Lautan Hijau

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian , komentar sesuka jidatmu dengan senang hati Rhe akan menanggapinya 😂😂

Dan mohon maaf Typo ngabalaan dimana-mana 😆😆..

( Harleen Pov )

"Apa ada yang ingin kau beli lagi ?" tanyaku seraya mengangkat pergelangan untuk melihat jam yang melingkar disana.

"Kurasa sudah cukup" jawab Nasya, terlihat menenteng beberapa paperbag dikedua tangannya.

Kami pergi menjauh meninggalkan tempat pusat pembelajaan dan bergegas pulang kerumah, jam sudah menunjukan pukul 21-15 aku takut nenek mencemaskanku.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, mungkin ada sejuta hari kamarin dan sejuta hari esok, namun hanya ada satu hari ini. Aku tidak akan pernah membiarkan seharipun berlalu tak berarti.

Malam akan selalu bercerita tentang heningnya lewat hembusan angin, seperti lelahku yang kubisikan melalui do'a dan harapan. Tiada seorangpun yang dapat mengatur cerita perjalanan hidupku kecuali diriku sendiri serta segala ketentuanNya, seperti halnya dengan perjalanan rumahtangga orangtuaku mengharuskan dan memilih berpisah, menata kembali jalan hidup masing-masing tanpa mereka sadari akulah korban yang dihasilkan dari keegoisannya. Tapi aku menyadari mungkin ini sudah takdir yang telah Tuhan gariskan untukku.

"Harleen .. " panggil nasya membelah kesenyapan yang terjadi beberapa menit setelah sampai didepan halte, sekarang hanya tinggal menunggu Bus.

Pandangan Nasya sejenak beralih saat tak mendapati jawaban dari wanita itu, keningnya berkerut melihat sahabatnya melamun.

"Harleen !" suara lengkingan Nasya kembali menyadarkanku.

"Iya" aku menoleh sembari mengembangkan senyum manisku.

"Kau melamun ?" Nasya sesekali memberi jeda untuk tetap fokus pada orang yang dilihatnya disebrang jalan sana.

"Tidak, aku tidak melamun," bantahku "Ada apa ?" tanyaku kemudian.

Nasya mendengus kecil, "Coba lihat, bukankah dia pria tadi sore ?" aku mengedarkan pandanganku mengikuti arahan yang ditunjukan oleh Nasya.

Mataku menyipit dan mengingat-ngingat.

"Ahh iya, benar, itu pria si pembuat onar nan menyebalkan" jawabku membenarkan, "Tunggu disini ! aku akan menemuinya." tuturku sembari melangkah pergi setelah menitipkan paperbag pada Nasya.

Aku menoleh kekanan dan kekiri sebelum menyebrang.

Lalu kakiku berlari kecil menghampirinya, saat ini posisi pria itu tengah membelakangiku. Tanpa permisi aku langsung main hajar begitu saja menarik kasar lengan pria itu.

"Akhirnya kita bertem-- " ucapku terpotong saat pria yang sudah dihadapanku tiba-tiba memelukku erat, secepat kilat dia memutar tubuhku.

Ternyata bukan hanya pembuat onar nan menyebalkan namun ia juga seorang pria mesum.

Aku meronta sekaligus meliuk-liukan tubuhku agar terlepas dari dekapannya.

Ddoorr..

Seketika aku berpaku terdiam tatkala terdengar suara tembakan menggelegar.

"Arghh.. " ringisan kecil lolos dari mulut seseorang bersamaan dengan dentuman senjata.

Dekapan erat pria itu, kini sedikit mengendur namun tetap tak membiarkannya terlepas, tanganku terangkat memegang bahunya berniat mendorongnya agar sedikit menjauh dari tubuhku.

Namun lagi-lagi aku terpaku saat merasakan cairan hangat menyentuh telapak tanganku.

Aku memberanikan diri karena rasa penasaran semakin mendorong instingku, dalam sekejap mataku dibuat terkesiap saat tahu apa yang menempel pada telapak tangan kiriku, "Da-darah.." kataku gugup melihat tangan kiriku terbalut oleh cairan berwarna merah pekat telah tertadah tepat didepan wajahku.

Selanjutnya kepalaku mendongkak untuk menggapai wajah pria itu, ingin melihat reaksi yang ditampilkan olehnya.

Seketika pertemuan manik hitamku dengan manik hijau teduh miliknya saling menatap dalam pada kedua mata masing-masing.

Sesaat aku terpukau, tak ada cela yang menghalangi jarak kami bahkan udara sekalipun, hanya ada deru nafas yang saling bersahutan.

Pria itu melepaskan tangannya dari punggungku setelah aku mengalihkan pandanganku kesembarang arah, seakan tak ingin larut menyelami lebih dalam lautan hijau itu.

Namun, pria itu malah menautkan tangannya disela-sela jemariku, "Untuk saat ini kau ikut denganku !" suara berat tertahan lolos dari bibirnya yang tipis, aku seperti terhipnotis hanya menganggukan kepalaku tanpa bersuara.

Dddoorr.. Ddoorr..

Dentuman senjata itu kembali terdengar menggelegar memecah keheningan malam, kami berlari kearah bangunan tua.

Cengkaraman tanganku semakin kuat seolah tak ingin terlepas dari genggaman pria yang berada didepanku.

***

( Author Pov )

Kini mereka sudah bersembunyi disebuah toko kosong tepat dibelakang bangunan tua.

"Kita berpencar, aku dan kau kearah sini sementara kalian kesana." perintah salahseorang pria gempal berkulit hitam ketika memandu anak buahnya.

Harleen yang sedari mengintip pun bernafas lega setelah tahu segerombol orang yang mengejarnya sudah pergi.

"Arghh.. " Teriakan Rexi membuat Harleen menoleh kemudian menghampirinya.

Wanita itu berjongkok membantu membukakan jaket Rexi dengan sedikit hati-hati, Harleen tak bergeming melihat luka akibat peluru menembus bahu kanan pria itu.

Kemudian Harleen merobek ujung kemejanya bermaksud ingin membalutkan pada luka Rexi agar darahnya sedikit berhenti.

"Argh.. Apa kau bisa sedikit perlahan, ini menyakitkan !" serunya seraya memasang wajah memelas yang dibuat-buat.

"Ini salahmu, kenapa kau suka sekali bermain kejar-kejaran dengan para penjahat itu ?" sungut Harleen.

Rexi terkekeh kecil seraya tak henti menatap gadis yang sedari tadi sibuk dibuatnya. Meneliti wajah cantiknya dengan baik seolah ia akan mengingat serta menyimpan dalam rekaman ingatannya.

Merasa risih saat diperhatikan, buru-buru Harleen segera menyelesaikan kegiatannya.

"A-ku akan keluar mencari pertolongan, tunggulah disini !" ujar Harleen, tubuhnya nyaris bangkit berdiri namun terurungkan ketika sebuah tangan kekar mencekalnya kuat.

"Sebaiknya kita kembali ketempat yang tadi" tutur Rexi sembari berusaha berdiri.

***

"Naiklah!" titah Rexi sambil memakai helm miliknya.

Saat ini mereka telah tiba ditempat kejadian tadi persis disamping motor termahalnya.

Tanpa menjawab Harleen langsung menaiki motor, duduk dibelakang senyaman mungkin.

"Pakailah jaketku terlebih dahulu !" titah Rexi lagi membuat Harleen mendengus kesal.

Harleen mulai jengah, "Aku sudah menaiki motormu bahkan aku juga sudah memakai jaketmu yang kebesaran ini, kenapa kau tak mulai menyalakan mesinnya ? apa kau akan menyuruhku membelikan bahan bakarnya juga, huh ?" rasa kesal Harleen tak bisa di bendung lagi.

Rexi nampak tersenyum usil dibalik helm fullface itu, "Kau melupakan sesuatu, nona."

"Apa ?"

"Berpeganglah, kau tahu sadel motor ini terlalu kecil untuk ditumpangi berdua."

"Ahh iya, jok ini kecil sekali." Harleen bergumam sembari menggigit ujung kukunya.

"Apa perlu aku memeluknya ? bukan.. bukan, maksudku berpegangan padanya ?". Harleen masih bersikeras berfikir ragu.

Karena terlalu lama menunggu, Rexi pun menarik paksa kedua tangan Harleen dan melingkarkan dipinggangnya dengan sempurna.

"Kau ingin kita sampai pagi berada disini !" seru Rexi, masih dengan lengkungan tipis menghiasi bibirnya.

Tak mendapati jawaban apapun dari Harleen, Rexi melajukan kendaraan beroda dua itu memasuki jalanan.

***

Five Days Later..

Matahari mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun didaunan, menghangatkan tubuh dari udara dingin dan membakar semangat baru tentunya dihari yang baru pula.

Terlihat Mobil Sport Bugatti Chiron, mobil yang dinobatkan sebagai mobil sport tercepat didunia terparkir rapih dihalaman depan rumah sederhana yang ditempati Harleen.

Pagi ini Rexi terlihat memakai setelan outfit sedang berdiri seraya menyandarkan punggungnya disisi mobil, menyilangkan kaki dengan kedua tangannya bersidekap diatas dada bidangnya, melirikan sekilas pada jam yang bertengger dipergelangan tangannya.

* * *

Nasya memutar knop pintu dan menerobos masuk kedalam kamar bernuansa putih pink yang dipenuhi boneka dan beberapa jenis bunga teratai tergantung disetiap sudut ruangan.

"Harleen, supir jemputanmu sudah datang, lihatlah hari ini dia begitu perfect." heboh Nasya cekikikan saat kedua matanya melihat Rexi melalui kaca jendela kamar Harleen.

"Rexi, dia punya nama dan dia bukan supirku Nasya." ketus Harleen yang sedang sibuk menyisir rambutnya.

"Ya, ya, ya dia bukan supirmu melainkan kekasih yang tak dianggap olehmu." timpal Nasya semakin senang menggoda sahabat dekatnya itu.

Tiba-tiba Nasya terlonjat dari tempatnya, "Astaga, aku berangkat duluan, aku lupa mengantarkan pesanan nona Keth kemarin sore." tak menunggu jawaban dari sang empu, Nasya buru-buru lari keluar kamar.

"Aish.. dasar pelupa" gumam Harleen, geleng-geleng kepala.

Harleen sudah berada dihalaman rumah setelah berpamitan pada neneknya, menyampirkan rambut kebelakang telinga sembari mengulas senyum kecut saat melihat Rexi masih berdiri disana.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu lama" sapa Harleen tepat dihadapan Rexi.

Rexi menoleh mengikuti sumber suara, sektika ia langsung menegakkan tubuhnya, lalu membuka pintu penumpang.

"Tidak apa-apa" jawabnya santai sembari menutup pintu setelah Harleen duduk dengan nyaman didalam mobilnya.

Ya, setelah kejadian beberapa hari yang lalu Rexi dan Harleen terlihat semakin dekat, bahkan Harleen lah yang merawat Rexi ketika ia tertembak karena melindunginya.

.

.

.

Setiap hari minggu Rhe gak akan Up ya guys.. 😊😊

Jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya mengenai tulisan dan alur ceritanya bagus atau tidak .. 😉😉

Terpopuler

Comments

Martini

Martini

bagus

2020-12-29

0

Zidni Wayau

Zidni Wayau

keren banget mobilnya

2020-11-16

0

Yhu Nitha

Yhu Nitha

mampir nih thor

2020-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!