Nyonya muda Yamato menggerutu kecil melihat uang yang ada padanya sudah menipis. Beda halnya dengan Leo, pria Yamato satu ini mampu membeli semua aset yang ada. Tak jauh berbeda dengan Vera, tiga pria lainnya juga menggerutu kecil.
"Ah! Tidak seru." Kesal Lucas membuang asal dadu di atas meja.
"Benar. Masa kita jadi gembel," kini suara Mark terdengar.
Reza hanya mengeleng pelan. Meski ia tak jauh berbeda dengan yang lain nya. Ke lima nya duduk di atas lantai beralaskan karpet merah berbulu lembut.
"Ck!" Leo berdecak kecil,"bilang saja kalian bodoh bermain!" lanjut Leo sebelum mengembangkan senyum pongah.
Sudah lima putaran. Mereka masih saja tidak bisa mengalahkan Leo. Mulai dari main kartu, ular tangga dua kali sampai main tebak judul lagu. Berakhir dengan main Monopoli. Yang juga di menangkan oleh Leo Yamato. Tak salah jika wajah pongah itu ia tampil kan?
"Kau memang tak pernah terkalahkan kawan!" Reza menepuk pelan bahu kiri Leo.
Vera hanya menjadi pendengar yang baik. Cukup gila mereka, mengingat dari jam delapan malam, ke limanya memulai permainan. Sampai jam dua belas malam, masih saja asik. Awalnya, Vera berpikir teman-teman Leo adalah pria yang jaim dan mesum. Siapa sangka malah berbeda dengan pemikiran nya. Kala ia bergabung dengan ke empat pria gagah itu. Lucas yang bermulut ember bocor sangat asik saat di ajak berbicara. Reza yang terlihat kalem ternyata pria yang murah senyum. Mark pria berdarah Indonesia-Amerika itu——mesum. Seperti yang di katakan Reza, Mark adalah pria yang player suka naik turun ranjang. Tanpa menawarkan status yang pasti. Dengan dalih, just free sex begitu lah pria itu katakan. Atas keinginan suka sama suka, tidak lebih dan tidak kurang.
"Vera!"
Panggilan dari Lucas menyetak Vera dalam lamunan. Gadis mungil itu mengulas senyum malu.
"Kau sudah mengantuk?" tanya Leo dengan nada khawatir. Pria terlalu tampan ini khawatir jika sang istri sudah sangat mengantuk namun dipaksa kan untuk main dengan mereka. Hanya karena sungkan, pada teman-teman nya.
Kepala Vera menggeleng pelan."Tidak."
Jawaban yang cukup singkat. Garis senyum Mark terangkat tinggi.
"Hei! Jangan melayangkan jurus kadal busukmu!" tegur Leo memberikan tatapan mematikan pada Mark.
Kontan saja pria yang mengelilingi meja bundar itu tertawa renyah. Posesif. Satu kata yang ketiga teman nya tangkap. Leo benar-benar seperti suami sejati.
"Hem! Beda ya jika jadi suami," goda Lucas.
"Ya, begitu lah. Perasaan saat dia berpacaran dengan gadis lain tidak begitu. Meski gadis itu di bawa ke ranjang saja Leo biasa-biasa saja," timpal Reza.
Glek!
Leo membeku. Air wajahnya berubah, dari ekor matanya ia melirik Vera. Sial. Pria Yamato itu memaki, melihat raut wajah Vera yang datar. Jujur saja, Leo tak tau apakah harus bersyukur atau marah. Karena Vera tak mengeluarkan ekspresi apapun ataupun reaksi aneh lainnya.
"Kenapa menatap ku begitu?" tegur Vera kala manik mata hitam bening itu berbenturan dengan manik mata coklat kelam Leo.
Leo mengeleng lesu. Reza mengalungkan tangannya ke leher sang sahabat.
"Leo kan menang. Sesuai dengan peraturan awal kita, yang kalah harus melakukan apa yang di minta yang menang!" ujar Reza mencoba mengendalikan suasana.
"Hah! Aku benci kekalahan," kesal Lucas.
"Seperti biasa. Kita selalu kalah di tangan Leo," pasrah Mark.
Vera mengangguk kecil.
"Kau mau apa dari ku?" tanya Lucas dengan nada pongah.
Leo mengerut kan pangkal hidung nya, seraya berpikir.
"Saham Klinik kecantikan mu," ujar Leo menyeringai,"untuk Lucas, aku mau rancang bangunan apartemen baru. Reza, kau harus memberikan satu hektar tanah yang ada di Bogor." Ujarnya menyebutkan satu persatu nama teman-teman nya sembari menatap ketiga nya berganti-gantian.
"Deal!" seruan serentak dari ketiga pria tampan itu membuat jiwa miskin Vera meronta-ronta.
Gila. Satu kata yang melintas di pikiran Vera. Ayolah, yang di minta oleh Leo bukan hal yang mudah. Saham perusahaan sampai tanah. Apakah taruhan orang kaya memang begini.
"Untuk Vera apa?" kata Lucas dengan senyum mesum nya.
Vera berkedip cepat. Jantung nya berdebar keras, jangan sampai Leo minta uang juga padanya. Ia bukan berasal dari keluarga atas. Kehidupan nya sederhana, meski bertetangga dengan rumah besar keluarga Yamato. Bukan berarti rumahnya juga besar. Vera hanya anak juragan kosan saja. Tidak lebih dan kurang.
Leo menyeringai. Menatap aneh ke arah istri nya, Vera ingin menjerit saat ini melihat pandangan yang mampu melucuti pakaian di tubuh mungil itu.
"Kalau itu, aku———rahasia!" ujarnya mendapatkan erangan kesal dari teman-teman nya.
...***...
Ke dua mata sipit itu terlihat berkantong dan menghitam. Beberapa kali ia menghembuskan napas kasar dari mulut. Ana menatap heran pada Vera yang baru sampai di kantin kampus. Duduk di depan nya.
"Hei! Ada apa dengan mata dan wajahmu. Kenapa begitu menakutkan?" tegur Ana. Sebelum terkekeh kecil.
Vera kembali mendesah kecil."Jangan tanyakan apa-apa," ujarnya pelan.
Ana mengeleng pelan. Dua pesanan Ana telah datang. Ibu pemilik kantin meletakan semangkuk bakso dan satu jus jeruk hangat, ke atas meja.
"Buk Tuti. Aku pesan mie ayam sama satu gelas kopi susu dingin," pesan Vera kala Tuti mengalihkan tatapan nya pada pelanggan tetap nya ini.
"Tumben pesan kopi Mbak. Biasanya Mbak Vera selalu pesan jus mangga," tutur Tuti keheranan.
"It——itu, tadi malam bergadang jadi...butuh kopi pagi ini!" Jawab Vera terkekeh pelan. Penuh paksaan.
Dahi wanita paruh baya itu mengerut. Namun beberapa detik kemudian senyum aneh tercetak jelas di wajah berkerut itu. Kala leher jenjang Vera tertutup baju dengan berkerah leher panjang. Mana ada yang mau memakai pakaian berkerah leher panjang di hari yang sangat panas seperti saat ini.
"Ah, baik Mbak!" Ujarnya terkekeh kecil sebelum berlalu.
Tatapan dan ekspresi ibu kantin tak luput dari pandangan Ana. Gadis cantik itu mengikuti pandangan Bu Tuti. Ana bukan gadis naif yang tak tau apa yang membuat wanita paruh baya itu terkekeh pelan. Hati Ana terasa panas dan meradang.
Tidak mungkin bukan?
Ana William menolak pemikiran itu. Leo tak mungkin menyentuh gadis jelek ini. Hati yang panas berbanding terbalik dengan raut wajah Ana yang menyungging kan senyum.
"Kau tidak panas memakai pakaian berkerah leher panjang begitu?" kata Ana sebisa mungkin dengan nada lembut.
Vera gugup. Gadis itu menyentuh leher yang tertutup.
"Hah, tidak kok. Aku merasa kurang enak badan. Agak dingin, jadi aku pakai baju begini." Bohongnya mengulas senyum lebar. Dalam hati mengutuk sang suami.
Bibir merah merekah Ana terbuka. Namun terkatup kembali. Ia hanya mengangguk paham.
...***...
Tawa keras mengalun di ruangan kantor mewah. Tak tanggung-tanggung, Lucas merosot ke lantai. Mark mengusap ke dua sisi sudut matanya yang berair, karena tertawa keras. Untuk si tampan Reza, pria itu mengelus perut berotot nya. Leo meringis, kantong berisi es batu di tempelkan di pipi kirinya. Masih terasa berdenyut dan memerah. Tamparan keras Vera memberikan cap lima jari pada sisi wajah nya, yang membuat pria ini tak mampu menyembunyikan apa yang terjadi.
"Ve——vera, hebat sekali. Sampai memukulmu!" ujar Reza di sela tawa.
"Tidak main-main, bukan hanya menampar. Ia hampir membuat adik kecil mu gagal memberikan bibit unggul!" timpal Mark.
Lucas kembali tertawa keras. Menepuk-nepuk sofa mahal di ruangan Leo. Pria Yamato itu, meringis. Di bawah berdenyut. Cerita nya ia ingin enak-enak, malah buntung. Baru memberi kan sesapan di leher malah berujung petaka. Seperti nya Leo harus cari cara lain untuk menaklukkan Vera Claudia si istri bar-bar.
.
.
.
.
Bersambung.....
Gila... Vera lebih bar-bar dari pada Dera🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Shiro Yuki
vera cuma kurang PD aja makanya dia membentengi dirinya sendiri
2022-11-09
0
mamah lia nia
pikiranku dah berkelana kemana mana......😅😅😅
2021-08-13
0
Ragil Wiwik Lisnani
istri kok gitu hadoo.
tp lucu
2021-05-19
1