18

Reva merasa heran mengapa Lukas sampai datang ke rumah sakit ini. Bahkan kini dalam waktu singkat Reva berutang uang kepada Lukas sedemikian besar jumlahnya.

Tetapi dalam hati, Reva bersyukur bisa bertemu dengan orang sebaik Lukas. Sebab ia dalam posisi yang terhimpit.

Kemudian Lukas menolongnya dengan meminjamkan uang untuk operasi ibunya serta Lukas juga menawarkan Reva pekerjaan.

"Maaf, Tuan. Apa yang dilakukan tuan di rumah sakit ini? Apakah Tuan sedang menjenguk seseorang?" tanya Reva. Lukas menganggukan kepalanya.

"Benar, Reva. Aku sedang menemani salah satu karyawanku yang yang terkena kecelakaan ringan. Kini dia sudah ditangani oleh dokter dan dirawat beberapa hari di rumah sakit ini,” jawab Lukas.

Reva sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Lukas.

"Apakah Tuan Lukas bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami karyawan Tuan itu?" tanya Reva lagi. Lukas kemudian tersenyum lebar.

"Tentu saja, Reva. Aku akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kepada karyawanku," kata Lukas berdusta untuk bisa mengelabui Reva.

Reva hanya terdiam sambil menganggukkan kepalanya. Dalam hati ia merasa terkagum saat mendengar Lukas yang begitu bertanggung jawab.

"Oleh karena itu, kamu beruntung bisa bekerja denganku, Reva. Karena kamu bisa melunasi utangmu kepadaku. Dan setelah itu kamu bisa menghidupi dirimu sendiri dan juga ibumu," bujuk Lukas. Reva pun mulai terbuai dalam pengaruh Lukas untuk bekerja pada dirinya.

Tetapi Lukas juga sangat penasaran dengan kehidupan Reva. Bahkan Reva sampai merasa panik karena ia butuh uang sebanyak itu untuk biaya operasi ibunya.

"Maaf, Reva. Sebenarnya ke mana ayahmu? Seharusnya dia juga ada disini bersamamu. Apakah ayahmu sudah meninggal?" tanya Lucas dengan nada penasaran. Namun Reva menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Tuan. Ayahku belum meninggal. Tetapi aku tidak tahu kemana ayahku pergi," Jawaban Reva membuat Lukas menyimak dengan rasa iba.

"Dia sudah setahun ini tidak pulang ke rumah. Padalah ayahku bilang dia akan bekerja di luar kota. Tetapi sampai saat ini belum ada kabar beritanya. Aku takut terjadi sesuatu dengan ayahku," jelas Reva dengan nada lirih. Lukas merasa tersentuh dengan cerita Reva.

'Kisah gadis ini, sama dengan Laura yang mencari ayahnya Kasihan sekali dua gadis ini. Jadi tidak salah aku mempekerjakan mereka berdua,' gumam Lucas dalam hatinya.

"Semoga saja ayahmu segera kembali, Reva," harap Lukas, dan Reva mengamininya.

"Tetapi yang paling penting sekarang, kamu memang harus bekerja. Karena kamu tidak bisa seperti ini terus. Mamu harus mengandalkan kekuatanmu sendiri agar bisa mengurus ibumu," ujar Lukas sambil terus mempengaruhi Reva.

Reva hanya terdiam. la memang sudah terpengaruh oleh bujuk rayu Lukas kepada dirinya.

Tetapi Reva masih penasaran, pekerjaan apa yang akan digelutinya saat ia bekerja dengan Lukas.

"Maaf, Tuan. Kalau aku bekerja padamu posisi apa yang aku pegang nanti?" tanya Reva. Lukas pun tersenyum lagi.

"Kita tunggu sampai ibumu dulu, baru kamu akan tahu apa pekerjaanmu. Tetapi sungguh pekerjaan ini sangat cocok untukmu," jawab Lukas.

Reva sebenarnya merasa janggal dengan jawaban Lukas, tetapi ia ingat utangnya kepada Lukas yang harus dibayarkan.

Mau tidak mau, Reva harus bekerja pada Lukas.

Toh dia juga sangat membutuhkan pekerjaan saat ini.

"Baiklah, Tuan. “ku siap bekerja untukmu," jawab Reva. Lukas pun merasa senang mendengar persetujuan dari Reva.

Walaupun Reva sendiri belum tahu pekerjaan apa yang akan dilakukannya nanti.

"Bagus, Sayang. Kalau begitu aku permisi dulu. Aku harus menemui karyawanku. Siapa tahu dia sudah sadar dari pengaruh obat bius," tandas lokasi segera pamit dari Reva.

Tetapi Lukas berjanji akan kembali untuk menemani Reva. Reva pun mengucapkan terima kasih kepada Lukas.

Lukas pun kemudian berlalu meninggalkan Reva dan masuk ke kamar rawat inap di mana Rossa berada.

Saat Lukas masuk, ternyata Rossa sudah sadarkan diri. Lukas pun menghampiri Rossa dan duduk disampingnya.

Rossa nampak terkejut saat melihat kedatangan Lukas hadir di sampingnya.

"Bagaimana kondisimu, Rossa? Apakah sudah membaik?" tanya Lukas. Rossa menganggukan kepalanya dengan lemah.

"Sudah Tuan, terima kasih Tuan Lukas sudah membawaku ke rumah sakit ini,” ucap Rossa. Tetapi Lukas penasaran bagaimana Rossa bisa terjatuh seperti itu.

"Apa yang kamu lakukan sampai kamu jatuh dan terluka parah seperti ini, Rossa?" tanya Lukas.

Rossa kemudian mengingat kejadian pagi itu.

"Tadinya aku akan menemuimu Tuan Lukas. Marena harus ada yang aku bicarakan," jawab Rossa.

"Tetapi saat aku melewati depan kamar Laura. Aku malah aku terpeleset dan aku mencium aroma cairan pembersih lantai. Kepala bagian belakangku terbentur lantai dengan keras sehingga aku merasa sangat kesakitan dan pusing. Badanku pun terasa remuk, pakaianku juga basah karena terkena cairan pembersih lantai itu," terang Rossa panjang lebar.

Lukas merasa heran siapa yang melakukan semua itu, karena Lukas berpikir kalau adanya cairan pembersih lantai di depan kamar Laura pasti ada unsur kesengajaan.

"Memangnya apa yang akan kamu bicarakan kepadaku, Rossa? tanya Lukas lagi.

"Begini Tuan. Laura bercerita kepadaku jika dia habis didamprat oleh Anna, karena Laura dituduh oleh Anna sudah merebut pelanggannya yang bernama Jimmy," jawab Rossa. Lukas pun terkejut mendengarnya.

"Jadi Laura didamprat oleh Anna?" tanya Lukas.

Rossa menganggukkan kepalanya.

"Benar, Tuan. Oleh karena itu, aku ingin meminta kebijakan dan tindakan tegas Tuan Lukas kepada Anna. Sebab Anna sendiri juga sering sekali merebut pelangganku tetapi aku tidak pernah mendampranya seperti itu," jelas Rossa.

"Bahkan dia juga tega menjambak dan menampar Laura," imbuh Rossa. Lukas hanya terdiam.

la tidak menyangka jika kekasihnya itu akan bersikap brutal pada Laura.

'Sepertinya Anna iri dengan posisi Laura, karena pamornya semakin menurun. Ini berawal setelav aku sudah membuka jasa bagi siapa saja yang ingin dilayani oleh Laura, gumam Lukas. Melihat bosnya terdiam membuat Rossa menjadi sangat heran.

"Ada apa, Tuan? Mengapa Tuan terdiam seperti itu?" Rossa balik bertanya kepada Lukas. Lukas pun menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak apa-apa, Rossa. Baiklah aku akan bicara kepada Anna untuk berhenti melakukan hal memalukan itu," kata Lukas. Rossa pun merasa senang jika Lucas akan bertindak untuk bisa menegur aksi Anna.

"Tetapi kamu jangan lupa, Rossa. Semuanya ini tidak gratis!" Perkataan Lukas membuat hati Rossa bertanya-tanya.

"Memangnya ada apa, Tuan? Aku tidak mengerti maksud Anda," ujar Rossa.

"Begini Rossa. Kamu sudah menggunakan uangku untuk bisa berobat di rumah sakit ini. Jadi kamu harus membayarnya, setelah kamu sembuh," tutur Lukas.

Rossa pun merasa terkejut mendengar apa yang dikatakan Lukas.

"Jadi aku harus membayar biaya rumah sakit ini sendiri, Tuan?" tanya Rosa dengan mata terbelalak. Lukas kemudian menganggukan kepalanya.

"Tetapi Tuan, aku membutuhkan uang juga untuk kebutuhan keluargaku," balas Rossa. Tetapi sorot mata Lukas menatap tajam kepada Rossa.

"Itu Sudah risikomu, Rossa. Aku juga tak ingin kecelakaan ini menimpamu. Hanya saja kamu tak berhati-hati. Lalu malah terpeleset sampai lukamu seperti ini," jawaban abu-abu dari Lukas membuat Rossa merasa bingung.

"Apa Tuan Lukas tidak mengasihiku? Aku sendiri harus bekerja demi membiayai kehidupan keluargaku. Kenapa aku harus terbebani dengan utang dari biaya perawatanku di rumah sakit ini?" tanya Rossa. Namun Lukas terdiam sejenak.

Rossa malah berpikir kalau Lukas itu kikir dan pelit. Padahal selama ini ia bekerja pada Lukas dan menyetorkan sebagian pendapatannya tiap hari.

"Keuanganku sedang bermasalah, Rossa. Jadi kamu sendiri yang harus membayar biaya rumah sakit ini," jawab Lukas dengan nada enteng.

"Lagi pula semakin cepat kamu sembuh, kamu juga akan segera pulang dan biaya perawatanmu di sini tak terlalu besar," imbuh Lukas. Rossa hanya mendesah pelan.

"Tuan Lukas itu lintah, dia pasti tak akan mau rugi. Dasar pelit!" cerca Rossa dalam batinnya.

Rossa berpikir andai saja dia bisa merebut video panasnya yang tersimpan oleh Lukas. Mungkin dia akan segera bebas dari situ. Tetapi Rossa juga belum bisa berhenti dari pekerjaan itu.

Sebab dia masih butuh uang banyak untuk ibu dan ketiga adiknya. Rossa kini hanya pasrah dengan nasib yang harus dijalaninya.

Namun Rossa juga kerap bertanya dalam hatinya, sampai kapan ia terus begini. Berada di lembah nista dalam cengkeraman Lukas.

'Kenapa orang seperti Tuan Lukas berumur panjang? Padahal dia itu sangat licik, gerutu Rossa.

Namun Rossa heran siapa yang sengaja menuangkan cairan pembersih lantai di depan kamar Laura

"Apa yang kamu pikirkan, Rossa?" tanya Lukas.

"Aku merasa heran, Tuan. Seperti ada yang sengaja membuat seseorang celaka dengan menuangkan cairan pembersih lantai sebanyak itu," papar Rossa.

Lukas juga merasa demikian. Namun ia tak mau ambil pusing. Lukas berharap Rossa bisa segera sembuh dan menari lagi untuk bisa mendapatkan banyak uang yang pastinya akan masuk juga ke kantong Lukas.

Sementara itu, Laura masih merasa cemas dengan kondisi Rossa di rumah sakit. Ia mondar-mandir di sekitar kamarnya.

'Bagaimana dengan kondisi Rossa ya? Aku sudah hubungi Tuan Lukas tetapi tak jug diangkat," gumam Laura.

Namun dalam hatinya ia terus berdoa agar Rossa dalam kondisi baik-baik saja.

Di benak Laura juga masih terbesit siapa yang sengaja membuat Rossa sampai celaka. Bahkan Laura merasa ada yang ingin membuatnya celaka, namun Rossa yang jadi sasarannya.

'Siapapun yang melakukannya, perbuatan itu sungguh biadab. Aku pasti akan tahu siapa yang sengaja menuangkan cairan itu, desis Laura dengan nada geram.

Laura kemudian keluar dari kamarnya. ia sebenarnya ingin menyelidiki tentang insiden yang menimpa Rossa, tetapi saat Laura sampai di depan pintu kamarnya ia melihat Anna. Kedua netra mereka pun saling bertemu pandang.

Anna tampaknya tak senang saat melihat Laura begitupun juga Laura.

Harusnya kamu yang berada di rumah sakit itu bukan Rossa, ujar Anna dalam batinnya.

'Mengapa aku harus bertemu dengan wanita menyebalkan itu lagi," pikir Laura. Namun entah mengapa, Laura memiliki firasat kalau Anna yang sudah merencanakan semua ini.

Karena Laura curiga mengapa cairan pembersih lantai itu hanya tercecer di depan kamarnya saja.

'Apakah pelaku sebenarnya adalah Anna? Sebab ia sangat benci kepada diriku, gumam Laura. Anna menatap tajam pada Laura.

"Apa kamu lihat-lihat?" tanya Anna dengan nada judes. Laura pun setengah kaget mendengarnya

"Aku punya mata, dan aku bisa melihat siapapun di sekitarku," balas Laura dengan nada tegas.

Anna pun mendengus kesal. Anna berpikir, kalau saja ia berhasil. Mungkin saja, dia bisa terbebas dari Laura untuk sementara.

Tetapi ternyata ia tidak berhasil membuat Laura celaka. Melihat Laura selamat tentu membuat Anna merasa jengkel dan geram.

"Apa yang kamu lakukan di dekat kamarku? Sedang merancang rencana busuk?" tanya Laura seraya menyindir. Anna sampai kaget mendengarnya.

"Kamu jangan asal bicara yah, aku tak pernah sekalipun ada rencana apapun," jawab Anna.

Padahal Anna sedang berpikir bagaimana ia bisa membuat Laura celaka. Maka ia memperhatikan kamar Laura di pagi itu.

Tentunya dengan kehadiran Anna di sana, malah membuat Laura curiga. Laura pun tersenyum kecut pada Anna.

"Sepertinya memang ada yang sedang direncanakan, pasti sedang memantau bagaimana rencananya tidak akan gagal lagi,” sindir Laura. Mendengarnya membuat Anna naik pitam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!