“Tidak, Laura. Sebaiknya aku yang ikut dengan Rossa. Kamu di sini saja,” perintah Lukas sambil segera ikut masuk ke ambulans itu, untuk menemani Rossa. Laura hanya terdiam.
Sebenarnya ia ingin terus mendampingi Rossa, karena ia tahu kalau Rossa pasti membutuhkannya. Tetapi Lukas yang memutuskan untuk pergi menemani Rossa untuk ditangani di rumah sakit.
Laura berharap jika Rossa baik-baik saja, karena ia juga melihat kondisi Rossa cukup parah.
'Ya Tuhan, selamatkanlah sahabatku, Rossa. Sembuhkanlah dia sesegera mungkin, karena dia juga harus bekerja untuk bisa menghidupi keluarganya, bisik batin Laura mendoakan Rossa.
Kemudian setelah ambulans itu pergi meninggalkan mess tersebut. Laura kembali ke depan kamarnya dan ia masih tidak menyangka siapa yang menuangkan cairan pembersih lantai di depan kamarnya.
Karena pagi itu cleaning service belum datang, Laura berinisiatif untuk membersihkan cairan pembersih lantai itu dan ada bercak darah Rossa, karena saat terjatuh kepala Rossa menghantam lantai. Sehingga kepalanya mengucurkan darah.
'Aku menduga jika adanya ceceran cairan pembersih lantai ini di kamarku adalah sabotase seseorang, pikir Laura. Tetapi ia bingung siapa pelakunya.
Kemudian Laura pergi masuk ke dalam kamarnya lagi. Jantungnya berdegup kencang dan pikirannya masih syok dengan kondisi Rossa.
Batin Laura masih terus mencemaskan Rossa. Ia terus berdoa agar Rossa dalam keadaan baik-baik saja. Sebab Laura merasa seorang diri tanpa kehadiran Rossa di mess itu.
Sementara itu Anna merasa sangat jengkel dan kecewa karena Laura yang diharapkannya jatuh dalam jebakannya, ternyata hanya khayalan belaka, sebab ternyata Rossa yang menjadi sasarannya.
“Sial! Kenapa si Rossa itu bodoh sekali, dia melewati cairan pembersih lantai itu. Jika ia hati-hati, mungkin saja Laura yang menjadi korbannya, dan rencanaku tak akan gagal total, omel Anna sambil memukul keras bantal yang ada di pangkuannya.
la begitu merasa kesal saat melihat Rossa yang terjerembab karena terpeleset cairan pembersih lantai yang dituangkan oleh Anna.
Memang saat itu, Rossa akan menemui Anna dan bicara pada Anna agar tidak lagi melabrak Laura, tetapi nahas bagi Rossa yang menjadi korban aksi balas dendam Anna kepada Laura.
Tetapi Anna berpikir tidak boleh menyerah begitu saja, ia harus terus bisa membuat Laura celaka. Bahkan Anna ingin bisa menghabisi Laura agar tidak ada lagi pesaingnya, selain Rossa.
“Aku harus mencari cara yang lebih ampuh untuk bisa menyingkirkan Laura dari sini, karena aku tidak mau jika anak baru itu terus-menerus merebut pelangganku, ujar Anna dengan sorot mata yang tajam mengingat Laura sudah merebut pelanggannya, Jimmy.
Anna kembali memutar otaknya untuk bisa membuat Laura celaka dan ia ingin rencananya benar-benar berhasil tanpa mengalami kegagalan atau salah sasaran.
Anna tidak mau jika sampai Laura menjadi pesaing terberatnya dan mengurangi pelanggan yang berpindah pada Laura.
Setengah jam kemudian, ambulans sudah sampai di rumah sakit dan segera membawa Rossa ke ruang Unit Gawat Darurat.
Lukas sebenarnya juga merasa cemas dengan kondisi Rossa, karena Rossa juga aset terpenting baginya untuk bisa menjadi mesin uang bagi Lukas.
"Semoga saja luka Rossa tidak terlalu parah, sehingga ia harus bisa kembali ke klub malamku untuk menari dan melayani para pelanggan. Aku tidak mau jika Rossa terlalu lama di tempat ini, pasti aku yang akan susah, pikir Lukas sambil mondar-mandir di ruang Unit Gawat Darurat.
Saking merasa paniknya, Lukas malah menabrak seorang gadis muda. Gadis muda itu kemudian terjatuh karena menabrak badan Lukas yang cukup besar, dia mengaduh kesakitan.
Lukas pun kaget melihat gadis itu terjatuh di hadapannya. Ia segera menolong gadis tersebut.
“Maaf, Nona! Aku tidak sengaja," ucap Lukas. Ia kemudian ia melihat wajah gadis muda itu sangatlah cantik dan polos. Namun wajahnya menyiratkan kesedihan yang begitu dalam.
Lukas kemudian membantu gadis tersebut berdiri dengan menggenggam kedua tangannya.
“Kamu tidak apa-apa, Nona?" tanya Lukas. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengucap sepatah katapun kepada Lukas.
“Ada apa mengapa wajahmu tampak sedih begitu, Nona?" tanya Lukas. Gadis muda itu hanya terdiam, ada air mata yang membendung di pelupuk matanya.
Lukas segera memberikan tisu kepada gadis tersebut. Gadis itu lalu menerimanya dan mendongakkan kepalanya agar air matanya tidak terjatuh.
“Terima kasih, Tuan,” ucap gadis tersebut. Ia kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Lukas. Lukas pun merasa sangat penasaran mengapa gadis itu tampak sangat bersedih.
Sembari menunggu sampai dokter menangani Rossa, Lukas pun kemudian mengikuti gadis muda itu. Lalu gadis muda itu menuju ke ruang administrasi.
la sepertinya bicara pada petugas dan Lukas berupaya mencuri dengar pembicaraan gadis muda itu.
“Tolonglah aku, Nyonya! Aku belum cukup uang untuk bisa membayar pengobatan ibuku. Aku mohon segeralah tangani ibuku. Aku tidak ingin kehilangan dia," kata gadis itu sambil bernada memohon kepada petugas keuangan rumah sakit itu.
“Maaf Nona, ini sudah peraturan rumah sakit. Kalau Nona tidak juga membayarkan biaya perawatan. Ibu Nona tidak akan bisa kami tangani,” jawab petugas keuangan rumah sakit itu.
Gadis muda itu sangat bersedih mendengarnya. Air matanya pun kembali menitik. Lukas juga sebenarnya merasa iba dengan gadis itu.
Tetapi tak hanya merasa iba, Lukas memandangi gadis tersebut dari ujung kepala sampai ujung kakinya.
'Gadis itu sangat cantik sekali, ia cocok untuk bisa menjadi salah satu penari erotis di klub malamku,' gumam Lukas.
Kemudian Lukas pun segera menghampiri gadis tersebut.
“Ada apa, Nona? Apakah kamu kesulitan uang untuk membiayai ibumu?" tanya Lukas. Gadis muda itu terkejut saat melihat Lukas dan mendengar pertanyaan dari Lukas. Dia hanya terdiam dan enggan menjawabnya, sebab ia juga merasa takut kepada orang asing.
“Jangan takut kepadaku, Nona. Kalau kamu butuh bantuanku, aku siap menolong,” ucap Lukas lagi.
Gadis muda itu kemudian menatap mata Lukas dengan lekat, ia meundukkan kepalanya.
“Ibuku membutuhkan uang banyak untuk operasi, Tuan. Tetapi aku tidak punya uang untuk membayarnya. Aku bingung meminjam pada siapa,” ungkap gadis itu. Lukas pun merasa terkejut mendengarnya.
Tetapi ia merasa ada kesempatan emas untuk bisa menjerat gadis itu agar bisa menjadi penari erotis di klub malam miliknya.
Sorot mata Lukas tampak terang berkilat, ia memang membutuhkan personel penari erotis baru di klub malamnya, sebab Rossa mungkin tak akan bisa tampil dulu selama beberapa hari.
"Memangnya berapa biaya operasi Ibumu, Nona?” tanya Lukas. Mata gadis muda itu membulat menatap wajah Lukas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments