selalu dia

Clarissa melakukan sepeda motornya hingga ia sampai di tempat yang dikatakan rangga tadi. Ia pun langsung memarkirkan sepeda motornya dan masuk ke dalam kafe itu.

Saat melihat ke sekeliling, akhirnya Clarissa menemukan rangga yang tengah duduk di tempat yang paling ujung dengan pemandangan lampu lampu di kota yang memang terlihat dari kafe itu.

"Dokter rangga..!" panggil Clarissa, setelah menghampiri rangga.

"Aa, kau sudah datang. Ayo duduk..!" ucap rangga dengan senyuman tampannya itu.

"Aku kira kamu tidak akan datang tadi..!", lanjutnya.

" Hhh.. mana mungkin aku tidak datang. Apa dokter rangga sudah menungguku lama di sini..?" tanya Clarissa.

"Aku juga baru sampai kok. Oh ya, jangan panggil aku dokter, ini kan di luar bukan di rumah sakit. Panggil rangga saja..!"

"Kak rangga..?" ucap Clarissa.

"Ya, begitu juga boleh..!"

Mereka pun memesan minuman dan beberapa cemilan, dan sesekali rangga mengajak Clarissa mengobrol tentang pekerjaan mereka.

"Jadi kak rangga tadi mau ngomong apa..?" tanya Clarissa.

Sungguh, saat ini jantungnya berdetak sangatlah cepat. Ia bingung harus bereaksi seperti apa saat rangga akan menyatakan cinta padanya. Tanpa sadar, senyuman manis dan tersipu terpancar jelas di wajah Clarissa.

"Sebenarnya aku mau tanya..!"

"Ta.. tanya apa..?"

"Emh.. Jadi gini, sebenarnya aku sudah sangat lama suka..!"

"Aku setuju..!" sahut Clarissa cepat.

"Aa.. kamu juga setuju..? Tapi aku belum selesai bicara..! Tapi apa erina juga akan setuju..?" lanjut rangga.

Mendengar itu, Clarissa merasa aneh. Untuk apa rangga membahas tentang kakaknya.

"Kak erina..?" tanya Clarissa.

"Iya, sebenarnya aku sudah sangat lama menyukainya. Tapi aku terlalu takut untuk mengatakan perasaanku padanya. Karena itu, aku mengajakmu bertemu. Untuk bertanya semua tentang kakakmu..!" ucap rangga.

Seakan tersambar petir, senyuman manis di wajah Clarissa perlahan menghilang. Ia tidak pernah mengira jika hal ini yang akan terjadi. Pria yang selama ini ia suka, malah jatuh cinta pada kakaknya sendiri.

Sekuat hatinya, Clarissa berusaha menyembunyikan raut sedihnya, dan mencoba untuk tetap terlihat bahagia.

"Aa.. Ya, pasti kak erina juga akan setuju dan menerima mu..!" ucap Clarissa.

"Menurutmu, kakakmu itu menyukai pria yang seperti apa..?" tanya rangga, dan dengan hati yang terluka, Clarissa menjelaskan semua hal tentang kakaknya itu pada rangga.

Waktu pun berlalu.

Dan kini Clarissa telah sampai di rumahnya. Tanpa memperdulikan semua keluarganya yang menegurnya, Clarissa langsung berlari masuk ke dalam kamarnya.

"Lihatlah, dia bahkan tidak memperdulikan panggilan orang tuanya..!" ucap mama yang masih kesal dan marah.

"Sudahlah jangan marah marah terus..! Erina, cepat kamu lihat adikmu..!" ucap papa.

"Iya pa..!" jawab erina.

Erina pun beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju ke kamar Clarissa. Ia beberapa kali mengetuk dan mencoba membuka pintu kamar adiknya itu, tapi pintu itu sudah di kunci Clarissa dari dalam.

"Clarissa..! Buka pintunya..! Kaka mau bicara sama kamu..!" ucap erina.

Namun tetap tidak ada jawaban dari Clarissa, dan pintu yang masih di kunci rapat.

"Risa..! Kamu kenapa..? Apa kamu masih marah sama mama..? Kamu tenang aja, mama sudah nggak marah kok sama kamu..! Kamu keluar ya, kita makan dulu..!" bujuk erina lagi.

Sedangkan Clarissa tengah menangis dengan mulutnya yang ia tutup dengan boneka, agar suara tangisannya tidak terdengar sampai luar. Karena saat ini, dirinya benar benar hancur, dan semakin merasa takdirnya tidak adil pada hidupnya.

"Kenapa..! Kenapa harus kakak lagi..! Kenapa..? Hiks.. mama sangat menyayangi kakak, dan selalu saja memarahiku. Dan sekarang, bahkan pria yang aku sukai, malah jatuh cinta pada kakak..! Hiks.. Kenapa semua ini terjadi dalam hidupku..! Ini benar benar tidak adil untukku..!" ucap Clarissa di sela sela tangisannya.

Di pagi harinya.

Clarissa bangun cukup siang, dan tanpa sarapan dan pamitan, ia langsung mengendarai motonya untuk berangkat bekerja.

Sedangkan mamanya yang melihat tingkah aneh putri bungsunya itu sedikit merasa heran.

Di sepanjang jalan, Clarissa mengendarai motornya sembari melamun dan tidak fokus ke jalan. Hingga ia tidak menyadari ada sebuah mobil yang melaju dari arah berlawanan dengannya, hingga.

Brruuaaakk....

Clarissa tertabrak oleh mobil itu. Namun untungnya, tidak terjadi kecelakaan yang parah. Seorang yang mengemudikan mobil itupun bergegas keluar dan melihat keadaan Clarissa.

"Kau baik baik saja nona..?" ucap pria itu, yang tak lain adalah ray.

"Apa kau tidak bisa lihat..? kakiku terluka..! Tapi kau malah masih bertanya apa aku baik baik saja..!" jawab Clarissa yang seketika amarahnya meledak ledak.

"Perasaan tadi aku lihat, kamu yang mengendarai motormu tidak hati hati nona..!"

"Tapi tetap saja kamu yang menabrak ku..!" balas Clarissa yang tidak ingin disalahkan. Padahal ia juga sadar jika dirinya memang yang salah, karena mengendarai motor sambil melamun.

"Hah, sudahlah.! Aku akan mengantarmu ke rumah sakit..!" ucap ray.

Ia pun segera menghubungi dito untuk mengurus motor Clarissa, sedangkan Clarissa ia antarkan ke rumah sakit untuk mengobati kaki Clarissa yang terluka.

Sepanjang jalan, mereka terus terdiam tanpa megeluarkan sepatah katapun. Keduanya larut dalam fikiran mereka masing masing.

Clarissa yang masih bersedih dengan apa yang terjadi semalam, sedangkan Ray masih berfikir keras untuk menemukan bukti para penjahat itu.

Hingga akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Ray segera turun dari mobilnya dan membantu Clarissa untuk berjalan.

Saat mereka masuk ke dalam rumah sakit, erina yang memang sudah di berangkat lebih dulu. Terkejut, melihat adiknya berjalan dengan seorang pria asing.

"Risa, dengan siapa..? Ya Tuhan..! Kakimu kenapa..?" ucap erina yang terkejut melihat kaki adiknya yang terluka.

"Oh maaf, sebenarnya tadi saya tidak sengaja menabrak dia. Tapi tenang saja, saya akan bertanggung jawab sampai kakinya sembuh kembali..!" jelas Ray cepat.

"Ya tidak apa apa, dia adik saya..! Kebetulan, kami berdua bekerja disini, jadi saya akan merawatnya. Dan terima kasih, sudah mengantarkannya ke sini..!" ucap erina.

"Dia menabrak ku, tentu saja dia harus bertanggung jawab. Dan satu hal lagi, aku bisa mengurus diriku sendiri, aku tidak perlu bantuanmu..!" ucap Clarissa sinis.

Ia pun melepas pegangan tangan Ray, dan berusaha jalan sendiri dengan tertatih tatih. Melihat sikap adiknya itu, erina hanya bisa menghela nafasnya pelan.

Sungguh, ia tidak menyalahkan sikap dingin Clarissa padanya, karena ia tahu betul jika semua hal ini bisa terjadi karena mama nya yang terus menerus menekan adiknya itu.

"Tolong maafkan sikapnya, dan juga saya ucapkan terima kasih lagi, karena sudah mau mengantarkan adik saya kemari..!"

"Tidak masalah.! Oh ya, ini kartu nama saya. Anda bisa menghubungi saya, saya akan menanggung semua biaya pengobatan adik anda..!" ucap Ray sembari menyerahkan kartu namanya pada erina.

Kemudian ia pun pergi dari rumah sakit itu, untuk berangkat ke tempat kerjanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!