"Pagi pak." sapa Nisa pada Fajar ketika ia baru memasuki Cafe.
"Pagi juga Nisa, tumben ceria sekali kamu." sahut Fajar.
"ya donk pak, kan hari ini gajian." seloroh Nisa sembari melangkahkan kakinya menuju meja kasir.
Fajar tidak menjawabnya, ia cuma tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat karyawan cantiknya itu.
"Seandainya kamu mau menjadi istriku, kamu tidak perlu kerja dan menunggu gajian, apapun akan kuberikan padamu, tapi sayangnya kamu tidak menyukaiku Nis, karena kamu selalu menghindariku, mungkin aku terlalu tua buatmu." kata Fajar dalam hati.
Ditempat lain, nampak seorang pria tampan sedang mengeram kesal karena hasil meeting yang tidak sesuai harapannya. Rahangnya nampak mengeras dengan sorot mata tajam yang siap menghunus bagi siapa saja yang melihatnya.
"Percuma kalian saya gaji besar, tapi mengurus begini saja tidak becus." teriak Austin seraya melempar proposal itu keatas meja.
Beberapa Karyawan yang berada di depannya itu nampak menunduk, mungkin mereka juga sambil merapalkan doa supaya tidak di pecat oleh boss galaknya itu.
"Saya beri kesempatan tiga hari untuk memperbaiki proposal ini. Kalau sampai tidak sesuai dengan keinginan saya, gaji kalian saya potong tiga puluh persen bulan ini." perintah Austin, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan tempat meeting tersebut.
Begitulah sifat seorang Austin Gunawan, dia tidak akan mentolerir sedikitpun kesalahan karyawannya. Meski jabatan dia baru wakil CEO tetapi sejak kepemimpinannya, perusahaan semakin maju. Untuk saat ini posisi CEO masih dijabat oleh ayahnya, tuan Michael Gunawan.
☆☆
Siang itu Austin dan ketiga sahabatnya Aldo, Tommy dan Felicya berencana akan makan siang di cafe dekat kantornya. De'Rose adalah Cafe favorit mereka untuk sekedar berkumpul bersama.
"Bro kamu lagi dimana, kita sudah sampai nih." nampak Aldo lagi mengirim pesan ke Austin.
"Hey, nanti malam kita nongkrong yuk tempat biasa." Ajak Aldo pada Tommy.
Tommy yang sedang sibuk dengan ponselnya, hanya menjawab sekenanya. "Boleh." ucapnya.
Biasanya setiap weekend Aldo, Austin dan Tommy selalu nongkrong disebuah bar "xxx" di kota tersebut. Kecuali Felicya, profesinya yang sebagai seorang model jarang sekali berkumpul karena kesibukannya.
Tidak lama kemudian Austin sampai di cafe tersebut, setelah memarkirkan mobilnya dia buru-buru masuk.
Ketika dia membuka pintu kaca cafe tersebut, tanpa sengaja matanya melihat seorang gadis berpakaian waiters yang wajahnya berasa tidak asing baginya sedang berdiri di belakang meja kasir.
"Siapa waiters itu, sepertinya aku pernah melihat sebelumnya, mirip gadis bodoh yang menendang mobilku malam itu." guman Austin.
"Hai bro, dari mana saja kita dari tadi nungguin kamu." tegur Tommy.
"ya nih sampai berkarat kita disini." seloroh Aldo.
"Sorry guys aku ada meeting, kalian pada sudah pesan makan ?" tanya Austin pada teman temannya.
"Baru pesan minum." jawab Felicya dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
Ketika Nisa sedang mengantar pesanan pelanggan yang duduk di meja sebelahnya Austin. Austin tampak melihat dengan ekor matanya, entah kenapa ia tiba-tiba terbesit untuk mengerjai wanita itu.
"Hey." Teriak Austin nyaring, mau tidak mau Nisa melihat ke arah meja Austin.
"Ada yang bisa saya bantu tuan ?" tanya Nisa dengan tersenyum ramah pada Austin.
"Saya mau pesan Rica-rica ayam." ujar Austin dengan santai.
Nisa sedikit mengernyitkan dahinya. "Maaf tuan, semua makanan disini western, silahkan tuan memesan yang ada di buku menu." pinta Nisa.
"Tapi saya cuma mau Rica-rica ayam !!" jawab Austin keukeh, ia menatap tajam ke arah Nisa.
"Tapi tuan...." Nisa belum melanjutkan perkataannya tapi Austin sudah menyelanya.
"Karena kamu sudah membantah, maka saya minta sekarang juga buatkan Rica-rica ayam, tapi kamu sendiri yang memasaknya. Awas saja kalau tidak enak, hari ini juga saya akan buat kamu angkat kaki dari sini. Mengerti !!" perintah Austin dengan menaikkan oktaf suaranya hingga membuat Nisa ketakutan.
"Ba-baik tuan, segera saya siapkan." jawab Nisa sambil senyum yang dipaksakan dan diam-diam ia mengepalkan tangannya dengan erat.
Austin yang melihat wajah Nisa yang tadinya seputih susu dan sekarang terlihat kemerahan karena menahan amarah, ia tampak bersorak dalam hati.
Entah kenapa, ia yang biasanya sangat cuek dengan wanita. Kini ia merasa menemukan mainan baru, apalagi ketika mengingat malam itu ketika gadis itu memaki-maki Wira ia jadi tertantang untuk mengerjainya.
Fajar yang melihat Nisa terburu-buru ke dapur segera menghampirinya. "Nis kamu kenapa ?" tanyanya.
"Customer yang duduk di ujung itu, meminta pesanan yang tidak ada di buku menu pak dan parahnya lagi harus saya yang memasaknya." kekuh Nisa dengan menahan kejengkelannya.
Fajar melihat ke arah meja yang ditunjukkan Nisa, setelah itu ia menjelaskan padanya kalau mereka adalah tamu VIP yang menjadi pelanggan di Cafenya.
Terkadang Austin dan teman temannya memang sering memesan makanan yang tidak ada di buku menu, tapi biasanya chef disana yang memasaknya bukan seorang waiters seperti Nisa.
Beberapa saat kemudian Nisa membawa seporsi Rica-rica ayam ke mejanya Austin, dari penampilannya saja sepertinya Rica-rica itu tampak menggoda.
"Silakan tuan pesanan anda." ujar Nisa sambil meletakkannya makanan tersebut tepat di meja Austin.
"Awas saja kalau tidak enak, kamu siap-siap angkat kaki dari sini." ancam Austin seraya menatap tajam ke arah Nisa.
Nisa menatap Austin dengan senyum manisnya, lalu ia menganggukkan kepalanya, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan meja tersebut dengan perasaan dongkol.
Austin yang melihat senyuman Nisa entah kenapa jantungnya langsung berdetak dengan kencang.
"Shit kenapa dadaku jadi berdebar gini lihat senyuman gadis bodoh itu, awas saja kalau tidak enak aku kerjain habis-habisan nanti." gerutu Austin dalam hati.
"Astaga ini enak sekali, seperti masakan Mama." gumamnya lagi setelah ia mencicipi makanan tersebut.
"Bagi donk bro penasaran aku rasanya." pinta Aldo sambil mengarahkan sendoknya ke piring Austin.
"Sejak kapan kamu menginginkan makananku, ini nggak enak kamu bakalan muntah. Aku kasihan saja sama waiters itu makanya aku habisin." Buru-buru Austin menjauhkan piringnya dari Aldo.
"Sejak kapan sih Austin perduli sama orang lain apalagi cewek kampungan itu, ga level banget ." gerutu Felicya dalam hati.
Setelah menyelesaikan makan siangnya Austin dan teman temannya segera meninggalkan kafe tersebut, setelah itu Nisa buru-buru membersihkan mejanya sambil menggerutu.
"Dasar orang-orang kaya suka sekali mengancam. Semoga aku tidak berurusan lagi dengan mereka, tampan sih tampan tapi songong."
Sore harinya
"Nis pulang bareng saya ya, sekalian saya ada keperluan diluar kebetulan kita searah kan ?" kata Fajar, ia berjalan menghampiri Nisa.
"Baik pak." jawab Nisa, kali ini ia merasa tidak enak untuk menolaknya.
Sebenarnya itu cuma alasan Fajar saja karena ingin mengetahui dimana Nisa tinggal, selama ini Nisa selalu menolak setiap kali ia mau mengantarnya pulang.
Nisa pun punya alasan tersendiri kenapa dia selalu menolak Fajar, karena ia tidak enak dengan karyawan lainnya terutama karyawan perempuan yang suka mengagumi boss dudanya yang tampan itu.
Nisa juga merasa kalau perhatian bossnya itu bukan semata-mata antara boss kepada karyawannya, tapi lebih dari itu, tetapi Nisa hanya menganggap bossnya seperti kakaknya sendiri. Bahkan seperti ayahnya, karena umur mereka terpaut sangat jauh.
Begitulah cinta kadang tidak pernah mengenal usia, status dan jabatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ɗҽҽ ❤️🌸20
emamg restoran punya siapaa..main asal.perintah
2024-06-28
1
❤️⃟Wᵃf❦DέȽΜɑɌ❦•§¢• ⍣⃝ꉣꉣ🍉
𝒅𝒊𝒉 𝒂𝒖𝒔𝒕𝒊𝒏 𝒏𝒈𝒂𝒌 𝒆𝒏𝒂𝒌 𝒕𝒑 𝒅𝒊𝒂𝒃𝒊𝒔𝒊𝒏 /Tongue/
2024-02-26
1
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
Halah modus kamu Austin,,mau kenalan aja ribet lah,gayamu 😅😅
2023-06-28
0