Beberapa hari sejak kejadian ditaman itu, seluruh pikiran Austin selalu dipenuhi oleh bayangan Nisa. Jantungnya selalu berdebar saat mengingatnya, dia tidak mengerti dengan perasaannya itu.
Karena sebelumnya dia tidak pernah merasakannya, meskipun selama ini banyak wanita yang mengejarnya. Apa dirinya sudah jatuh cinta, tapi Austin langsung menepis pikirannya itu.
Sore ini setelah selesai meeting, entah kenapa tiba-tiba Austin melangkahkan kakinya menuju cafe tempat Nisa bekerja, sepertinya pikiran dan badannya sudah tidak sinkron lagi.
Pikirannya menolak untuk datang ke cafe itu sendirian, biasanya dia kesana juga bersama teman temannya, tapi badannya begitu saja melangkah menuju cafe tersebut.
Sesampainya di cafe, Austin langsung mengedarkan pandangannya mencari sosok gadis yang sudah memenuhi pikirannya beberapa hari ini, tapi gadis yang dia cari tidak ada, dan hatinya langsung terasa hampa.
"Mau pesan apa tuan ?" Tanya salah satu waiters di cafe tersebut.
Austin masih melihat kesana kemari mencari gadisnya itu. "Di mana gadis bodoh itu ?" tanya Austin tanpa sadar.
"Maaf tuan, maksudnya...?" tanya pelayan itu tidak mengerti.
Austin langsung sadar dengan apa yang barusan dia ucapkan, sekilas dia melihat pelayan yang sedang kebingungan.
"Buatkan saya Macchiato !!" perintah Austin.
Macchiato adalah sejenis minuman kopi double espresso dengan komposisi kopi dan susu 4 : 1.
Tak berapa lama seorang pelayan membawakan kopi pesanan Austin. "Ini tuan, pesanan anda."
Disaat Austin sedang menikmati Macchiato nya, tiba-tiba dia melihat sosok Nisa yang keluar dari dalam mobil bersama Fajar dengan menenteng beberapa paper bag. karena tadi siang Fajar mengajaknya berbelanja keperluan cafe.
Berhubung sebagian besar dinding cafe terbuat dari kaca, maka pemandangan di luar sana bisa terlihat jelas oleh Austin yang sedang duduk di dalam.
Melihat Nisa dan Fajar yang nampak mengobrol dengan akrab, tanpa sadar Austin mengepalkan erat tangannya. Ia merasa tidak suka kalau gadisnya itu dekat dengan laki-laki lain. Entah sejak kapan Austin menganggap Nisa adalah gadisnya, yang jelas saat ini dia sedang marah.
Ketika Nisa masuk kedalam cafe tak sengaja ekor matanya bertatapan dengan Austin, beberapa detik kemudian dia berpaling menuju dapur dengan beberapa paper bag di tangannya.
Kedua mata Austin masih tidak berpaling memperhatikan Nisa yang berlalu pergi, tak lama kemudian Nisa menghampiri Mita yang ada di meja kasir yang nampak sedang merapikan beberapa kue dietalase.
"Gimana Nis ngedate dengan pak Fajar ?" seloroh Mita menggoda.
"Siapa yang ngedate, kita cuma belanja keperluan cafe, tapi sempat di traktir makan siang juga sih." jawab Nisa nyengir.
"Sepertinya Pak Fajar ada hati sama kamu ya Nis." bisik Mita.
Ketika Nisa akan menyahutinya, tiba-tiba Austin sudah berada di depannya dengan tatapan tajam ke arahnya seakan akan ia mau menerkamnya.
Tanpa sepatah kata Austin langsung menyerahkan uang untuk membayar minumannya, kemudian ia langsung pergi meninggalkan cafe tersebut.
Nisa dan Mita nampak terpaku dengan sikap Austin yang seakan akan mempunyai masalah dengan Nisa.
"Kamu ada masalah dengan itu orang Nis ?" tanya Mita penasaran. Nisa cuma mengedikkan bahu tanda ia tidak mengerti.
☆☆
Pukul lima sore Nisa sudah keluar dari cafe, seperti biasa ia jalan kaki menuju rumahnya. Karena letak cafe tidak terlalu jauh dari rumahnya jadi Nisa memilih jalan kaki untuk berhemat.
Karena setiap bulan dia harus mengirim uang untuk biaya hidup nenek dan adiknya di kampung. Ia akan naik ojek ketika pulang kerja tengah malam saja.
Di tengah perjalanan Nisa nampak terkejut, karena tiba-tiba ada mobil Mewah yang berhenti pas disampingnya. Secepat kilat Austin langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Nisa.
"Kamu ngikutin saya ?" tanya Nisa bingung karena Austin tiba-tiba ada di dekatnya.
Tanpa menjawab Austin langsung menarik paksa tangan Nisa dan menyeretnya kedalam mobil.
Nisa masih keukeh tidak mau masuk ke dalam mobil, dalam benaknya ia akan di culik oleh laki-laki itu.
"Ikut aku !!" bentak Austin.
"Nggak mau." Nisa masih berusaha melepaskan tangannya.
"Aku tidak suka dibantah." Teriak Austin dengan tatapan tajamnya.
Entah kenapa melihat tatapan Austin seperti itu, badan Nisa langsung kaku. Kemudian Ia masuk ke dalam mobil tersebut.
Setelah mereka berada di dalam mobil, tiba-tiba Austin mendekat ke arah Nisa. Melihat itu Nisa langsung berteriak, ia takut laki-laki pemaksa dan songong itu akan berbuat tidak senonoh padanya.
"Kamu mau ngapain ?" teriak Nisa dengan gugup.
Austin diam tidak menjawab, tapi badannya semakin mendekat ke arah Nisa bahkan sampai hembusan napasnya terasa, kemudian ia mengambil sefty belt dan segera memasangkannya.
Melihat itu muka Nisa langsung merah menahan malu, karena dikira tadi Austin mau melecehkannya.
Austin hanya tersenyum gemas melihat Nisa dengan muka merahnya.
"Kenapa dia menggemaskan sekali, mata bulatnya sangat indah dan bibir merahnya itu rasanya aku sudah tidak tahan ingin mencicipinya. Astaga aku bisa frustrasi kalau dekat-dekat gadis bodoh ini." batin Austin
Austin langsung tersadar dari lamunannya, ketika mendengar wanita yang duduk di sebelahnya itu berbicara.
"Saya mau pulang." pinta Nisa saat Austin mulai melajukan kendaraannya.
"Dimana rumahmu ?" tanya Austin pandangannya masih lurus ke depan.
"Simpang tiga itu belok kiri, nanti ada gang kecil pertama saya turun di situ. Rumah saya ada di gang kecil itu." jawab Nisa sambil menunjuk jalan simpang tiga yang tidak terlalu jauh di depannya.
Mobil Austin sudah melewati gang kecil yang dimaksud Nisa, tetapi Austin sengaja tidak menghentikan mobilnya justru semakin melaju dengan kencang.
Nisa yang merasa Austin sedang mengerjainya langsung memaki-maki Austin dalam mobil, tapi Austin sama sekali tidak menghiraukan malah tersenyum gemas melihat wanita itu marah-marah.
Sejak dari tadi Nisa ngomel-ngomel terus tapi tak sedikitpun laki-laki itu menghiraukannya, jadi ia lebih memilih diam dan pasrah entah Austin mau membawanya kemana.
Setelah hening beberapa saat Austin mulai bersuara. "Maaf." ujar Austin seraya melihat ke arah Nisa.
"Untuk apa ?" dengan jutek Nisa menjawabnya, ada angin apa laki-laki menyebalkan itu tiba-tiba meminta maaf Jangan-Jangan modus, pikir Nisa.
"Kejadian di cafe waktu itu." jawab Austin tampak menyesal.
"Lupakan saja saya sudah memaafkan. Melihat kamu dihajar sama boss kamu waktu itu, saya anggap itu sebagai balasannya." jawab Nisa.
Mendengar ucapan Nisa barusan, Austin baru sadar kalau waktu itu dia lagi berpura-pura menjadi anak buahnya Wira.
"Berapa nomor ponselmu ?" tanya Austin.
"Untuk apa ?" Nisa balik nanya.
"Kamu tahu, mobil mewah ini milik bossku. Kalau ada apa-apa dengan mobil ini aku bisa menghubungi mu." jawab Austin ngasal atau modus ya 😁
"Gila, memangnya aku sudah merusak mobil ini apa ?" protes Nisa, ia tak terima di tuduh sembarangan.
"Aku tidak mau tahu ya, mana ponselmu ?" pinta Austin tegas dengan tatapan tajam ke arah Nisa.
Entah kenapa setiap melihat Austin menatapnya tubuh Nisa langsung kaku, tanpa sadar dia sudah mengulurkan ponselnya ke tangan laki-laki itu. Austin nampak mengetik barisan angka dan menelepon ke ponselnya.
Setelah mendapatkan apa yang dia mau, Austin langsung memutar balik mobilnya menuju ke arah rumah gadisnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Hariyanti
main samber aja anak orang.
2025-02-18
0
Putri Nunggal
sabar bos jangan dulu cemburu iiih
2022-09-14
1
Putri Nunggal
ada yang kangen niiih sama pelayan cafe
2022-09-14
0