Berpura-pura

Caranya mengunyah dan menelan semuanya seakan berirama, berurutan dan indah sekali, tapi selama itu tatapan matanya begitu kosong .

"Maaf nona, apa yang kau lihat dari pandanganmu ."

"Cahaya dari duniaku yang dingin."

"Aurora."

Tanpa sadar aku pun membalas perkataannya secara langsung .

"Ya, tapi aku kesepian, karena di tempat ini hanya aku yang bisa melihatnya, menyedihkan bukan ?".

Kata dia dengan tersenyum, tapi senyum yang begitu menyedihkan .

Entah kenapa aku menikmati percakapan ini, aku sadar dia adalah gadis selalu berdiri saat senja, aku masih bisa mencium aroma kesedihan diantara tatapan mata yang kosong.

Tapi bukan sebuah kesedihan karena mata itu, sesuatu yang lain, lebih dalam dari sebuah kesakitan saat dia merasa kesepian.

"Apa semuanya sudah habis ?."

Tanya sang nona dengan tatapan kosong mengarah kepadaku .

"Ah, ia semuanya sudah habis."

Jawab aku yang baru sadar melihat piring di depanku sudah tidak berisi , dia tampak kecewa, mungkin karena apa yang dia makan tidak membuat rasa lapar pergi dan aku mendengar suara perut berbunyi, wajah yang memerah dan aku terpesona .

"Jadi apa kau masih lapar, nona ?, "

"Ya, tapi aku tidak bawa uang lebih."Jawab Nona itu dengan tersenyum malu .

"Baiklah , aku pun tidak akan tega melihat seorang perempuan mati kelaparan. "

"Hanya karena lapar aku tidak mungkin mati.". Katanya yang kembali tersenyum .

"Ya maaf kalau begitu, silakan pilih yang nona suka, biar aku yang bayar."

Mungkin aku memang tidak pernah berpikir untuk melakukan ini , hanya saja suatu alasan yang  membuatku ingin duduk bersama sedikit lebih lama .

"Aku tidak tahu apa saja yang ada di dalam menu, tapi pilihkanlah untukku, apa saja asalkan itu berhubungan dengan apel. "

“Baiklah, aku pilihkan menu andalan, yaitu satu set lengkap pohon apel dengan pot dan juga pupuknya."

Kata aku yang berusaha membuat suasana untuk kami berdua menjadi penuh dengan tawa .

Mengertikah satu hal yang membuat kita bergerak didalam kehidupan dan itu akan menuntun ke arah takdir yang lain. Dari awal, aku hanya beranggapan, bahwa hal yang aku lakukan hanya membuatku seperti orang bodoh.

Jika saja Sina tidak membuatku menerima janji ini, aku mungkin tidak akan mengenal wanita itu dan melihat semua keajaiban dari tatapan matanya yang kosong.

Aku terpesona dan ingin lebih lama lagi duduk bersama, berharap untuk waktu tidak beranjak menuju masa depan .

*****

Aku tidak bisa menyangka seperti apa hari kemarin. Tapi bagiku semua perasaan menjadi satu, antara malu, bingung, terpesona, takjub, marah dan semua itu campur aduk.

Aku masih mengingat cara gadis jtu mengunyah, irama dari gerak mulutnya begitu halus, indah sekali , kecewa karena aku tidak membawa kamera .

"Ppprrraakkk, "

Sebuah buku terlempar di atas meja, buku dengan tebal lebih dari empat ratus halaman, seperti sebuah tanda perhatian dari seorang guru untuk anak muridnya ,

Melihat guru yang berada di jarak sepuluh meter dari tempat dudukku, Setidaknya butuh ekstra tenaga untuk melemparkan buku setebal empat ratus halaman dari depan papan tulis.

Tentu akan lebih mengerikan jika ibu guru dengan sengaja melemparnya dari dekat dan mengarah tepat ke kepala.

"An, bisakah kau beritahu bunyi dari hukum kirchoff pertama ."

Ibu guru yang sudah siap dengan buku selanjutnya, aku tidak bisa menolak dan mengatakan ' tidak ' untuk saat ini, maka dari itu untuk menyelamatkan keadaan aku harus menjawab.

"Arus total masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut."

Tidak perlu repot untuk terkejut setelah mendengar jawabanku, karena tidak ada yang salah di dalam otakku tentunya, walau pertanyaan itu memang tidaklah sulit untuk dijawab.

"Jika kau bisa menggunakan otakmu lebih berguna, maka jangan sia siakan begitu, atau kau ingin menumbangkannya ke lembaga penelitian untuk dibedah Yoan san ."

Kata ibu guru untuk diriku, sungguh dari perkataannya itu aku bisa menyimpulkan bahwa dia tidak ingin melihatku bermalas-malasan.

Sedangkan orang lain harus bekerja keras dan memberikan persembahan untuk mendapatkan nilai pas-pasan, sungguh ironis sekali dunia ini.

Tidak lebih dari sekedar situasi di mana untuk melakukan simbiosis mutualisme dalam sistem masyarakat, di mana subjeknya adalah sebuah kelompok anak muda yang di namakan siswa dan obyeknya adalah tempat yang di sebut sekolah.

Bisa dikatakan siswa membutuhkan sekolah untuk menjadi pintar dan sekolah membutuhkan siswa untuk di katakan sebagai sekolah.

Sungguh ketergantungan alam yang melekat didalam kehidupan manusia, tidak ada yang berubah sejak dulu hingga sekarang, tentunya tidak ada yang aneh, jika aku harus berargumen dengan perkataanku demikian.

Bisa dikatakan alasan dalam garis besar, kenapa aku harus bersekolah adalah mengikuti arus yang ada didalam masyarakat mayoritas, menjadi pintar, bekerja sebagai pegawai negeri dan dituntut untuk memajukan moral para manusia, sedangkan manusia-manusia itu tidak perduli, sungguh masa depan yang suram, jika aku yang mengatakannya.

Tak ada salahnya menjadi berbeda .

Itu yang aku katakan didalam gumamanku saat melihat sebagian orang mencatat pelajaran .

"Membosankan."

Dalam bingkai didepan informasi sekolah, aku tidak selalu memperhatikan, karena itu tercantum sepuluh besar nama siswa tercerdas di sekolah ini.

Entah apa yang diinginkan oleh sekolah, hanya untuk menunjukkan seberapa besar garis pembatas antara dua dunia, yaitu dunia cerdas dan di bawah rata-rata. Sebuah diskriminasi,

Satu nama yang tercantum di peringkat teratas dari sekian ratus siswa, hanya akan membuat setiap orang bertanya .

'Apa tak ada yang salah dari perhitungan ini .'

Itu sudah terjadi bahkan saat semester pertama dimulai, mereka melihatku memang tidak ada yang salah, hanya datang ke sekolah, duduk, membaringkan tubuh di atas meja dan menunggu seorang guru mengatakan .

'Apa kau tak punya pacar sehingga menggunakan meja untuk membantumu bersandar dari segala masalah yang kau hadapi .'

Sungguh itu perkataan yang menyakitkan dan aku tidak bisa mengelak. didalam pandangan mereka semua, memang aku terlihat malas, tapi aku hanya menjadi diriku sendiri tanpa menipu siapa pun .

Berpura-pura adalah hal tidak berguna, mereka ingin mendapatkan perhatian orang lain, tapi melupakan dirinya sendiri.

Jika aku berniat melakukannya, aku bisa saja berpura-pura menjadi presiden, pengacara bahkan mungkin dokter.

Terpopuler

Comments

YunArs bingung nulis apa

YunArs bingung nulis apa

makin kesini makin tidak sabar baca kelanjutannya thor
sunggu sangat sangat sangat dan saaangatt seru alur dan penyampaian yang dibawakan

2021-11-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!