Sejak kejadian yang kurang mengenakan di restoran itu, hampir sebulan Nisa tidak pernah melihat Austin dan teman temannya nongkrong di cafe lagi.
Nisa juga sudah melupakan kejadian itu, dia bersyukur tidak bertemu pelanggan seperti Austin yang menyebalkan.
"Nis besok kamu libur juga kan, ke Alun-alun yuk aku pengen main sepeda, kita sewa sepeda disana." ajak Mita teman kerjanya di Cafe.
"Malas Mit besok aku mau bangun siang, kalau bisa sampai sore baru bangun." jawab Nisa dengan malas.
"Emang kamu nggak bosan apa kerja terus, sekali-sekali refreshing kek." ucap Mita memaksa.
"Oke aku ikut, tapi kamu yang jemput kerumah ya." pinta Nisa.
"Ashiaap boss." Mita mengangkat jempol ke arahnya.
Di tempat lain Austin baru saja keluar dari bandara, sudah hampir sebulan ini dia melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.
Sampai di rumah dia disambut oleh mamanya dan juga Felicya, dari dulu Felicya memang sering bermain bahkan menginap di rumah Austin. Oleh sebab itu Austin sudah menganggap Felicya seperti adiknya sendiri.
"Selamat datang dirumah sayang, gimana perjalanannya apa kamu capek ?" tanya nyonya Celine, Ibunya Austin ketika melihat anak semata wayangnya itu baru memasuki rumah.
"Mama sangat merindukanmu apalagi Felicya." ucapnya lagi sembari memeluk anaknya itu.
"Aku juga sangat merindukan Mama, tapi aku istirahat dulu ya Ma capek banget." sahut Austin, kemudian ia berlalu pergi ke kamarnya di lantai atas setelah pamitan kepada Ibunya dan Felicya.
Sampai dikamar Austin langsung merebahkan diri di kasur, perjalanan yang cukup jauh membuatnya sangat lelah.
tokk
tokk
"Austin Mama boleh masuk sayang ?" tanya nyonya Celine dan tak lama kemudian beliau membuka pintu kamar tersebut.
"Boleh mama bicara sebentar ?" ucapnya lagi sembari mendekati anaknya yang sedang berbaring di ranjangnya.
"Hmmm." jawab Austin malas, ia sudah sangat tahu apa yang akan mamanya bicarakan.
"Nanti malam kamu ajak Felicya makan malam ya, kasihan loh dia sudah tungguin kamu sebulan ini." pinta nyonya Celine.
"Ma, lain kali saja ya. Aku capek banget mau istirahat sampai besok pagi." jawab Austin lalu memunggungi mamanya dan memejamkan matanya.
"Baiklah, kalau begitu mama keluar dulu ya Nak." ujar nyonya Celine, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan kamar anaknya itu.
Disaat Austin sedang memejamkan matanya tiba-tiba sekelebat bayangan Nisa ada di pikirannya, entah kenapa sejak kejadian malam itu dan di cafe waktu itu Austin jadi sering teringat padanya.
Padahal kejadiannya sudah sebulan yang lalu, kalau mengingat wajah Nisa yang sedang marah-marah dan jengkel sangat menggemaskan menurutnya. Ia ingin sekali mencubit pipinya yang merah merona itu.
Nisa memang gadis yang lumayan cantik kulitnya seputih susu, bermata bulat dan teduh, bagi siapa saja yang melihatnya pasti tidak ingin cepat berpaling.
☆☆
Pagi ini Nisa di jemput oleh Mita untuk pergi ke alun-alun kota, karena setiap hari minggu ada Car Free Day disana.
"Nis, ini sepedamu sudah ku sewakan." ujar Mita sambil membawa sepeda ke arah Nisa yang lagi duduk santai dipinggir trotoar.
"Terima kasih ya." sahut Nisa dengan senyum simpulnya.
Kemudian mereka mulai bersepeda memutari beberapa taman yang ada di alun-alun tersebut. Suasana disana sangat rame, karena Alun-alun berada di pusat kota maka ketika hari libur begini banyak warga yang datang hanya sekedar berlibur untuk melepas penat.
Mita bersepeda lebih dulu meninggalkan Nisa, karena Nisa sengaja mau bersepeda dengan santai. Setelah itu mereka janjian bertemu lagi di taman paling ujung dekat alun-alun yang memang agak sepi pengunjungnya.
Nisa sampai duluan di taman tempat mereka janjian, karena sebenarnya dia lagi malas bersepeda. Jadi dia buru-buru ke taman tersebut sambil menunggu Mita menyusulnya.
Sampai di taman, ia tidak sengaja melihat seorang laki-laki berpakaian olah raga tampak berkelahi dengan laki-laki berpakaian jas lengkap dan berkacamata.
"Astaga itu bukannya laki-laki menyebalkan yang ada di cafe waktu itu." ujar Nisa, lalu ia mendekati dua orang yang terlihat saling baku hantam tersebut.
Austin terjatuh setelah Wira menendangnya, Wira berjongkok ingin menolong Austin tapi mereka kaget setelah mendengar suara perempuan yang tertawa nyaring.
Sebenarnya Austin tidak betul-betul berkelahi dengan Wira, saat itu Austin lagi jogging di taman dekat kompleks perumahannya yang terletak paling ujung alun-alun, taman itu ada di sebelah perumahan elit milik keluarga Austin.
Karena ada suatu dokumen yang perlu Austin tanda tangani maka Wira menghampirinya di taman. Setelah selesai dengan dokumennya Austin mengajak Wira untuk latihan taekwondo sebentar, meski Wira masih berpakaian jas dia tetap meladeni Austin.
Tapi siapa sangka saat Wira menendang Austin dan terjatuh, Nisa melihatnya dan berfikiran kalau mereka sedang berkelahi.
"Tuan anda hebat sekali." ujar Nisa kagum, lalu ia menghampiri Wira.
"Memang pantas laki-laki menyebalkan ini anda hajar, anda pasti bossnya kan dan dia anak buah anda karena tidak pecus kerja terus anda hukum." ujar Nisa dengan kesimpulannya sendiri, karena ia melihat Wira berpakaian lengkap dengan jas seperti seorang boss.
Austin dan Wira nampak saling berpandangan mendengar ucapan Nisa. Kemudian Austin memberi kode pada Wira dengan mengedipkan sebelah matanya, agar wira mengiyakan apa yang dikatakan oleh Nisa barusan.
"Apa yang sebenarnya anda rencanakan tuan." guman Wira dalam hati.
Setelah pura-pura mengaku sebagai bossnya Austin kepada Nisa, Wira langsung pergi meninggalkan mereka berdua ditaman.
"Hei gadis bodoh, apa yang kamu lihat ?" teriak Austin karena dari tadi Nisa melotot ke arahnya.
Nisa yang merasa jengkel karena mengingat kejadian di cafe waktu itu, ia langsung melabrak Austin.
"Hei tuan songong jangan pura-pura lupa ya, kejadian di cafe waktu itu. kamu berlagak seperti boss untuk mengerjai saya, padahal kamu seorang karyawan juga. Bahkan boss kamu lebih rendah memperlakukan kamu barusan."
"Kamu panggil aku apa barusan ?" tanya Austin sambil terus mendekat ke arah Nisa hingga menyisakan jarak beberapa senti saja, sampai hembusan napas mereka saling menyapa.
"Tuan so-ngong." ledek Nisa seraya menatap Austin.
"Kenapa aku jadi berdebar-debar seperti ini, dan itu kenapa bibirnya kelihatan manis sekali." batin Austin dalam hati.
Setelah beberapa detik mereka diam dengan tatapan masing-masing, Austin langsung berpaling ke sembarangan arah lalu menjauh karena dia merasa jantungnya berdetak sangat kencang.
"Awas kamu ya." teriak Austin, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan Nisa sendirian ditaman.
Austin merasa tidak aman dekat-dekat dengan Nisa, karena selain mengganggu kesehatan jantungnya, ia juga merasakan hasrat kelelakiannya ketika melihat bibir ranum itu yang terlihat sangat menggoda. Baru kali ini ia merasakan perasaan seperti itu pada seorang wanita
Begitupun juga dengan Nisa, ini pertama kalinya dia sedekat ini dengan laki-laki selain adiknya. Ada perasaan aneh yang belum pernah dia rasakan, tapi cepat-cepat dia menghapus perasaan itu dan mengingat kejengkelannya karena sudah dikerjain Austin di cafe waktu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf❦DέȽΜɑɌ❦•§¢• ⍣⃝ꉣꉣ🍉
𝒏𝒊𝒔𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 😂 𝒂𝒖𝒔𝒕𝒊𝒏 𝒏𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒖𝒕𝒊𝒌 𝒕𝒖𝒉 😍 𝒕𝒑 𝒔𝒂𝒎𝒂2 𝒕𝒆𝒑𝒊𝒔 /Chuckle/
2024-02-26
1
zenara
wah seru juga baru sempat baca lagi
2022-11-06
0
Ananda
Hhhhh.... kebalik dodol
2022-09-25
0