CINTAKU TIDAK SALAH

Arya duduk dimeja kerja didalam kamarnya, dia berusaha fokus menyelesaikan pekerjaannya. Namun, sekeras apapun Arya berusaha dia tidak mampu untuk memfokuskan pikirannya. Kacau balau bercampur aduk disaba.

"Salahkah aku menolak kembali perjodohan yang ayah ajukan padaku" ucap Arya bermonolog.

Arya tahu Mentari adalah seorang gadis yang baik, diapun mengenalnya sudah cukup lama. Saat itu dia dan Mentari sama - sama bersekolah di Sma yang sama. Arya tahu dari dulu Mentari memang sudah tertarik padanya, dari tatapan matanya saat memandang Arya, dari perhatian - perhatian kecil yang diberikan olehnya. Tapi bagaimanapun Arya tidak mungkin membohongi hatinya sendiri, dia sama sekali tak tertarik pada Mentari. Arya hanya menganggap Mentari sebagai temannya, tidak lebih dari itu. Arya tak ingin berpura - pura mencintai karena disaat dia berpura - pura dia akan mengorbankan perasaan orang lain. Dia tak ingin itu terjadi.

Arya tahu pengakuannya tadi akan merubah semuanya, akan merubah segalanya, keadaan rumah ini tak akan sama. Arya sendiri binggung bagaimana besok dia bersikap, terutama kepada Aryani, adiknya. Apa yang akan dia jelaskan padanya jika nanti Aryani bertanya padanya. Entah mengapa saat ini semua isi kepalanya hanyalah tentang Aryani.

Arya kembali berfikir dan bertanya pada dirinya sendiri. Sejak kapan rasa cinta ini muncul? Rasa ini benarkah ini cinta. Rasa ingin memiliki, rasa ingin melindungi, dan berbagai rasa yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata.

Awalnya Arya sama sekali tak perduli pada Aryani kecil, bagaimanapun Aryani adalah bagian dari Claudia wanita yang sangat dia benci. Tapi semakin hari Aryani terus saja mendekatinya dengan tatapan penuh iba. Ingatan Arya melayang kembali kebeberapa tahun silam, dimana saat itu Aryani kecil sedang mencarinya ditaman , sebenarnya dari jauh Arya sudah melihatnya hanya saja dia memang sengaja tak ingin menemuinya. Dilihatnya ada beberapa anak laki - laki sedang bermain sepak bola dan tanpa sengaja bola yang mereka tendang tepat mengarah dan mengenai kepala Aryani. Tentu saja Aryani seketika terkejut dan merasakan sakit dikepalanya.

" Hai kamu! Lemparkan kesini bolanya" teriak seorang anak laki- laki seusia Arya yang tadi ikut bermain sepak bola.

Tanpa menjawab Aryani mengambil bola tersebut, namun tanpa diduga Aryani malah melemparkan kearah yang berlawanan dengan mereka, sontak saja sikap yang ditunjukkan oleh Aryani membuat beberapa anak tersebut menjadi kesal dan mendekati Aryani.

"Hai, anak kecil maksutmu apa melempar bola kearah sana" ucap seorang anak laki - laki sambil menunjuk kearah bola tersebut.

"Kamu cari masalah ya sama kita - kita" ucap anak yang lainnya.

Aryani masih saja diam tak menjawab, dia sangat kesal. Bisa - bisanya mereka tidak merasa bersalah dan meminta ma'af padanya setelah apa yang mereka lakukan kepadanya baru saja.

"Kenapa? Kamu ngak terima" ucap anak yang lainnya.

"Iya, ini anak sepertinya mau nyolot" ucap anak yang satunya lagi sambil mendorong tubuh Aryani hingga terjatuh dan lututnya terluka. Tentu saja mendapatkan perlakuan yang seperti itu membuat Aryani menangis. Tangisnya semakin kencang saat teringat dia tidak juga berjumpa dengan Arya abangnya.

"Ayo kita pergi aja dari sini, dari pada nanti kita dapat masalah" ajaknya pada teman- temannya. Merekapun berlari kearah bola yang dilemparkan Aryani tadi. Setelah memungut bola tersebut merekapun berlari semakin menjauh.

Arya ingin melangkah pulang dan meninggalkan Aryani begitu saja. Namun, tiba - tiba saja hatinya tidak tega melihat Aryani menangis sambil memegangi lututnya yang terluka, sesekali mulut kecilnya meniup lukanya, mungkin dia fikir dengan cara itu bisa meredakan rasa sakit dilututnya.

"Ayo pulang" ucap Arya yang sudah berada di depan Aryani. Arya mengulurkan tangannya.

" Abang kemana aja, adek nyariin dari tadi. lihat nih kakiku jadi sakitkan" rengek Aryani sambil menunjuk lutunya.

" Kenapa kakimu?" tanya Arya pura - pura tau.

" Aku terjatuh tadi" jawab Aryani berbohong, seraya tangannya menerima uluran tangan Arya.

"Aduh sakit kakiku kalau buat jalan bang" ucap Aryani merengek.

"Sini aku gedong" ucap Arya.

Tanpa aba- aba apapun Aryani langsung saja bergelantung dipunggung Arya dengan sangat senang, kapan lagi dia bisa merasakan sedekat ini dengan abangnya ini.

"Abang tau ngak, hari ini adek senang banget, karena hari ini abang mau gendong adek" ucap Aryani sambil mengarahkan pandangannya kearah Arya.

"Abang! Boleh ngak sich kita terus seperti ini" ucap Aryani kembali.

Arya hanya terdiam tak menjawab semua ucapan Aryani, namun yang jelas segala keangkuhannya untuk Aryani telah luluh. Arya menyadari Aryani juga sama dengan dirinya, sama- sama korban ambisi Claudia. Mungkinkan rasa itu dimulai dihari itu. Entahlah, tapi yang jelas bagi Arya cintanya tidak salah.

Arya tau apa yang dia ucapkan harus dia buktikan. Aryani bukanlah adiknya. Dia tau itu sudah dari dulu, berkali - kali dia melihat Claudia dan Miranti ber adu mulut karena masalah ini. Miranti curiga bahwa Claudia tidaklah hamil. Mungkin saja kecurigaan ibunya benar. bagaimana caranya agar Arya dapat membuktikan itu.

Bagaimana perasaan Aryani jika apa yang dipikirkan Arya benar? Apakah itu tidak akan membuat Aryani terluka. Hal tersebut juga yang selalu Arya pikirkan hingga sampai detik ini dia tidak pernah mengungkapkan apapun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!