"Udah gak tahan lagi nih!" Teriak Silvia, lalu dengan kesal Hevin membuka pintu dan menarik tangan Silvia. Tanpa aba aba Silvia dimasukkan kedalam bathtub dan disusul oleh Hevin yang juga masuk kedalamnya. "Buang air disini saja" ucap Hevin dengan wajah yang benar benar kesal. "Kau gila menyuruhku buang air disini!?" ucap Silvia membentak Hevin sambil memberontak, lalu Hevin pun segera memeluk Silvia dengan sangat mesum dan dia mulai menutup kedua matanya untuk merasakan hal yang dia inginkan.
Karena terpaksa dan tidak sanggup menahan lagi, Silvia terpaksa buang air disitu. Dia benar benar malu dan tertekan. "Uhh hangat" Desah Hevin lalu melepas Silvia. Dengan cepat Silvia beranjak bangun dan berlari keluar dari kamar mandi dan segera mengganti baju nya yang telah basah.
"Silvia.. Tolong ambilkan baju tidurku dan bawa kemari." teriak Hevin dari dalam kamar mandi. Karena Silvia tidak ingin terkena amukan dan masalah dari Hevin, jadi dia mengantarkan baju itu. "Ini bajumu" Ucap Silvia dengan kesal menyerahkan baju tidur yang di pinta Hevin kepada Hevin. "Dalaman ku dimana?" Protes Hevin mengerutkan keningnya. "A.. A.. Apa? Apa aku harus mengambil nya juga?" tanya Silvia dengan canggung. "tentu saja! Masa' aku tidak memakai dalaman? Kau gila?" ucap Hevin terus mengoceh dari tadi. Silvia menelan ludah kasar dan segera mengambil dalaman Hevin dan menyerahkan nya kepada sang pemilik dalaman itu.
Dengan canggung dan malu Silvia pun keluar dari kamar mandi, begitu juga dengan Hevin.
"eum.. Hevin aku minta izin besok aku mau pergi ke sekolah ya" ucap Silvia meminta izin dari Hevin.
"Kenapa mendadak seperti ini? Bukannya kamu bilang izin libur satu minggu ya?" Balas Hevin seolah tidak setuju Silvia ke sekolah.
"Aku ada UTS besok" ucap Silvia lalu Hevin mengangguk kan kepala nya tanda bahwa dia mengerti. "kalau begitu jangan lupa untuk bangun lebih awal besok" ucap Hevin memperingati Silvia.
Silvia pun mengambil selimut nya dan tidur di sofa, sementara Hevin sibuk dengan ponsel nya yang akhir nya melirik ke arah Silvia.yang sudah tertidur dengan pulas.
"bagaimana caraku mempertahankan rumah tangga ini?.. Aku sungguh mencintai Frey" Kesal Hevin memijat kening nya.
Dia sempat berkhayal berumah tangga dengan Frey dan punya tiga anak. Dia membayangkan ketika Freya menyambutnya saat dia pulang berkerja. Namun itu tidak mungkin, orang tuanya tidak menyukai Frey. Karena merasa tertekan, Hevin pun naik ke ranjangnya dan segera menutup mata nya berharap suatu hari nanti dia akan menemukan sebuah solusi untuk kehidupan nya.
* * *
Pagi pun tiba, Hevin terbangun lalu matanya langsung tertuju pada tubuh Silvia yang terekspos sebagian karena hanya menggunakan handuk yang kecil. Seketika pikiran pria itu melayang sampai ke mars dan memikirkan hal hal yang di luar nurul. Sehingga dia sendiri geli sebenarnya memikirkannya.
"Astaga.. Sudah kuduga aku akan seperti ini, sudah lah jangan berfikir aneh aneh lagi!" ucap Hevin berbicara pada diri sendiri di dalam hati. "Vin aku udah siapin baju dan air hangat untukmu mandi, aku akan segera pergi" ucap Silvia yang keluar dari ruangan dimana semua pakaian mereka terdapat disana. "Tidak! Biar aku yang akan mengantarmu kesekolah!, jadi tunggu aku bersiapa siap, aku tidak akan lama" Ucap Hevin bergegas ke kamar mandi untuk bersiap siap.
"Silvia dan Hevin pun sarapan dan pergi bersama. Dimobil, hati Silvia sungguh gelisah takut jika teman teman nya nanti mengetahui bahwa Silvia telah menikah.
"Vin.. Eum.. Jangan kasih tau siapa siapa kalau kita udah menikah ya" mohon Silvia seraya menundukkan kepalanya.
"Ck.. Aku juga tidak sudi memperkenalkan anak kecil sepertimu sebagai istriku kepada orang orang." Ucap Hevin dengan sombongnya.
"Kalau begitu ini akan menjadi rahasia dan kita tidak akan membongkarnya kepada siapapun, janji ya?" pinta Silvia kepada Hevin.
"Ya" Jawab Hevin dengan singkat dan malas.
* * *
Setelah sampai disekolah, Silvia pun ingin membuka mobilnya tapi tidak bisa karena memang dia tidak pernah menggunakan mobil.
"Tolong bukakan pintunya" Pinta Silvia menoleh ke arah pria sombong itu.
"Huh.. Kampungan, ingat jangan pernah kau mendekati laki laki manapun.. Mau bagaimanapun kita sudah menikah dan kau dilarang mendekati laki laki lain!" tegas Hevin sambil membukakan pintu mobil.
Namun sebelum keluar Hevin sempat mengecup dahi Silvia barulah dia membiarkan Silvia untuk turun dari mobil. Namun Silvia tidak mempedulikan hal itu dan segera menuju ke kelas.
Setelah Silvia sampai di dalam kelas, Silvia bingung tidak terlihat satu murid pun di kelasnya. Dia pikir siswa lain belum datang, tapi menyadari ini sudah pukul setengah delapan membuatnya terheran heran. Namun setelah beberapa saat, satu persatu siswa muncul dari balik persembunyian mereka lalu dengan semangat bersorak.
"Selamat ulang tahun~" Seluruh Siswa bersorak gembira. Silvia sungguh tidak menyangka teman kelasnya sebaik itu. Satu persatu mengucap selamat sambil mendoakan yang terbaik untuk Silvia.
Yap hari ini adalah hari ulang tahunnya Silvia. Silvia sendiri bahkan tidak ingat dengan ulang tahun nya karena terlalu sibuk dengan pernikahannya. Namun mengetahui mereka semua mengingat ulang tahun Silvia membuat kenangan indah di hati nya Silvia sehingga dia sendiri tidak tau bagaimana mengungkap kan kebahagiaannya.
Lalu datang lah Rey membawa kue ulang tahun dan menyuruh Silvia meniup lilin yang terdapat pada kue itu. Setelah meniup lilin, semua bertepuk tangan lalu Rey berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak kecil lalu membuka nya. Didalamnya terdapat sebuah cincin yang sangat indah dan menawan.
"Silvia, aku sangat mencintaimu, mau kah kau bertunangan dengan ku setelah libur ini?" Rey mengungkapkan hal itu dengan sangat tulus, lalu sekelas bersorak menyuruh Silvia agar menerima hal itu.
"A.. A.. Apa maksudmu? Kita masih sekolah Rey" Ucap Silvia beralasan.
"Kita bisa bertunangan dulu lalu menikah setelah lulus" Ucap Rey tersenyum penuh harap.
Silvia benar benar terharu rasanya ingin sekali menerima tunangan Rey, tapi dia teringat bahwa dia sudah bersuami dan tidak mungkin bisa menikah lagi dengan Rey. Seketika air mata bahagia Silvia berubah menjadi air mata penyesalan. Dengan cepat Silvia berlari meninggalkan kelas itu dan menangis keras, Rey yang melihat hal itu memutuskan untuk mengejar Silvia.
"Silvia! Apa yang terjadi?.. Apa ini karena orang tuamu yang tidak menyukai aku yang miskin ini?" teriak Rey sangat sedih. "Tidak Rey ini tidak bisa terjadi!" Tolak Silvia mentah mentah. "Tapi kenapa Sil? Apa salahku?... Hmm baiklah mungkin kamu belum siap dan aku akan menunggumu" Ucap Rey dengan kecewa lalu pergi begitu saja meninggalkan Silvia.
* * *
Silvia pun pulang dari sekolah dijemput oleh Hevin. Mereka berdua sama sama diam dengan muka kusam dan murungnya.
"Ada masalah apa? Kok wajah kalian murung gitu?" Tanya Desi.
"Enggak mah, ada sedikit masalah di kantor" Jawab Hevin dengan dingin berbohong pada Desi karena sebenarnya dia baru saja bertengkar dengan Frey masalah pernikahan.
"Ouh begitu.. Terus kamu kenapa Silvia?" Ucap Desi beralih bertanya pada Silvia.
"Aku enggak apa apa mah, cuma capek aja kok" Jawab Silvia tersenyum ringan dan Desi hanya mengangguk. Keduanya pun masuk kekamar mereka lalu bergiliran mandi dan mereka pun sama sama duduk di sofa dengan menghela nafas yang panjang.
"Jujur saja kau sebenarnya bohong tentang capek tadi kan?" ucap Hevin menebak dengan asal.
"Tidak, aku benar benar lelah kok" Jawab Silvia.
"Jujur! Atau kucium kau" ucap Hevin dengan nakal.
"Kau ini kenapa ha? Pria mood-an! Bentar bentar marah, bentar bentar lembut!" kesal Silvia.
"Apa sih!? Tinggal jujur aja apa susahnya sih!" ucap Hevin berbalik kesal.
"Lalu apa bedanya dengan dirimu, kau juga bohong kan" Ucap Silvia tersenyum dan berbicara dengan nada datar.
"Oke! Ayo sama sama mengaku!" tegas Hevin dan disetujui oleh Silvia.
"Kau duluan!" Ucap Hevin.
"tidak adil, kau duluan" balas Silvia merasa tidak adil.
"Baiklah batu gunting kertas!" Ucap Hevin
"Baiklah" Jawab Silvia.
Mereka pun bermain batu gunting kertas. Hevin menggunakan batu sedangkan Silvia menggunakan Gunting. Karena Silvia kalah jadi dia harus mengaku duluan.
"Cepat katakan apa yang terjadi" Ucap Hevin bertanya.
"Aku baru saja bertengkar dengan kekasihku" Ucap Silvia dan seketika Hevin melototkan matanya terkejut.
"APA!? Kau masih berkasih walau kita sudah menikah!?" Bentak Hevin tidak terima.
"Huh lalu apa bedanya dengan mu! Kau juga punya pacarkan?" Bentak Silvia tidak peduli apa pun.
"Oh berani sekali kau meninggikan suaramu dihadapanku dasar wanita murahan!" Hevin membentak Silvia dengan suara keras dan sorot mata yang tajam.
"Ya aku berani! Dasar bajingan kau Hevin" Teriak Silvia dengan mata yang melotot dan dia kini tengah diliputi oleh amarah. Hevin yang mendengar makian itu langsung melayangkan tangannya tepat di pipi Silvia dan menarik rambut rambutnya.
"Wanita Si4lan! Kau akan menerima akibat dari perbuatan mu itu" Ucap Hevin berteriak lalu membanting tubuh Silvia hingga melepas tali pinggang nya sebagai alat untuk menyakiti Silvia.
"Pria tak tau malu!" Teriak Silvia kesakitan sambil menangis yang tubuhnya masih terus terusan disakiti oleh pria gila di hadapan nya itu. Hevin semakin di bakar oleh emosi dan melempar barang barang disana ke arah Silvia sehingga tubuhnya benar benar tidak berdaya. Akhirnya Hevin dengan sisa tenaganya memasukkan Silvia ke dalam bathtub yang dipenuhi air hingga dia kehabisan nafas dan akhirnya pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments