Erina berjalan pelan menghampiri adiknya, yang tengah sibuk membersihkan luka di kakinya. Dengan raut wajahnya yang menahan sakit.
"Biar kakak bantu..!" ucap erina yang berniat membantu.
"Tidak perlu..!" tolak Clarissa dingin, namun.
"Aauh..!" teriak Clarissa kesakitan.
Dengan cepat erina mengambil kapas dan antiseptik, lalu membersikan luka Clarissa, dan juga memperbannya.
"Sudah selesai, kamu istirahat dulu.! Kakak akan memintakan ijin untukmu. Oh ya, ini kartu nama pria tadi." ucap erina sembari memberikan kartu nama Ray kepada Clarissa.
"Kakak kembali kerja dulu..!" lanjutnya.
"Makasih..!" ucap Clarissa lirih, namun masih dapat di dengar oleh erina.
Setelah kepergian erina, Clarissa menidurkan dirinya di ranjang rumah sakit sembari memperhatikan kartu nama di tangannya itu. Ia dengan teliti membaca identitas Ray yang tertera di kartu itu.
"Ray agung pranata, usia 28 tahun, bekerja di biro investigasi kriminal..!" baca Clarissa.
"Ternyata bukan orang sembarangan..! jadi, uangnya pasti banyak. Dan kalau aku meminta biaya ganti rugi, itu juga pasti sangat mudah untuknya.!" lanjut Clarissa.
"Aa.. Aku punya ide yang jauh lebih bagus..!" ucap Clarissa lagi dengan senyuman yang terpancar di wajahnya.
Sedangkan di tempat lain.
Di sebuah ruangan dengan beberapa pria yang tengah berdiskusi untuk menyelesaikan misi mereka yang baru. Terlihat pula Ray yang tengah memikirkan baik baik berkas kasus di tangannya itu.
"Kasus kali ini harus segera terpecahkan, karena sudah ada tiga orang anak yang tercatat hilang..! Jangan sampai ada korban lagi..!" Ucap seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah ketua umum di biro itu.
"Tapi ketua wan, apakah ada petunjuk yang lebih spesifik dari semua ini.? Mungkin terakhir ketiga anak itu berada dan sedang apa..?" tanya seorang pria, bernama Hans. Ia adalah salah satu rekan Ray.
"Ya, tentu saja ada. Aku akan mengirimkan semua file ke email kalian...!" jawab ketua wan.
Setelah mendapatkan file dan mempelajari nya, Ray dan lima rekannya mulai menyelidiki kasus itu. Mulai dari mendatangi satu persatu lokasi terakhir korban.
Dan saat ini Ray sedang berada di sebuah pantai bersama dito. Keduanya mengamati dengan teliti seluruh pantai itu, untuk bisa menemukan bukti yang bisa membantu mereka memecahkan kasus ini.
"Tempat ini sangat ramai, jadi sangatlah mudah untuk para pelaku melancarkan aksi mereka..!" ucap dito yang melihat ke sekeliling pantai yang sangat ramai dengan para keluarga dan pasangan yang tengah bermain disana.
"Ya, kau benar. Tapi aku yakin, pasti ada hal yang dapat kita temukan disini..!" jawab Ray begitu yakin.
Ia kembali mengamati dengan sangat teliti dan hati hati, hingga ia mendapatkan sebuah celah dari aksi pelaku. Ray menatap sebuah CCTV yang ada di sebuah pohon di dekat pantai itu.
"Coba kamu lihat..! Ada cctv di pohon itu. Jika kejadiannya di sekitar sini, seharusnya masih tertangkap jelas di kamera cctv itu..!" jelas Ray.
"Ya kau benar Ray, sekarang kita ke kantor pengawas pantai ini..!" ucap dito.
Mereka berdua pun segera pergi ke kantor pengawas pantai itu, untuk bisa melihat rekaman cctv tadi. Keduanya memperhatikan setiap detik dari rekaman cctv, setelah mereka mendapatkan ijin dari petugasnya.
Dan benar saja, mereka dapat melihat jelas seseorang dengan memakai sebuah topi pantai, yang membuat wajahnya tak terlihat. Sedang berjalan pelan dengan seorang anak kecil yang terlihat sedang terpisah dari orang tuanya.
"Apa pada hari ini ada laporan tentang anak yang hilang di pantai ini..?" tanya dito.
"Iya, dan sebelumnya kami juga sudah menyusuri seluruh pantai untuk mencari anak itu, tapi kami tidak dapat menemukannya sama sekali. Dan soal cctv ini, kami juga tidak mengira para pelaku penculikan itu bisa dengan mudah membawa anak itu tanpa paksaan..!" jelas petugas itu.
Ray yang setelah mendengarkan penjelasan dari petugas itu, terdiam sesaat lalu keluar dari ruangan itu. Ia menatap ke arah pantai dimana anak itu terlihat terakhir kali, dan mulai mencoba merangkai kejadian itu.
Sedangkan dito yang melihat rekannya keluar, segera mengikutinya dari belakang. Ia tahu jika rekannya itu sedang menerka kejadian penculikan itu, dan sedang berfikir keras soal kasus ini.
"Jika anak itu berjalan dengan sukarela, pastinya hal yang di tawarkan penjahat itu bukan hal yang biasa..!" ucap Ray.
"Apa makanan..?" tanya dito.
"Bisa saja, tapi kemungkinannya kecil, apalagi anak ini dari keluarga yang mampu, pasti dia tidak begitu tertarik makanan dari penjahat, jika orang tuanya sendiri juga mampu memberikan..!"
"Lalu..?" tanya dito lagi.
"Apa mungkin, penjahat itu mengatakan jika ingin mengantarkan anak itu kepada orang tuanya..? Karena dari awal anak kecil itu terlihat sedang mencari seseorang..!" lanjut dito.
"Itu sama dengan yang sedang aku pikirkan..! Ke parkiran sekarang juga.!" jawab Ray.
Dilain tempat.
Clarissa benar benar merasa bosan karena tidak bisa melakukan pekerjaannya, dengan kakinya yang masih terluka. Saat ia hendak turun dari ranjang rumah sakit, hampir saja ia akan terjatuh sebelum sebuah tangan kuat yang dengan cepat menangkap tubuhnya.
Clarissa menatap orang yang baru saja menolongnya itu, dan seketika jantungnya berdetak kencang saat ia melihat dokter rangga lah yang sudah menolongnya.
"Apa kau baik baik saja..?" tanya rangga.
"Aa.. ya aku baik baik saja..! Terimakasih.!" jawab Clarissa yang berusaha menyembunyikan raut wajah tersipu nya.
"Tadi aku bertemu kakakmu yang memintakan ijin libur untukmu, katanya kamu sedang terluka..!"
"Iya, tapi ini sudah baik biak saja kok dok..!" jawab Clarissa.
"Tetap saja kamu harus istirahat dulu untuk beberapa hari ini, sampai kakimu benar benar pulih..!" nasihat rangga.
"Tapi..!"
"Tidak apa apa, jangan khawatir soal pekerjaan, kan masih banyak perawat di rumah sakit ini. Bagaimana kalau aku antara kamu pulang..?" tawar rangga.
Tentu saja hal ini tidak akan di sia siakan Clarissa untuk bisa semakin dekat dengan rangga. Meskipun begitu, ia masih bingung memikirkan cara agar kakaknya dan dokter rangga bisa berjauhan.
Meskipun ia tahu betul, jika dokter rangga menyukai kakaknya erina. Namun Clarissa tidak ingin menyerah begitu saja untuk bisa merebut hati dokter rangga.
'Aku harus pikirkan cara lain agar menjauhkan kakak dan dokter rangga. Tapi bagaimana caranya, jika aku saja harus cuti beberapa hari dirumah..?' ucap Clarissa dalam hati dan pikirannya yang sangat pusing memikirkan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments