"Woy... Lihat itu," teriak seseorang yang tengah berjalan melintasi area sekitar.
Semuanya terperanjat menyaksikan adegan yang tak patut di lihat usia dini. Irma dan Manto tak sanggup berdiri sesaat di teriak warga sekitar. Harap-harap mereka berdua di bantu berdiri.
"Astagfirullahaladzim...," teriak semua orang yang menyaksikan. Kebetulan mereka baru pulang setelah mengikuti pengajian di salah satu rumah warga.
"Apa-apaan kalian berdua mesum di sini?" tanya lelaki setengah paruh baya yang berjalan mendekati diikuti warga lainnya. Senter yang mereka gunakan mengarah ke Manto dan Irma.
Kata mesum membuat kedua insan itu tersadar dan melirik satu sama lain.
"Malah diam aja. Ikut kami ke rumah pak Muksim. Kalian berdua harus segera di nikahkan," ucap lelaki lainnya.
"Eh, inikan Manto sama Irma." salah satu perempuan yang ikut mengerubungi, dia tersadar wajah-wajah familiar di kampungnya.
Irma dan Manto terperanjat dengan kondisi mereka. Akibat terjatuh dan kepala yang sakit, mereka berdua sedikit memiliki loading yang cukup lambat, untuk menyambung dengan kondisi masing-masing.
"Astagfirullah... Enggak menyangka kamu Irma kayak begini dengan Sabrina," ucap wanita lain yang terperanjat melihat anaknya berbuat mesum bersama seorang lelaki yang terkenal bergaya keperempuanan.
Irma dan Manto bangkit. Walau posisi mereka berdua secara paksa berdiri. Penglihatan Manto saja masih berputar-putar.
"Ini enggak seperti yang emak lihat," teriak Irma membela diri. Dia menoleh ke Manto dengan posisi lelaki di sampingnya memegang bahunya. Irma merasakan getaran dari tubuh Manto. Irma tahu jika Manto saat ini tengah tak sanggup berdiri dan masih tak seimbang dalam posisinya.
"Lihat ini, mereka saja sudah terlihat sangat dekat dan," lampu senter terlihat pada resleting Manto yang terbuka.
Bukan tak apes dan sial lagi yang Irma dan Manto dapatkan. Mau dijelaskan sepertinya kedua insan itu tak bertenaga. Posisi Manto masih dengan dunianya.
"Ini bisa gue jelaskan," ucap Manto berusaha berbicara dengan penglihatannya saja tak karuan. Perutnya saja sudah mual. "Uwek...." Manto muntah seketika.
"Oh, ini pasti kalian berdua habis mabuk-mabukan. Jadinya kalian berbuat demikian di sini," tuduh yang lainnya.
Irma semakin terperanjat, "Enggak kayak begitu Pak. Aku tadinya menolong teteh Sabrina aja. Sumpah demi apapun." Irma berusaha membela dirinya. Dia juga melihat ibunya hanya terdiam saja. Raut wajah kecewa terlihat jelas di wajah perempuan paruh baya itu.
"Ah sudahlah Irma, jangan banyak alasan. Pokoknya kalian berdua harus ikut ke rumah pak Muksim agar bisa di nikahkan secara langsung," bantah yang lainnya. Dia tidak terima jika kedua insan itu tidak di nikahkan sekarang juga.
"Kelakuan anak ibu telah mencoreng nama baik kampung kita. Mau nggak mau mau, dia harus di nikahkan sekarang juga," ucap lelaki lainnya menunjuk Muna, ibunya Irma.
Muna mengangguk saja, mulutnya tak dapat berbicara. Dia tak menyangka, bahwa anak yang dia didik selama ini, bahkan baru keluar dari pesantren berbuat demikian. Dia memang ingin meminta anaknya segera menikah saja, seperti teman anaknya itu, tapi bukan seperti ini jalannya.
"Emak... Aku enggak mau di nikahkan. Aku enggak salah," teriak Irma yang tak bisa melepaskan Manto, dengan posisi Manto saja berpegang erat dengannya.
"Kalian salah sangka semuanya, apa yang di katakan Irma benar. Gue tersangkut di batang." Manto menunjuk pohon dekatnya. "Ini aja kaki gue masih ada talinya. Gue muntah gara-gara mual berlama-lama bergelantungan di atas sana. Kepala gue aja masih sakit banget. Mana enggak ada yang nolongin lagi," jelas Manto berusaha membela diri. Dia juga tak terima dengan tuduhan para warga, apalagi di nikahkan sama perempuan yang dianggap Manto masih di bawah umur.
Kenal iya, tapi cinta tidak ada. Bukan tak mau menikah, tapi dia sedang mencari yang tulus.
Semuanya menyenter kaki Manto dengan Muna terperanjat. Dia juga tak bisa berbohong bahwa mungkin ini jalan satu-satunya agar anaknya itu menikah saja. Walau Muna sendiri tidak menerima jika anaknya itu menikah dengan seorang transgender.
Muna yakin dan mengenal anaknya yang baru lulus dari pesantren. Irma bisa membimbing Manto. Dengan ekspresi sedih, Muna terlihat menghayati. Kesalahpahaman ini, sekalian saja di lakukan.
"Emak enggak yakin jika kalian beralasan demikian. Emak malu dengan sikap mesum kalian berdua. Apalagi kamu Manto, celana kamu aja terlihat terbuka. Awal aja kamu meminta tolong, padahal nafsu kamu yang sebenarnya menjadi lelaki itu tak tertahankan. Kamu memang transgender, tapi kamu tidak bisa menutupi bahwa nafsumu itu sudah tak tertahan lagi." Muna memiliki alasan yang langsung diterima oleh penduduk sekitar.
Irma dan Manto semakin terperanjat atas ucapan Muna.
"Nikahkan saja mereka. Aku juga enggak mau jika anakku hamil nantinya," perintah Muna secara gamblang.
Mereka semua mengikuti, tapi tidak dengan Manto dan Irma yang tidak terima hal itu terjadi. Ini jelas-jelas, fitnah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
kaylla salsabella
wuhhaaaaa manto bin Sabrina semoga menjadi laki" tulen 😊😊
2024-06-17
0
Dwi Winarni Wina
kasian irma dipaksa menikah dgn manto hanya krn kesalahpahaman aja dan hrsnya diselidiki dl.....
2024-06-17
0
Ekha, S
😅😅😅 posisi yang ngk mengenakan lagi mual sakit kepala disuruh menikah
2024-06-16
0