudara dari ibu.
Aku melihat tatapan mata paman ku ke arah mas Ridho dengan tatapan tak suka.
Aku dan mas Ridho segera berdiri dan meraih punggung tangan dan menciumnya penuh takzim tanda hormat pada orang tua.
"Siapa laki laki itu?." Tanya paman to the point.
"Calon suami Nada." Aku menjawab dengan singkat.
"Apa maksud kàmu Nada...kamu jangan seenaknya saja mau menikah dengan orang lain, mnek sudah mencarikan jodoh tuk kamu, dan kamu harus setuju karena mnek bertanggung jawab mencarikan kamu jodoh karena itu tugas ninik mamak, apa kamu faham." Paman ku berujar dengan ketus dan sikapnya sangat mengintimidasi ku.
Tuk sesaat aku diam.
"Maaf mnek, Nada menolak perjodohan itu." Akhirnya aku mengeluarkan suara setelah tadi diam beberapa saat.
Mnek Samsul langsung berdiri dan ia menunjukkan jari telunjuknya di depan wajah ku, kemuadian dengan posisi kedua tangannya di pinggang. Aku melihat raut wajahnya yang tiba tiba menjadi memerah akibat emosi tingkat tinggi mendengar penolakkan ku.
" Dasar anak ngak tau di untung, di cariin jodoh bukannya berterimakasih tapi menolak, memang kamu ngak sadar, berkaca dulu, coba lihat apakah kamu itu cantik, kamu ngak sadar umur mu itu udah 27 tahun, kamu lihat sepupu mu yang lain udah pada nikah dan udah pada punya anak."
"Maaf mnek, Nada tau dan sadar diri. Nada tidak secantik sepupu Nada yang lain, tapi harap mnek tau, apapun keadaan diri Nada jangan pernah menghina, karena apak dan amak tak pernah berkata kasar seperti yang mnek ucapkan. Dan harap mnek tau apapun yang menyangkut keputusan dalam hidup Nada bukan urusan mnek, karena yang paling berhak memutuskan perjodohan adalah apak, karena beliau orang tua kandung Nada, yang memberikan kasih sayang dan cinta, yang memberikan pendidikan, karena beliau yg bekerja keras membesarkan anak anaknya".
Aku menarik nafas, dan membuangnya pelan. Aku melihat ke arah mas Ridho yang hanya diam melihat dan mendengar perdebatan aku dan paman.
"Apa hebatnya laki laki ini, cuma guru honorer, yang gajinya ngak seberapa, ngak sepadan dengan kamu Nada, kamu seorang asisten pengacara, apa kamu ngak malu punya calon suami yang tak ada apa apanya itu."
Mnek berujar dengan sangat marah pada ku, dan Nada bicaranya dengan intonasi suara yang tinggi.
"Nada ngak peduli, meskipun Mas Ridho hanya guru honorer, Nada tetap akan menikah, meski mnek tak meretuinya, karena tak berpengaruh, cukup restu dan doa dari apak dan beliau yang punya hak jadi wali nikahnya Nada."
Aku balik menimpali semua perkataan paman. Aku tau perkataan ku mungkin sedikit kasar tapi sudah lah aku juga capek berdebat trus.
Untuk sesaat suasana hening, dari arah ruang keluarga, istri paman menghampiri dengan membawa nampan berisi tiga gelas minuman dan setoples kue kering.
Mintu (panggilan pada istri paman saudara laki laki dari ibu), menghidangkan teh untuk ku, dan gelas kopi tuk mas Ridho dan satu gelasnya tuk paman. Mintu duduk di samping paman ku, dan melirik mas Ridho, tatapan matanya tertuju dari ujung rambut sampai ujung kaki sekilas melihat penampilan mas Ridho yang saat itu memakai kemeja putih berlengan pendek dan celana kain berwarna coklat tua.
"Nada. Kami bermaksud baik menjodohkan kamu dengan seseorang yang kami pilih. Namanya Nopriandi, ia pedagang sukses, toko pakaiannya ada tiga, di blok A, kawasan Tanah Abang. Percayalah hidup mu tak akan kekurangan materi menikah dengannya, menikah dengan guru honorer apa ada jaminannya hidupmu bahagia...apa sih yang kamu pandang dari laki laki di samping mu." Mintu berkata memberikan pendapatnya bahwa pilihan mereka yang terbaik.
"Maaf, mintu. Nada tetap pada pilihan Nada sendiri, Nada yakin ia akan jadi suami yang baik tuk Nada." Aku tetap teguh dengan jawaban ku menolak perjodohanku, aku melirik sebentar ke arah mnek dan mintu ku lihat raut wajah mereka yang memerah.
Suasana hening kembali.
"Mintu....Nada pamit dulu ya, Nada lelah, mau istirahat." Aku berniat pamit tuk pulang tapi tangan ku di tepis oleh mas Ridho.
"Paman...bibi...saya minta maaf. Jika kedatangan saya tak di harapkan tapi saya tetap pada pendirian saya memohon izin dan restu tuk meminta kesediannya menerima lamaran saya, karena meski saya baru mengenal Nada, tapi saya berniat menikahinya.
Beberapa waktu yang lalu saya sudah menelpon ayahnya Nada dan menyampaikan niat saya tuk melamar, beliau berpesan pada saya tuk menemui paman, karena Paman adalah keluarga dari almh ibunya Nada. Saya tau mungkin saya tak sebanding dengan Nada. Tapi saya berjanji akan membahagiakan Nada."
Mas Ridho berujar panjang suaranya yang lembut dan tutur kata yang sopan menyampaikan semua maksudnya, tetapi tiba tiba paman berbicara dengan Nada suara yang tinggi membuat suasana makin tegang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Yuniar Sanopa
nice
2023-02-08
0