Nyaris sebulan sudah Nadya menjalani rutinitasnya menjadi guru les privat Alex. Semakin hari, ketengilan pemuda itu semakin terlihat saja dimata Nadya. Tak jarang Nadya sampai kesal dibuatnya.
Bukannya Nadya tidak bisa melawan Alex, tetapi pemuda itu pula yang nantinya akan berusaha menenangkan Nadya kembali jika Nadya sudah dalam mode 'ngamuk'.
Dalam pemikiran Nadya, Alex akan terlihat bahagia jika melihat wajah merahnya ketika dia geram kepada lelaki itu. Sepertinya, itu memang hiburan tersendiri buat Alex.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya yang saat ini sedang mengajari Alex seperti biasanya. Sekarang mereka sedang belajar matematika.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya. Sekarang dia sudah kesal sekali, apalagi Alex terang-terangan mengaku hanya memperhatikan wajahnya saja. Apa ada yang salah diwajahnya? Begitulah pemikiran Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" sambung Alex disertai senyum tengilnya yang membuat Nadya jengah saat itu juga.
Nadya memutar bola matanya, membuat Alex benar-benar terkikik sekarang. Gadis itu tampak lucu dimatanya. Bagi Alex, Nadya seperti tokoh kartun 'chibi Maruko chan' yang dulu sering ditontonnya saat kecil. Bukan, kakaknya Sandra lah yang menyukai kartun itu dan dia hanya mengikuti tontonan Sandra.
"Apa sih yang lucu menurut kamu? Apa pelajaran matematika ini terlalu lucu sampai kamu ketawa-ketiwi gak jelas gitu?" Nadya menggerutu.
"Udah dibilang ... aku gak ngerti soal matematika nya, yang lucu itu kamu." Alex semakin terkekeh.
Nadya mendengus. "Kalau gitu, kamu belajar aja sendiri! Sampai kamu ngerasa kalo saya gak lucu lagi!" paparnya.
"Sampai kapanpun kamu bakal tetap lucu," gumam Alex pelan.
"Apa kamu bilang?" Nadya melotot pada Alex dan Alex menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mengulumm senyum seolah dia sedang menahan tawanya agar tidak terdengar.
Kini Nadya benar-benar kesal, dia merasa Alex terus saja menganggapnya lucu. Kan dia bukan komedian atau tokoh lucu. Enak saja bocah ini menertawainya terus-menerus.
"Mulai sekarang kamu belajar saja sendiri." Nadya yang sebal langsung berdiri dari tempat duduknya. "Permisi!" cetusnya kemudian.
Kontan saat itu juga Alex reflex mencekal pergelangan tangan Nadya. Jari-jarinya yang besar tampak kontras di pergelangan tangan Nadya yang mungil. Dalam posisinya yang masih duduk, sementara Nadya yang sudah berdiri disampingnya, membuat pemuda itu harus mendongak untuk menatap wajah Nadya.
"Maaf, aku cuma bercanda," tuturnya dengan nada serius dan tidak dibuat-buat.
Nadya merengut. Penampakan itu terlihat seperti Alex sedang membujuk gadis yang sedang merajuk karenanya.
"Bercandaan kamu gak lucu!"
"Iya, maaf." Tak ada kata lain yang bisa Alex ucapkan selain itu. Alex sadar dia sudah kelewatan menertawakan Nadya hari ini. Tapi dia memang merasa gadis ini lucu, mau bagaimana lagi?
Nadya yang baru tersadar jika sejak tadi jemari Alex masih melingkari pergelangannya, segera menepis tangan pemuda itu.
"Maaf juga tapi saya gak bisa ngajarin kamu lagi. Cari saja guru yang lain," tutup Nadya. Dia merasa sudah cukup bersabar selama sebulan ini.
Mendengar hal itu sontak saja membuat Alex kalang kabut, entah kenapa dia tidak mau jika Nadya sampai mengundurkan diri karena ulahnya hari ini.
Alex bangkit dan secepat kilat mau mencegah kepergian Nadya tapi dia kalah cepat karena Nadya lebih gesit untuk angkat kaki dari ruang belajar mereka.
"Nadya!" panggil Alex. Baru kali ini dia memanggil jelas nama gadis itu.
Dia berlari keluar hendak mengejar Nadya, tapi Nadya sudah didepan gerbang. Alex terlambat untuk mencegah gadis itu. Nadya sudah terlanjur pergi dari kediaman keluarga Alex.
Seperginya Nadya, Alex menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia mengembuskan nafas berat dan menaiki tangga dengan lesu. Entah kenapa perasaan bersalah menjalar dihatinya sekarang.
"Lho, Alex? Kamu udah selesai les?" Mama Alex bertanya saat berpapasan dengan anak lajangnya tersebut.
Alex mengangguk pelan.
"Nadya mana? Kok gak pamit sama mama?" Hesti, mama Alex merasa aneh, biasanya gadis itu selalu berpamitan padanya jika jam belajar Alex sudah selesai.
"Udah pulang, Ma." Alex mengadu dengan lesu.
Hesti merasa ada yang aneh. "Apa Kalian bertengkar?" tebaknya.
"Aku bercanda, Nadya marah." Alex menyahut pelan sembari berjalan memasuki kamarnya. Dia meninggalkan Hesti yang masih terheran-heran karena kejadian ini.
"Gak biasanya Alex lesu begitu jika sudah membuat guru les nya marah," gumam Hesti. "Aneh, biasanya dia juga senang apalagi kalau gurunya sampai mengundurkan diri," sambungnya dalam hati.
Alex yang sudah berada di kamarnya pun mengecek ponselnya. Memang selama les dia tidak boleh membawa ponselnya kedalam ruang belajar. Alhasil dia meninggalkan benda pipih itu di kamarnya. Disana dia menemukan 5 panggilan tak terjawab dan 6 pesan WhatsApp yang belum dibuka.
Saat membaca nama siapa yang menghubungi dan mengiriminya pesan tersebut, Alex tak langsung membukanya, dia hanya melirik sekilas kemudian mengabaikannya. Bahkan dia tak lanjut memainkan ponselnya. Alex kehilangan moodnya seketika.
"Kalau Nadya benar-benar gak mau ngajarin gue lagi, gimana ya?" Pemuda itu justru masih memikirkan Nadya. Gadis itu pergi begitu saja, membuatnya bingung status Nadya masih guru les privatnya atau bukan?
"Gue harus cari cara supaya Nadya maafin gue," gumamnya.
Saat Alex sedang berpikir bagaimana cara membujuk Nadya agar tidak lagi marah padanya, ponsel pemuda itu kembali terdengar berdering. Alex membaca nama pemanggil yang ternyata sama dengan yang menghubungi dia sebelumnya. Erin.
"Hallo..." jawab Alex dengan suara malas.
"Sayang ... kamu udah selesai belajarnya?" Terdengar suara Erin dari seberang sana.
"Udah."
"Besok kamu jemput aku ya, kita ke sekolah bareng-bareng," ujar gadis itu kemudian.
"Oke. Aku tidur dulu ya, Rin." Alex tak bisa menutupi suaranya yang terdengar lesu.
"Kok tidur sih? Kamu sakit?" Nada suara gadis itu terdengar khawatir.
"Aku ngantuk, capek abis belajar."
"Tapi besok kamu beneran jemput aku, kan?" tanya Erin memastikan.
"Iya, iya."
"Ya udah, aku tunggu ya." Suara Erin kembali terdengar riang. "Selamat malam dan selamat tidur Alex sayang," lanjutnya.
Alex hanya menyahut ujaran Erin dengan gumaman, kemudian langsung memutuskan panggilan tersebut.
Alex pun kembali berbaring ditempat tidurnya, tapi dia tidak berniat untuk tidur seperti alasannya pada Erin, dia hanya memikirkan bagaimana nasib les privatnya setelah ini. Tidak biasanya dia memikirkan hal itu. Bukan hanya Hesti yang merasa dia aneh, tapi dirinya sendiri pun merasa ada yang berbeda mengenai hal ini.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Kar Genjreng
Alex kamu murid yang paling menyebalkan suweerrr 🤣 Nadia saja ogah amairrr mengajari mu,,,murid somplak di ajari. serius,,,balasnya guyon go mudeng ,,, lihatin bibi dan pipinya nadia sumpah bikin kepingin tak slepet saja ya Nad,,,,jangan di ajarin lagi nad buang waktu ngajar bukan muridnya pinter malah keblinger,,,🤭suka kamu keliatannya Nad,😁😁
2024-06-11
1