( Harleen Pov )
"Harleen, kau baik-baik saja ? apa pria itu melukaimu ?" pertanyaan beruntun dilontarkan Nasya seraya memutar balikkan tubuhku memeriksa dari atas sampai bawah.
Aku menggerutu kesal, "Cukup Nasya aku tak apa, seharusnya kita segera membereskan kekacauan ini sebentar lagi cafe harus tutup !" ujarku kepadanya.
"Syukurlah Harleen." Nasya menghembuskan nafas lega sebelum ia melanjutkan ucapannya, "Oh my God, darimana kita harus memulainya ini terlihat sangat berantakan sekali." pekiknya terbelalak.
Tak ingin membuang waktu, aku berlalu meninggalkan Nasya yang nampak enggan meninggalkan tempat pijakannya.
Selanjutnya aku mulai membereskan semua kekacauan yang terjadi beberapa menit lalu setelah memasukan segepok uang kedalam saku celanaku.
1 hour later..
"Astaga, Harleen apa kau tahu tenagaku sudah habis terkuras."
Kudengar keluh kesah Nasya yang berada tepat disampingku, sekarang kami duduk berselonjor didepan teras cafe.
Riuh pikuk serta lalu lalang kendaraan masih memadati jalanan kota colaba causeway, aku mengadahkan wajahku keatas menatap langit tampak indah menemani senja sore hari yang mulai menguning, terlihat puncak gunung bersembunyi malu-malu dibalik awan putih yang cerah, kupejamkan mataku sejenak, kuhirup udara sore hari dalam-dalam lalu kuhembuskan perlahan, sungguh nikmatnya..
"Harleen, aku teringat sesuatu, bagaimana jika uang tadi kita gunakan untuk bersenang-senang, aku rasa si pelontos garang itu tak akan meminta rugi." cengir Nasya merusak keheningan yang kuciptakan, sesaat mataku terbuka dan menoleh kesamping, mataku menyipit sinis kearahnya.
Tuhan kenapa aku bisa berteman dengannya.
Kedua bolamataku memutar jengah, "Aku akan mengembalikannya jika perlu akan kulemparkan juga uang ini tepat didepan wajahnya !"
Sekarang tingkat kesabaranku mulai menipis, lihat ! dia memasang wajah tak berdosa.
"Memangnya kau tahu pria itu tinggal dimana ?" tanyanya kemudian.
Aku menghembuskan nafas kasar keudara, memandang langit kesembarang arah.
"Entahlah Nasya, tapi aku yakin akan bertemu kembali dan kupastikan itu pertemuan terakhir dengannya !"
"Terserah padamulah !"
Nasya bangkit berdiri sebelum ia menarik keras kedua tanganku, "Harleen inikan malam minggu, ayo kita ke pasar malam aku ingin memakan makanan yang ada dipinggir jalan sana" hebohnya.
"kau ini !" seruku terpaksa mengikuti keinginannya.
* * *
( Author Pov )
"Kau selamat ?" tanya Aryan mendapati Rexi baru tiba didepan pintu perusahaan miliknya.
Ya, Rexi Xanders adalah seorang CEO perusahaan ternama Reliance Industries Limited yang merupakan perusahaan holding konglomerat asal india bisnisnya yang beragam menjadikannya corporation yang bermarkas di mumbai ini, salahsatu perusahaan paling menguntungkan dinegara Barata.
Bisnis yang dijalankan Reliance Industries Limited (RIL) sangat bervariasi dari mulai Energi, Petrokimia, Textil, Sumber daya alam, Ritel dan Telekomunikasi.
RIL juga merupakan salahsatu perusahaan yang menjual sahamnya di Bursa Efect ( Publicly Traded Company ) terbesar dari segi kapitalisasi pasar dan kedua terbesar dari segi pendapatan setelah perusahaan milik pemerintahan Indian Oil Corporation.
Itu sebabnya Rexi sangat disegani dari berbagai kalangan, apalagi kharismatik yang ia miliki seakan memberikan poin plus untuknya .
Membuat ia semakin disanjungpuja oleh kaum hawa bahkan tak sedikit dari mereka merelakan tubuh moleknya secara percuma hanya agar bisa one stand night bersama pria bermata hijau ini.
"Kau menyumpahiku ?" jawabnya malah balik bertanya, tanpa menunggu jawaban dari pria baby face itu Rexi berlalu meninggalkannya.
"Kau mau pergi kemana lagi ?" Aryan berteriak sembari mempercepat langkahnya mengikuti Rexi menuju area basement.
"Menemui si tua bangka" jawab Rexi setelah menaiki motor sport berwarna abu mengkilap senada dengan helm yang sudah terpasang guna melindungi kepalanya.
Aryan pun mengikuti ketua Mafia itu dari belakang seusai dirinya melesatkan kendaraan beroda dua berwarna merah miliknya.
* * *
~ Colaba Causeway ~
Pasar malam mumbais yang beraneka ragam barang dijual, banyak orang mengunjungi hanya untuk menghabiskan waktu mereka disini.
"Nasya, aku akan kesana" tunjuk Harleen kearah setumpukan kain panjang berbahan wol tergantung diatas depan toko, "Sepertinya nenek akan senang jika aku membelikan syal untuknya."
"Aku akan menyusul setelah pesananku selesai" jawab Nasya, memberi jeda perhatiannya karena ia tengah mengantri memesan makanan kesukaannya.
Harleen mengangguk tanpa suara lalu pergi ketempat tujuannya.
* * *
Kedua motor Sport milik Rexi dan Aryan telah memasuki pekarangan rumah mewah terjaga ketat.
Dapat dilihat, disana nampak banyak para Bodyguard gagah berdiri tegak disetiap sudut depan pintu.
"Welcome to headquaters, Mr. Rexi Xanders" sapa seseorang bersuara berat menyambut kedatangan dua pria berbeda karakter itu.
Kini Rexi dan Aryan sudah berada didalam sebuah ruangan setelah diantar oleh dua orang bodyguard.
"Tak kusangka kau mempunyai nyali yang tinggi, padahal kau sempat berlari menghindari orangku" lanjutnya seraya memutar kursi, menampilkan pria paruh baya bermata tajam serta berkumis tipis itu tengah menyeringai kearah Rexi dan Aryan.
"Sungguh patut diacungi jempol melihat keberanianmu malam ini, apa kau sudah menyerah sehingga kau mengantarkan nyawamu sendiri kesini ? aku berharap kau tak akan menyesalinya, Rexi" kedengarannya si pria berkumis baplang itu sedang berusaha menyulut emosi dua pemuda dihadapannya.
Tapi Rexi terlihat santai menanggapinya, ia memasang wajah tenang dihiasi senyuman tipis terpancar dari sudut bibirnya seolah saat ini ia sedang menikmati panorama dipagi hari.
Pria tua itu mulai jengah, "Kembalikan Blue Chip itu padaku !" gertakan pria tua itu semakin menggeram, "Atau aku akan melenyapkanmu malam ini juga !" kemudian ia bangkit berdiri seraya menodongkan pistol dan mendekatkan ujung senjata itu tepat dipangkal hidung Rexi.
Rexi tersenyum, "Colt 1911, Pistol yang digunakan sampai tujuh dekade ini mampu berisi tujuh buah peluru dengan kecepatan 1.225 kaki/detik, setiap satu butir yang dimuntahkannya." paparnya secara detail menerangkan kehebatan senjata yang saat ini ia perhatikan.
Bolamata hijau teduh miliknya beradu dengan bolamata tajam milik pria tua dihadapannya, "Kau yakin, akan menggunakannya untuk membunuhku ? peliharaanku tak akan mengkhianati pemiliknya tuan Rajan, apa kau lupa pistol itu hasil rancangan D'company" lanjutnya.
"Tapi aku sudah membelinya, bukankah kau juga menyaksikan ketika aku melakukan transaksi dengan anak buahmu" sangkalnya seakan tak terima saat Rexi masih mengakui barang yang sudah dibeli olehnya.
"Ya, aku melihatnya bahkan aku sendiri yang menerima uang palsumu itu, kau ingin berusaha menipuku ? tak semudah itu tuan Chottan Rajan yang terhormat." pungkasnya cepat, "Aku hanya mengikuti permainanmu dan mengimbangi cara licikmu untuk mendapatkan sesuatu, dengan begitu kita impas, kau mendapatkan pistolmu dan aku mendapatkan Blue Chip Kasino ini." tutur Rexi seraya menunjukan sebuah Chip sebesar ukuran MemoryCard terapit oleh ujung jarinya.
"Kurang ajar !" kesabaran tuan Chottan tak tertahan lagi, sedetik kemudian ia menarik pelatuk pistol yang diyakini jika pelurunya akan langsung menembus kepala Rexi.
Namun dengan lihai Rexi menangkisnya sehingga senjata itu terhempas kebawah.
Mendengar suara kegaduhan dari dalam ruangan membuat dua orang bodyguard yang berjaga didepan pintu tiba-tiba masuk, tanpa babibu mereka menyerang Rexi dan Aryan.
Sementara tangan Chottan terulur kesamping meja menekan tombol merah.
Seketika suara sirinne berbunyi keras, semua para bodyguard berlari berkepung diseluruh penjuru rumah.
"Bukan hanya menipuku, kau juga telah menyelundupkan barangku dan menjualnya pada organisasi lain, Brengsekk !" cengkaraman tangan Rexi tiba-tiba mendarat tepat pada leher Chottan setelah pria bermanik hijau itu berhasil mengalahkan satu orang bodyguard sudah tak bernyawa.
Rexi menghentakan keras tubuh pria tua itu keatas meja, menekan kepalanya kuat-kuat, tatapan serta kilatan kemarahan terlihat dari pancaran manik hijau yang menggelap semakin mencekam, rahangnya mengeras, urat otot mengetat seakan ingin keluar dari persendiannya membuat pria bermata tajam itu takut.
"Aku tak akan membiarkanmu menghirup udara pagi esok hari"
Buugghh.. Bugghh..
Tanpa henti Rexi terus melayangkan pukulan kepada pria tua yang nyaris tak sadarkan diri.
"Rexi, ayo keluar kita akan kalah telak" ajak Aryan setengah berteriak, saat matanya berpendar melihat puluhan para bodyguard berlari kearahnya.
Rexi dan Aryan bergegas berlari melewati lorong, tak segan mereka berdua menghajar lawan yang menghadang jalannya.
Setelah berhasil berlari melewati undakan tangga, kini mereka menaiki motor dan segera melesat menjauh dari rumah mewah itu.
Combat motors The Wraith adalah salah satu motor paling eksklusif diplanet bumi ini. Motor yang menawarkan kecepatan tertinggi yang diklaim lebih 250kpj dari tenaga 145bhp dan torsi 160lb-ft, mesin ini diselundupkan kerangka yang terbuat dari alumunium bilet.
kedua kuda besi ini berpacu cepat menyalip kendaraan-kendaraan lain, menambah tingkat kecepatan Rexi semakin menarika gas kuat-kuat ketika mendapati para bodyguard tadi mengikutinya.
.
.
.
Jangan lupa tekan like dan tinggalkan jejak kalian untuk berkomentar .. 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
💞Arshi💞
❤ dulu ya thor...
2020-12-18
0
Zidni Wayau
motornya keren,heeeee ceritanya juga sich
2020-11-15
0
Ristipa Tori
keren thor
2020-09-07
1