Pram duduk bersandar dikursi ruang kerjanya, dia sengaja keruangan ini dari pada pergi kekamarnya. Jika pergi kekamarnya alih - alih dapat berfikiran jernih malah akan semakin membuat pikirannya tambah ruwet saja, sebab nanti Claudia istrinya pasti akan mengoceh sepuasnya. Apalagi tadi Arya membuat pengakuan yang membuat dirinya saja binggung untuk menerimanya, apalagi Claudia. Pram tahu Claudia bukanlah seorang wanita yang bisa sabar menghadapi masalah. Kini pikirannya melayang - layang tak tentu arah dan tujuan. Mengapa hidupnya dan anak - anaknya menjadi serumit ini.
Pram membuka laci meja kerjanya dia mengambil sebuah bingkai foto, disana nampak fotonya bersama seorang wanita bergaun putih sedang menggendong seorang anak laki - laki berusia sekitar satu tahunan. Dari senyum mereka tampak kala itu mereka sangatlah berbahagia.
"Miranti sayang, andai dirimu masih ada, abang yakin kamu bisa membantu abang menyelesaikan permasalahan ini." Ucap Pram seraya membelai lembut foto perempuan tersebut.
"Anak kita Arya, kini dia telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan juga tampan, seperti harapanmu sayang" ucap Pram kembali.
"Sayang, abang binggung harus bagaimana. Mengapa anak kita bisa salah jalan, mengapa dia bisa mencintai adiknya yang sedarah dengannya" ucap Pram kembali, tanpa terasa air matanya menetes membasahi bingkai foto tersebut.
Pram kembali membuka laci meja kerjanya, di ambilnya kembali sebuah bingkai foto disana nampak foto dia dan miranti sedang duduk dipelaminan. Senyum meraka tampak malu -malu namun mata mereka memancarkan rasa cinta yang dalam.
Pram teringat pertama kali dia bertemu dengan Miranti disebuah restoran dimana Miranti bekerja.
"Ma'af, aku tidak tau apa yang membuat anda kecewa. Tapi, yakinlah di setiap masalah yang tuhan berikan , di setiap ujian yang tuhan berikan, dia melakukannya karena yakin hambanya sanggup melewati itu. Dari pada anda terus terpuruk dalam masalah lebih baik anda bangkit dan kembali kekehidupan anda." Ucap seorang gadis pelayan restoran tersebuat membangunkan lamunannya.
"Lihatlah anda terlalu asik melamun , sehingga teh panas yang saya sajikan tapi sampai menjadi dingin. Begitu juga dengan baksonya, mana enak kalau dikonsumsi dalam keadaan dingin. Dari sini anda bisa tau, disaat anda terpuruk dan terlarut didalam kesedihan.Itu artinya anda baru saja melewatkan hal yang nikmat yang tuhan berikan." Ucap pelayan tersebut kembali.
Mendengar ucapan pelayan tersebut entah mengapa hati Pram seketika langsung menjadi lebih baik. Memang benar dari tadi dia tidak fokus terhadap makanan dan minuman yang ada dihadapannya, hatinya hancur teringat penghianatan Claudia kekasihnya. Mengapa Claudia tega menghianatinya? Apakah kurang perhatian dan cinta yang dia berikan. Segala permintaan yang Claudia inginkan selalu saja Pram berikan. Pram juga selalu melindungi dan menjaga kehormatan Claudia sebagai seorang gadis dari keluarga baik - baik dan terhormat. Tak pernah sekalipun terlintas dipikirannya untuk merenggut mahkota Claudia sebelum mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Tapi mengapa dengan mudahnya Claudia melakukan itu dengan pria lain. Bahkan pria tersebut baru dia kenal.
"Dilihat dari tatapan mata anda, saya bisa tau apa masalah yang anda hadapi" ucap gadis tersebut sambil menarik kursi yang ada didepan meja Pram kemudian duduk dan memandang Pram.
"Anda sedang mengalami yang namanya broken heart" ucap gadis itu kembali dengan terseyum.
"Kamu ini pelayan atau peramal?." ucap Pram menatap gadis didepannya.
"Bisa aku tebak, ramalanku ternyata benar" ucap gadis itu lagi sambil tertawa terkekeh.
Pram hanya diam tak punya jawaban, entah mengapa hatinya yang tadi kosong tiba - tiba kembali terisi. Hatinya yang semula gelap kini perlahan menemukan kembali sedikit cahaya. Gadis dihadapannya ternyata cukup menarik pandangannya. Seorang gadis dengan memakai celana hitam panjang dan baju batik seragam restoran tersebut , mampu membuka hatinya. Ditatapnya lagi gadis tersebut, ternyata cantik juga dengan rambut hitam panjang dikuncir kuda mengekspos leher jenjangnya. Kulitnya juga putih bersih, wajahnya cantik meskipun tanpa polesan make up sedikitpun.
Sadar jika laki- laki dihadapannya kini menandanginya Miranti jadi salah tingkah, pipinya kini merona merah malu- malu. Dari pada terus berada disini dan mempermalukan dirinya Miranti akhirnya berdiri dan berlalu pergi karena dilihatnya ada beberapa pelanggan yang datang membutuhkan pelayanannya.
"Hai siapa namamu?" teriak Pram saat sadar gadis dihadapannya berlalu pergi.
"Namaku Miranti" teriak gadis itu.
Setelah pertemuan itu, hampir setiap hari Pram selalu menyempatkan diri untuk pergi menemui Miranti yang sedang bekerja direstoran tersebut. Kalaupun dia tidak memiliki kesempatan untuk bicara berdua, hanya memandangnya saja sudah membuat Pram bahagia. Pram benar - benar sudah sangat terpesona dengan Miranti. Seorang gadis dari keluarga biasa yang hidup dengan sangat sederhana mampu membuatnya terpesona.
Kalau ada kesempatan mereka tak lupa menghabiskan waktu bersana. Tak perlu membawa Miranti pergi ketempat - tempat mewah malah Miranti lah yang membawa Pram ketempat - tempat sederhana yang tidak pernah pram kunjungi sebelumnya. Miranti tidak pernah meminta barang - barang yang mahal seperti yang Claudia lakukan dahulu. Perlahan namun pasti Miranti sudah berhasil menguasai seluruh hati Pram tanpa memberikan sedikitpun ruang untuk orang lain disana.
Sekali lagi Pram membelai foto mereka, rasa cinta ini masih sama yang berubah hanyalah rasa rindu, sebab rasa rindu ini sudah benar - benar sangat dalam. Ingin rasanya Pram segera pergi dari dunia ini dan menyusul Miranti istrinya. Mungkin dia dapat merasakan bahagia disurga bersamanya. Pram tidak pernah menyangka dan menduga secepat itu tuhan mengambil belahan jiwanya. Andai saja waktu bisa diputar kembali Pram tidak akan pernah melewatkan sedikitpun waktu dimana mereka berdua dapat menghabiskan waktu bersama.
"Miranti sayang, didalam sini tetap hanya kamu yang akan selalu bertahta di dalamnya" ucap Pram sambil memeluk foto mereka berdua. Hingga tanpa sadar matanya mulai terpejam.
Ma'afkan aku yang telah menggoreskan luka dihatimu. Aku tau betapa kamu berusaha menyembunyikan rasa sakit itu. Ma'afkan aku, yang telah tergoda dan mendua. Aku juga tau sekuat apa engkau mencoba seolah tak terjadi apa - apa. "Ma'afkan aku yang menghancurkan harapan dan cita - cita. Kamu selalu berusaha tetap hangat walau perlahan hatimu menjadi sedingin salju. Pram semakin terbuai didalam mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments