Gaun Pengantin

Didepan sana begitu banyak gaun pernikahan yang begitu indah nan cantik, banyak model juga warna yang sukses membuat Shofwa kebingungan untuk memilih salah satu. Mata Shofwa tak berpaling melihat itu, senyumnya sendari tadi terus terukir, wajah bahagia tercetak jelas disana. Memilih gaun pernikahan adalah salah satu mimpinya dan kali ini dia akan mewujudkannya. Meskipun ini terlalu cepat, tapi Shofwa yakin ini memanglah terbaik untuknya.

"Ayo pilih yang mana sayang!" Pinta Zahwa calon ibu mertuanya.

"Semua terlihat indah dimata Shofwa, bagaimana kalau tante yang pilih saja? Itu akan menjadi pilihan yang terbaik buat Shofwa." Jawab Shofwa dengan lembut.

"Kamu yakin? Ini pernikahan kamu loo...Oh ya jangan panggil tante! Bunda aja ya! Kan sebentar lagi Shofwa akan jadi anak bunda."Mendengar itu Shofwa mengangguk dengan senyum canggung, permintaan Zahwa untuk memanggilnya bunda terlalu tiba-tiba, dan dia percaya sepenuhnya  kalau pilihan Zahwa memang terbaik untuknya. Takutnya kalau Shofwa yang pilih, mungkin bakal seharian mereka berada di butik. Shofwa terlalu mengagumi semua gaun di butik ini, dan untuk memilih salah satu terasa sulit baginya.

"Assalamu'alaikum..."

Mendengar ucapan salam, Shofwa dan Zahwa langsung membalasnya. Terlihat Arka berjalan mendekati mereka dengan wajah datarnya, laki-laki itu telat satu jam dari waktu janjian. Tapi Shofwa memakluminya, mungkin saja dia tengah sibuk mengurus pekerjaannya. Tak ada senyum yang menghiasi wajah tampannya. Kalau boleh jujur, sesekali Shofwa ingin melihat senyum Arka, laki-laki yang akan menjadi suaminya.

Kata Zahwa, Arka sosok hangat yang begitu menyayangi keluarga, selalu patuh akan perintah kedua orang tuanya, hal itu terbukti dengan dirinya menerima perjodohan ini. Dan yang terakhir katanya dia memiliki senyum manis yang menambah ketampanannya.

"Sudah pilih gaunnya?" Tanya Arka tiba-tiba pada Shofwa. Hal itu sukses membuatnya bersemu malu.

"Ahh...belum..." Jawab Shofwa pelan.

"Bagaimana kalau kamu aja yang pilih Arka? Shofwa sendari tadi terus kebingungan memilih gaunnya. Kamu bisa lihat sendiri gaun disini bagus-bagus semua." Saran Zahwa yang langsung di angguki Arka. Terlihat laki-laki itu tak mau ambil pusing untuk melawan perintah bundanya, kalau pun menolak, bundanya akan terus memaksanya. Arka berfikir kalau hal itu akan membuang-buang waktu berharganya saja.

Shofwa melihat Arka mulai berjalan melihat-lihat gaun pernikahan dari ujung ke ujung. Tak lama kemudian dia berhenti pada gaun berwarna putih dengan hiasan renda di ujung-ujungnya, juga beberapa mutiara dibeberapa titik yang menambah kesan elegan pada gaun itu. Gaun itu memang lebih sederhana dari pada yang lain, tapi anehnya terlihat indah.

"Ini saja..." Ucapnya kemudian, hal itu sukses membuat Shofwa dan Zahwa mendekatinya.

"Gaun ini seperti kamu Shofwa, terlihat paling sederhana tapi paling cantik dari pada yang lain." Ucap Zahwa mengomentari, telihat dia setuju pada pilihan putranya.

"Baiklah Shofwa ambil itu saja." Ucap Shofwa sembari tersenyum manis.

Terdengar dering ponsel Arka, sosoknya bergegas berjalan keluar dari butik untuk menjawab telpon yang tiba-tiba masuk. Tak lama kemudian sosoknya kembali terlihat dan langsung berpamitan kepada bundanya dan Shofwa untuk kembali kekantor, ada hal mendesak yang harus dia tangani.

"Jangan kaget ya nanti kalau sudah menikah dengan Arka, dia suka sekali bekerja. Ah lebih tepatnya gila kerja. Kalau dia terlalu cuek laporin aja ke bunda ya, biar bunda yang omelin Arka." Ucap Zahwa tiba-tiba, sosoknya kembali menjelaskan seperti apa putranya.

Mendengar itu Shofwa hanya tersenyum, dia bingung harus menjawab apa. Hanya saja Shofwa berharap, Arka sebatas gila kerja dan jangan sampai dia abai akan sekitarnya. Terutama orang-orang terkasih yang berada disampingnya. Karena Shofwa benci akan rasa abai.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***