Sejak siang tadi, aku hanya rebahan dikamar yang kata ibuku khusus untuk para asisten rumah tangga. Namun, anehnya luas kamar itu melebihi kamarku didesa, ditambah kualitas dari setiap perabotan yang tidak main-main bagusnya. Apa se istimewa itu seorang asisten rumah tangga di rumah ini?
Karena sudah terlalu lama berdiam diri dikamar itu, akhirnya aku memberanikan diri untuk jalan-jalan di dalam rumah ini. Langkah demi langkah semakin membawaku pada keindahan rumah majikan ibuku. Banyak ornamen cantik pada setiap sudut dinding, menambah kemewahan rumah ini. Langkahku berhenti di taman, semburat kemerahan yang tercipta senja sore kali ini terasa berbeda. Aneka bunga yang saling bermekaran ditaman ini menciptakan senja yang paling sempurna. Di tambah pantulan sinar dari air kolam renang menambah rasa damai dihati.
Namun, semua keindahan itu sirna ketika aku melihat seseorang berdiri didepan pintu menatapku dengan wajah datar. Tak ada keramah yang terpancar dari sosoknya. Matanya hitam legam tajam ketika memandang, seakan-akan tatapnya mampu menghacurkan lawan bicaranya saja. Kulihat dia mulai berjalan kearahku, entah kenapa di dalam diriku tercipta rasa takut ketika sosoknya semakin mendekat. Namun, anehnya netraku enggan memutus kontak dengannya. Saat sosoknya sudah berdiri didepanku, kulihat dia mendekatkan wajahnya kearahku yang sedang terduduk di bangku taman. Sontak hal itu membuatku terkejut hingga aku membelalakan mataku.
Aku telisik setiap inci wajahnya. Tampan satu kata yang tepat untuknya, bahkan dia layak menjadi idaman setiap wanita, bagaimana tidak? mata sipit dengan tatapan tajam melekat padanya, alis tebal yang menambah ketegasan dari sosoknya, rahang tajam yang membuatnya berkarisma, dan jangan lupakan hidung mancung serta bibir tipis yang mempesona. Sosoknya begitu sempurna, ditambah tubuhnya yang begitu tinggi atletis.
"Lo siapa?" Tanyanya datar yang sukses menarik diriku dari keterkaguman sasoknya. Aku ingin menjawab, tapi lidahku terasa kelu ditambah nyaliku sebesar biji sawi. Aku hanya menunduk menatap tanganku yang saling bertahutan, mencoba menenangkan diri.
"Lo bisu?" Tanyanya lagi yang sukses menyinggungku. Saat mulut ini akan menjawab, sosoknya melepas baju yang dikenakannya. Refleks aku menutup mata dengan kedua tanganku. Sungguh hal ini diluar dugaanku, ini pertama kali aku melihat seseorang tidak memakai bajunya. Dia bukan lagi wanita tampan idaman wanita, tapi laki-laki gila yang beruntung memiliki wajah tampan.
BBYUUURRR........bercikan air sukses mengenai kakiku. Karena rasa penasaran, akhirnya aku memberanikan membuka mataku. Kulihat laki-laki itu tengah berenang, sesekali ia menenggelamkan seluruh tubuhnya kedalam air. Aku mengangga dibuatnya, bagaimana tidak? Sosoknya tadi sempat membuatku berfikiran yang tidak-tidak kini malah seenak jidat memamerkan keahlian renangnya yang super handal didepanku yang sama sekali tidak bisa berenang. Karena jengkel, aku sengaja membuang bajunya yang tergeletak di sampingku ke kolam renang. Hal itu sukses menarik atensi sosoknya. Dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan. Karena aku takut terjadi hal yang tidak-tidak, aku memutuskan beranjak dari tempat itu, dan meninggalkan laki-laki gila itu sendirian di sana.
Namun, sebelum aku masuk kedalam rumah, tangan besar lebih dulu menyeretku kembali ketaman. Jangan tanya siapa pelakunya! Yang pasti laki-laki gila yang berani membuka bajunya didepan seorang wanita. Aku membalas tatapan tajamnya, rasa takut yang sempat aku rasakan kini tiba-tiba menghilang entah kemana.
"Lepas!" Ucapku lantang sembari berusaha melepas genggamannya.
"Lo gak bisu ternyata? Siapa lo yang berani bersikap kurang ajar sama gue? Hah jawab!" Tanyanya dengan amarah yang jelas terlihat diwajahnya. Belum sempat aku menjawab, terdengar seseorang berlari kearah kami, rupanya ibu.
"Aden....aduh den maafkan anak saya ya, maaf sekali...dia anak bibi namanya Asa. Mulai hari ini anak bibi ikut tinggal disini, karena di desa udah gak punya siapa-siapa. Sekali lagi maafkan kelakuan anak saya!" Jelas ibu kepadanya. Tunggu! Aden? Jangan-jangan dia anak majikan ibu. Seketika aku menyesali perbuatan kurang ajarku barusan padanya. Untungnya ibu berhasil membuat amarah laki-laki reda, dan membiarkanku pergi bersama ibu masuk kedalam rumah. Kali ini aku selamat, tapi tidak ada jaminan ketika aku nanti bertemu dengannya lagi. Oh Tuhan tolong aku kali ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Tini Timmy
semangat nulis nya kk
2024-06-11
0