Gerakan santai sosok Shofwa ketika membereskan meja kerjanya berbanding terbalik dengan isi pikiranya yang begitu berisik. Dalam diamnya, dalam tenangnya, sejujurnya Shofwa begitu gelisah tidak karuan karena memikirkan perjodohannya nanti malam.
Helaan nafasnya senada dengan langkah kakinya ketika meninggalkan ruangan kerja yang beberapa bulan telah dia tempati. Shofwa berjalan santai menuju halte bus didekat taman kota, biasanya dia akan riang gembira setiap kali pulang kerja. Namun, senyum yang selalu terukir diwajah cantinya tak terlihat seharian ini.
Kesalnya teralihkan ketika mendengar pertengkaran dua bocah kakak beradik yang merebutkan sebuah balon. Entah kenapa hal itu mampu mengundang Shofwa untuk mendekat dan melerainya.
Namun, baru saja melangkah, Shofwa kembali menghentikan langkahnya . Terlihat seorang laki-laki lebih dulu melerai pertengkaran dua bocah bersaudara itu.
Entah kenapa melihat cara laki-laki itu melerai pertengkaran dua bocah itu, berhasil membuat hati Shofwa tersentuh dan tanpa sadar senyumnya mengembang sempurna.
Shofwa mendengar apa saja yang diucapkan laki-laki itu, sampai dua bocah itu saling berpelukan dan tersenyum bersama, tak lupa saling berucap maaf.
Shofwa memberanikan diri melangkah mendekati mereka. Sontak hal itu menarik perhatian mereka, atensi mereka kini sepenuhnya tertuju pada Shofwa. Terlebih lagi saat ini Shofwa mencari cari sesuatu di tasnya.
Tak lama kemudian Shofwa menyodorkan dua buah permen kepada dua bocah tadi. Sepasang mata dua bocah itu lansung bersinar kegirangan dan dengan cepat tangan mereka meraih permen itu. Hal itu mengundang tawa Shofwa.
Tiba-tiba sebuah tangan besar berada didepan Shofwa, seperti meminta sesuatu padanya. Mata Shofwa langsung beralih mencari mata pemilik tangan besar itu. Mereka saling memandang seperkian detik sebelum Shofwa lebih dulu memutus kontak haram itu. Meskipun sebentar, mata hitam nan teduh laki-laki itu sukses membuat Shofwa terpana.
"A...pa?" Tanya Shofwa ragu pada laki-laki didepannya itu.
"Permen!" Pinta laki-laki itu, seketika Shofwa langsung mengerutkan dahinya dan kembali mencari sesuatu di tasnya yang tak lain sebuah permen yang diminta laki-laki tadi. Shofwa menghela ketika tak menemukan apa yang dia cari.
"Maaf...sudah habis, kamu bisa beli diwarung ujung taman sana kalau benar-benar mau." Ucapnya lirih sembari menutup tasnya kembali dan menunjuk sebuah warung berwarna biru di ujung taman.
"Baiklah..." Ucap laki-laki itu santai.
"Aku pergi dulu...busku sudah datang" ucap Shofwa buru-buru sembari melangkah meninggalkan dua bocah bersudara dan laki-laki tadi.
Laki-laki tadi terus memandang kepergian Shofwa dengan tanda tanya. Entah apa yang dia pikirkan tentang Shofwa, yang jelas tatapan kagum tercetak jelas di senyumnya yang menawan.
Shofwa terus memandang keluar jendela bus, menikmati waktu senja yang tercipta disepanjang jalan. Jalanan yang awalnya lenggang kini mulai padat akan kendaraan bermotor. Itu semua selalu tercipta ketika para pencari cuan pulang kerumah, setelah seharian penuh menghabiskan waktu ditempat kerja.
Entah sudah keberapa kali Shofwa menghembuskan nafas resahnya. Raut gelisah diwajah tak lagi bisa ditutupi olehnya. Dering ponsel yang tiba-tiba terdengar dari penumpang lain menyadarkan dirinya. Bahwa dia harus menerima takdir yang telah ditetapkan Tuhan untuknya.
Mau lari pun tak lagi bisa, karena konsekuensinya umi yang telah lama berpulang akan bersedih diatas sana, meratapi anakknya yang tak mau mewujudkan harapan terakhirnya sebelum meninggal.
Shofwa hanya percaya, dibalik semua ini pasti akan ada keindahan yang akan di dapatkanya, Tuhan itu maha baik, lalu mana mungkin dia menghianati mahkluknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments