Bab 4. Tak mengakui kesalahan

Saat Vanilla hendak merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan nyaman itu suara ketukan pintu itu sungguh mengganggu istirahat ternyaman nya setelah dari pemakaman kedua orang tuanya. Dan menikmati makanan kesukaannya, tapi sayangnya Rosa ada keperluan dan dia harus pergi setelah menemaninya makan seblak.

"Ih siapa sih yang datang sore-sore begini ganggu orang aja," tanpa melihat jam sudah menunjukkan acara peringatan kematian kedua orang tuanya sebentar lagi akan dimulai.

Velo masih di luar apartemen ia tau segalanya tentang Vanilla di manapun ia pergi bahkan bersembunyi di ujung dunia pun ia tetap akan tahu.

Tok tok tok tok tok

Ketukan pintu itu terus menggema sampai ke dalam kamar tahu begini dia terganggu ia akan memesan dan memilih apartemen yang kedap suara sehingga tidak ada satupun yang mengganggu kegiatannya yang melelahkan hari-harinya.

Suara handle terbuka namun sebelumnya ia mengecek siapa yang bertamu.

"Aduh kenapa daddy yang datang sih, bukannya Daddy lagi sibuk dengan calon istrinya."

Dengan malas Vanilla membuka pintu tersebut setelah menekan kartu akses keluar masuk dari apartemen, wajahnya menampilkan wajah ceria dengan senyum manis yang terlukis bahkan tidak ada guratan sedih sedikitpun.

"Kenapa buka pintunya lama sekali ?" tanya Velo yang menerobos masuk begitu saja padahal vanilla belum mengizinkan Velo untuk masuk.

"Daddy, kenapa Daddy bisa tahu kalau aku ada di sini ?" tanyanya yang tidak menyukai kedatangan.

Velo menatap Vanilla dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak ada satupun yang kekurangan dan tidak ada luka ia tersenyum lega saat melihat Vanilla dalam keadaan baik-baik saja namun ia masih penasaran kenapa Vanilla tadi tidak ada di acara pertunangannya.

"itu pertanyaannya tidak penting, aku bisa tahu kamu bahkan bersembunyi di lubang semut jadi ingin tahu kenapa kamu tadi tidak datang ke acara pertunangan Daddy?" tanyanya dengan nada tidak bersahabat.

Vanilla duduk dengan malas dan ia duduk sangat jauh dari Velo.

"Kata siapa aku tidak datang, dari tadi aku juga melihat Daddy memasangkan cincin kepada ondel-ondel itu."

Velo langsung menatap tajam wajah gadis yang ia rawat 14 tahun silam itu.

"Siapa yang kamu sebut ondel-ondel Vanilla? kenapa kamu begitu lancang mengatai orang lain dengan perkataan yang tidak menyenangkan hati, walau bagaimanapun ia akan tetap menjadi calon istri Daddy."

Ucap laki-laki dengan penegasan itu membuat hati Vanilla terluka tambah dalam, iya bahkan sampai menundukkan wajahnya dan tidak berani menatap wajah Velo kejadian tadi malam saja cukup membuat harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya dan ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak mengulangi hal itu lagi dan tidak merusak semua yang seharusnya berjalan dengan mestinya.

"Kenapa kamu tidak berani menatapku?" tanyanya yang sudah dari tadi Velo terus menyelidiki seluruh wajah dan tubuh vanilla.

Gelengan kepala Vanilla yang masih menunduk itu membuat Velo semakin frustasi, jika sudah begini Velo harus menjelaskan apa lagi.

"Bisa tidak kamu tatap Daddy sekali saja?"

"Tidak bisa dad maafkan aku, aku masih belum bisa untuk menatap Daddy sekarang, oh iya deh selamat ya atas pertunangannya daddy dengan kak Maya," dengan terpaksa ia mengucapkan selamat kepada velo meski hatinya teriris perih.

Memang melupakan perasaan kepada seseorang itu tidak semudah membalikan telapak tangan apalagi jika setiap hari bertemu dan tinggal satu atap untuk pergi saja ia tidak berhak pergi dan untuk menetap ia juga sama sekali tidak berhak untuk menetap, dirinya sangat dilema sekarang.

"Segitu senangnya kah dengan pertunanganku bersama Maya?" tanyanya yang tak menyukai ucapan selamat dari vanila.

Otomatis aja vanilla juga bingung maksud jadinya itu seperti apa jika mengucapkan selamat saja juga sepertinya sangat salah.

"Lantas jika pertanyaanku barusan salah aku harus mengucapkan apa, atau aku mengucapkan bahwa aku di sini terluka begitukah yang Daddy inginkan, apa Daddy sangat bahagia melihatku terluka apa selama ini daddy sengaja memberikan perhatian khusus kemudian menjatuhkanku sejatuh jatuhnya?"

Skakmat.

Lidah Velo merasa kelu ia bahkan tidak mampu untuk memberikan alasan lagi namun di sini dirinya juga sangat tersiksa antara rasa peduli kasihan dan juga prihatin untuk dirinya juga.

"Kenapa kamu tadi begitu cepat meninggalkan tempat acara vanilla?" ia mengalihkan pembicaraan.

"Kata siapa Daddy saja yang terlalu fokus dengan kak Maya, aku tadi juga pergi setelah acara kalian selesai kok, setelah kalian memasangkan cincin satu sama lain dan tersenyum bahagia di atas panggung, aku pergi juga ada alasan karena aku ingin berkunjung ke makam kedua orang tuaku apa aku salah dad?"

Vanilla berusaha terlihat baik-baik saja di depan velo meski pria yang ada di hadapannya ini adalah laki-laki pertama yang menyentuhnya tadi malam, dan seolah-olah juga dirinyalah ini yang sedang menyakitinya padahal jelas-jelas di sini dirinyalah yang menjadi korban dan harus menerima keadaan.

"Benarkah?" tanyanya yang tak percaya kemudian ia menyambung ucapannya jika tidak salah lihat kamu tadi begitu cepat perginya bukan karena itu sudah deh dibilang seringkali kamu jangan meletakkan hatimu lebih untuk Dedi jelas-jelas usia kita juga terpaut jauh ucap velo mengelak.

Velo memang sengaja melakukan itu agar vanilla lebih sadar meski ia juga sangat terluka di sini karena telah merusak seorang gadis yang ia rawat 14 tahunan.

"Ya walau bagaimanapun di sini aku yang dirugikan dan bukan Daddy, jadi kenapa aku merasa Daddy yang sangat rugi di sini?" tanyanya yang memang dengan posisi tubuh yang sangat menggoda sekali.

Bahkan velo menelan salivanya berkali-kali untuk menahan sesuatu gejolak yang memang seharusnya tidak ya angan-angan kan, namun apa boleh buat hanya melihatnya saja semuanya bangkit seperti kejadian tadi malam.

"Aa--ku tidak bermaksud melukai siapa-siapa, sudah ku bilang dari awal hubungan kita seperti apa. Jaga batasan dan milikmu sendiri, tapi kamu tak mengiyakan ucapan Daddy. Sebaiknya kamu renungi kesalahan kamu vanilla, dan pikirkan baik-baik bagaimana Daddy bersikap selama ini ke kami. Masih banyak pekerjaan Daddy, Daddy akan ke ruang kerja Daddy nanti." ungkapnya tak bilang apa-apa.

Tubuh Vanilla luruh di lantai, ia menangis sejadi-jadinya, pada siapa ia harus mengeluh. Tak punya siapa-siapa selain teman baiknya, ia meraih ponselnya dan menghubungi sahabatnya.

Ia memukul-mukul kakinya merasakan dirinya kotor, tak berguna dan di rendahkan. Bahkan kata maaf saja sangat sulit di ucapkan dari mulut laki-laki tesebut, apa segitu tak berartinya hubungan selama belasan tahun yang terjalin sangat lama ini.

"Dasar wanita mur@han, tidak bisa jaga diri sendiri. Kamu bodoh Vanilla, bodoh banget gak mikir kedepannya bagaimana, kamu perempuan kotor sekarang. Terus ... Sekarang apa yang bisa kamu banggakan di usia muda mu hah?" sambil menujuk diri sendiri di depan cermin.

Sebenarnya kejadian tadi malam ia tak bermaksud begitu, tapi ia juga terlena dengan sikap Velo yang mendominasi dan begitu lembut meski ia sempat teriak saat intinya terbelah dua.

Maya menghubungi berkali-kali ponsel Velo tapi tak di jawab olehnya sama sekali, lalu ia mencoba menghubungi Vanilla tapi sama saja tidak ada jawaban sama sekali dari mereka berdua, pikirannya kemana-mana kalau sudah begini.

......BERSAMBUNG......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!