Segaris senyum di tarik tinggi kala gadis yang cukup aktif di Organisasi Mahasiswa itu melewati beberapa geng kumpulan kakak tingkat. Mau tak mau dia harus menyapa dengan sopan. Sekedar tersenyum. Meski bibir pink itu terasa kebas hanya untuk di tarik ke atas.
"Vera!"
Teriakan cukup nyaring menggema menghentikan langkah kaki yang sempat di ayun, melewati lorong Kampus. Gadis berusia dua puluh tahun itu membalik kan tubuh nya.
Pria dengan kemeja kotak-kotak itu berlari cepat menghampiri gadis yang ia panggil.
"Ini!" Serunya menyodorkan sebuah kotak merah dengan hiasan pita di atasnya pada Vera.
Vera menatap kotak di tangan kakak kelasnya dengan helaan nafas letih. Jangan salah paham, pria gagah yang duduk di semester enam di depannya ini bukalah bermaksud memberikan hadiah atau semacamnya pada gadis dengan wajah biasa-biasa saja ini. Melainkan menjadi kan Vera Claudia sebagai kurir resmi dari sahabat Vera. Gadis cantik berdarah campuran. Menjadi gadis incaran di Universitas Indonesia (UI).
"Tolong berikan pada Ana, ya!" ujarnya lagi. Kala tangan Vera menerima nya.
"Ya." Jawab Vera cepat sembari mengangguk kecil.
Dio tersenyum lebar, bergumam kata terimakasih sebelum melangkah meninggalkan Vera di lorong Kampus.
"Sampai kapan orang-orang akan menjadi kan aku sebagai kurir!" gerutu Vera. Sebelum membalikkan tubuhnya kembali mengayun kan langkah kaki yang sempat tertunda.
Menjadi sahabat gadis cantik benar-benar merepotkan. Dimana-mana akan selalu menjadi bahan gunjingan sekedar perbandingan. Si cantik dan si gadis biasa-biasa saja.
Semenjak SMA, Vera sudah biasa dengan hal yang seperti ini. Meski awalnya, gadis berhidung minimalis ini sempat mencak-mencak karena harus menjadi kurir, tukang sampai kan salam, menjadi tameng untuk Ana kabur dari kejaran pada kaum Adam dan paling sadisnya lagi adalah dimana ia menjadi obat nyamuk kala Ana dan kekasih gadis itu bertemu di belakang sekolah.
Brak!
Pintu ruangan di buka kasar. Ana Menaik kan sebelah alisnya kala melihat kotak yang di bawa sang sahabat masuk. Dengan kasar pula Vera meletakkan di atas meja.
"Apa ini?" tanya Ana dengan wajah penasaran.
"Hadiah!" jawab Vera seadanya.
Ana tidak menyinggung kotak yang ia terima. Gadis cantik itu lebih tertarik memperhatikan kegiatan Vera. Ke duanya berbeda jurusan, namun masih dapat bersama di beberapa kegiatan. Misalnya, di Organisasi kampus seperti saat ini.
"Kenapa melihat ku seperti itu?" tegur Vera tanpa harus menangkap basah Ana menatap dirinya. ia masih terus sibuk dengan kegiatan membongkar lemari besi milik nya.
Ana memangku sebelah wajah cantik nya. Terlihat sangat cantik. Ana William dengan mata coklat terang, kulit seputih kapas, bulu mata lentik tebal, hidung bangir dan bibir merah. Ia benar-benar sangat cantik. Dapat di sandingkan dengan bintang film Indonesia lainnya.
"Tidak ada. Hanya ingin menatap mu saja," jawab Ana dengan nada kalem.
Vera hanya mengeleng kecil. Tangannya bergerak meraih Laptop berwana putih mengeluarkan nya dari loker pribadi nya. Sebelum melangkah mendekati meja. Duduk di depan Ana. Gadis cantik itu masih tak merubah posisi. Menatap intens Vera.
Berapa kali pun Ana mau memindai Vera Claudia. Ana tak tau apa yang membuat pria itu tergila-gila pada Vera. Jika di bilang cantik, tentu saja Vera jauh di bawah nya. Tubuh Vera yang mungil tak sebanding dengan tubuh nya yang sintal dan menggoda. Jika Ana bandingkan otaknya dan otak Vera. Ia masih unggul, dan jika di bandingkan dengan harta, maka sudah pasti ia lebih kaya. Ia masih tetap di nomor satu, lalu apa yang membuat seorang Leo Yamato tergila-gila pada Vera. Gadis biasa nan beruntung di nikahi oleh seorang pria sesempurna Leo Yamato. Sungguh tak masuk akal. Setidaknya itulah yang terlintas di otak Ana. Untuk saat ini.
"Apa ada yang salah dengan wajah ku hari ini?" tutur Vera mengangkat wajahnya yang sempat menunduk menatap keyboard Laptop beralih ke arah wajah cantik Ana.
Ana memaksa senyum. Kepalanya mengeleng pelan.
"Tidak ada. Hanya merasa kau sangat beruntung," jawabnya pelan.
"Beruntung?" Vera mengernyit kala mengulang perkataan Ana.
Ana menegakkan tubuhnya.
"Ya. Kau sangat beruntung. Di usia yang baru dua puluh tahun, kau sudah memiliki seorang suami yang sempurna. Pria yang menjadi incaran semua gadis," cetus Ana.
Vera tergelak samar. Beruntung memiliki pria sempurna? Yang benar saja. Bagi Vera malah sebaliknya, ia sangat sial menikah muda. Baru tamat SMA pria gila itu mengurung nya dengan status istri. Meski tidak banyak yang tau jika ia telah menikah. Menjadi istri seorang Leo Yamato. CEO muda ternama di Indonesia. Pria yang di gadang-gadang menjadi pria incaran gadis se-Indonesia. Menjadi calon menantu Idaman. Termasuk Mamanya.
"Hei! Ada apa dengan wajah masam mu itu," tegur Ana.
Vera hanya mengangkat ke dua sisi bahunya ke atas dengan acuh. Rambut sebahu yang di biarkan lepas tanpa ikatan itu ikut bergerak.
"Bagi ku tidak begitu," sahut Vera pelan. Sebelum gadis itu melegakan jari jemari nya di atas keyboard.
Ana melipat tangannya di bawah dada.
"Bagimu bagaimana?"
"Aku tak beruntung."
"Ah, masa?"
"Ya."
"Bagaimana tidak beruntung. Kau menikah dengan pria setampan dan semapan kak Leo. Jika aku jadi kamu, aku sudah pasti akan menyombongkan nya pada orang-orang," Ana terlihat bersemangat.
Vera mendengus pelan.
"Kalau mau kau saja yang jadi istri pria mesum itu!" sahut Vera kesal.
"Kau mau memberikan suami mu pada ku?"
"Kalau kau mau, kenapa gak?"
Ana terlihat sumringah. Sebelum ia terkekeh buat-buat. Jika boleh jujur, Ana sangat menginginkan pria yang telah berstatus menjadi suami dari sahabat nya ini. Tidak ada yang tau seberapa sering Ana menggerutu di dalam hati kecil nya. Karena terlambat bertemu dengan Leo. Jika saja ia lebih dahulu bertemu dengan Leo. Mungkin saja, pria itu sudah menjadi milik nya. Tak masalah jika ia harus melepaskan cita-cita dan masa indah nya duduk di bangku kuliah. Asalkan bisa menjadi nyonya muda Yamato.
Sayangnya. Pertemuan ia dan Leo terjadi kala setelah Vera dan Leo menikah secara tertutup. Jika saja ia tak memergoki Leo ada di kamar Vera saat itu. Maka sudah pasti ia tak akan tau jika Vera telah menikah. Menikah dengan pria yang menjadi idaman nya.
Bolehkah ia benar-benar mencuri Leo dari sisi Vera. Toh Vera tidak mencintai Leo. Gadis di depannya ini tidak memiliki perasaan pada Leo. Meski telah setahun menjadi istri Leo Yamato. Ke duanya masih belum pernah tidur bersama. Layak nya suami-istri. Dan ini sangat di syukuri diam-diam oleh Ana.
"Jangan menyesal loh, nanti!" seru Ana dengan nada aneh di telinga Vera.
Gadis itu kembali mengangkat ke dua sisi bahunya acuh.
...***...
Aroma kopi menyeruak. Beberapa wanita berbisik-bisik lirih. Sembari terkikik genit menatap ke arah meja yang di duduki oleh dua pria di area merokok, Starbucks. Leo menyeruput perlahan kopi hitam pekat milik nya. Menjajakkan lidah akan pahit nya kopi.
Pria berjas dan berdasi itu terlihat benar-benar memukau. Meski pandangan mata nakal menghadiahi. Ada yang diam-diam membuka lensa kamera. Hanya sekedar memotret dan merekam visual sempurna Leo.
"Bagaimana perjalanan rumah tangga mu dengan gadis tujuh tahun di bawah kita itu?" tanya Reza membuka pembicaraan.
Leo meletakan gelas kopinya di atas meja. Menyadarkan punggung belakang nya di kursi.
"Dia masih sama. Masih suka menghindari ku," jawab Leo jujur.
"Jangan bilang satu tahun ini kau belum pernah menyentuh nya?" tebak Reza Wijaya mendapatkan muka masam Leo.
Pria Wijaya itu tergelak pelan. Kepalanya mengeleng tak percaya. Bagaimana bisa? Itulah yang terlintas di otaknya.
"Hentikan tawa menyebalkan mu itu!" Peringat Leo dengan pandangan mata membunuh.
Reza dengan cepat menghentikan tawanya.
"Bagaimana bisa?" tanya Reza tak percaya,"Kau kuat menahan berpuasa satu tahun, huh?" lanjut nya menggoda Leo.
"Hah!" Leo menghela napas pendek,"Mau bagaimana lagi. Aku yang cinta dia," keluhnya.
God. Reza tak menyangka Leo bisa terjerat cinta pada gadis yang di nilai biasa-biasa saja. Ada banyak gadis cantik mengelilingi. Lucunya, Leo malah terjerat pada Vera. Tetangga baru nya.
"Apa yang membuat mu jatuh cinta padanya. Sebenarnya dari dulu mulut ku sudah gatal ingin menanyakan hal ini pada mu."
Leo menarik ke dua garis senyum. Para wanita tercekat, jantung mereka menggila hanya karena senyuman maut dari Leo.
"Aku jatuh cinta karena senyum lembut nya. Cara dia menatap dan kesederhanaan nya. Aku suka setiap ekspresi yang keluar dari wajahnya!" aku Leo dengan nada ceria.
"Heh!" denggus Reza tak percaya."Hanya itu?" tanya masih belum puas dengan jawaban Leo.
Leo mengangguk pelan."Ya, hanya itu."
"Apa unggul nya dia di banding wanita lain. Yang berbodi aduhai dan berwajah secantik bak rembulan. Apa bagus nya gadis sederhana. Biasanya pria sebaya kita itu mencari wanita yang hot di atas ranjang," papar Reza membayangkan wanita cantik dengan tubuh seksi.
"Aku tak suka membanding-bandingkan istri ku dengan wanita di luar sana!" dengus Leo jengkel.
"Cih! Kau belum mencoba nya saja. Sok-sok an begitu," tukas Reza.
"Kau tak tau saja, masa depanku pernah di tendang kala salah pegang," jawab Leo pelan.
Hampir saja Reza kembali tertawa keras. Jika pria Wijaya ini tak ingat tempat.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Mohon dukungan nya dengan cara Like, Vote dan komentar ya kakak-kakak. Biar author semangat untuk update 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
mamah lia nia
wah bahaya ini vera meliara bibit pelapor......🙄🙄🙄
2021-08-13
0
mamah lia nia
wah bahaya ini vera memelih
2021-08-13
0
Tyo Fauzy
haahaahaa ketemu keluarga yamato lagi,,semangat kakaak
2021-02-07
1