Gadis itu mengulurkan tangan dan menengadah kelangit yang berwarna kelabu.
Dari ruang kerja di lantai dua rumahnya yang di kelilingi kaca, Ardian memperhatikan gadis itu.
"Gadis itu lagi? "
Tanya perempuan paruh baya yang memasuki ruangan itu, di belakangnya ada asisten rumah tangga mereka yang membawa nampan berisi dua cangkir teh beserta kudapan ringan.
"Ibu kenal dia? '
Ardian menoleh dan bertanya pada Maria.
"Amara namanya. Dia asisten rumah tangganya Ci Mely.
" Aku kok, agak familiar ya, bu? "
Maria duduk di sofa dan Ardian pun beranjak duduk berhadapan dengan Maria.
"Dia kuliah di kampusmu. Sambil kuliah dia juga nyambi kerja di rumah Ci Mely. Begitu yang ibu dengar dari Ci Mely. "
Mari menyesap pelan tehnya.
"Dari pagi sampai siang dia kerja di sana, sore sampai malamnya dia kuliah
Jangan bilang kalau kamu tertarik dan suka padanya. "
Pria itu tertawa pelan, sudah dua minggu dia memperhatikan gadis itu
________________________________________
"Amara! "
Pria itu menghentikan mobilnya dan mencondongkan badan di jendela mobil.
"Pak Ardian? "
"Naik! Sebentar lagi hujan! "
Gadis itu lalu mendongakkan wajahnya ke langit.
"Tidak merepotkan? "
"Tidak, saya juga mau ke kampus. "
Pria itu membuka pintu mobil. Amara pun masuk.
Titik air mulai jatuh perlahan dan semakin deras mengguyur.
_____________________________________________
"Ibu tidak sengaja melihatmu tadi dengan gadis itu. Sejak kapan? "
Maria bertanya saat minum teh di sore hari yang agak dingin, Ardian baru saja sampai dari kampus tempatnya mengajar.
Pria itu menatap sang bunda dan menghela nafas.
Maria mulai merasa ada gelagat tidak biasa putranya. Dengan sabar dia menunggu putranya itu berterus terang.
"Kenapa kamu selalu menyukai gadis yang kelihatan lemah dan memprihatinkan? "
Ardian diam, agak menunduk dengan dua diks yang di letakkan nya di atas paha dan kedua tangan yang menyatu.
"Dulu Sarah. Sekarang Amara.
Apa kamu tidak belajar dari pengalaman sebelumnya, Nak? "
"Yang terlihat itu tidak selalu benar. Bisa saja dia menutupi kelakuan aslinya, seperti Sarah,
istrimu itu. "
"Dan Sarah mau kau kemanakan?
Tidak mungkin dia menerima saat tahu kalau pasangannya mendua.
" Seburuk apapun istrimu, ibu tidak suka kau jadi lelaki penghianat.
Ibu tidak pernah mendidik mu seperti itu, berpikirlah panjang dan matang.
"Rumah tanggamu hanya perlu kau perbaiki, jangan kau abaikan kerusakan di dalamnya, lalu kau mencari rumah baru demi kenyamanan hati dan pikiranmu. "
Pria itu menatap sendu ibunya. Cintanya telah berlabuh di dermaga yang salah.
"Mungkin kami berasal dari tempat, dan kondisi yang sama hingga aku tertarik padanya.
" Bukan wanita - wanita kelas atas yang hidup glamour yang sering ibu kenalkan padaku dulu. "
"Aku perlu mengingatkan ibu, anakmu ini dulunya seperti mereka yang berjuang keras untuk hidup.Anak yang tidak memiliki keluarga.
" Tangan hangat inilah yang menggandeng, memberikan perlindungan, kasih sayang yang tidak mungkin aku rasakan sebelum bertemu dengan mu, Bu.
Ia meraih tangan Maria dan mengecupnya.
"Hati lembut inilah yang selalu mengutamakan kebahagiaanku diatas yang lain. Aku telah di didik dengan sangat baik oleh ibu, dan setelahnya murni kekuranganku yang mungkin selalu mengambil keputusan demi membahagiakan Ibu.
" Aku tahu! Alasan apapun tidak akan jadi benar. Apa ibu tidak ingin jadi nenek? "
Air mata Maria terurai, ia di campakkan begitu saja oleh orang yang di cintainya karena tidak bisa memberikan ahli waris untuk orang tuanya.
Ia berhasil sukses dan memilih hidup sendiri, membesarkan Ardian sebagai anak angkatnya seorang diri. Diasuhnya Ardian sebagai pelipur lara dan temannya di hari tua.
"Apakah...? Apakah Sarah juga mandul.? "
Pria itu menggeleng.
"Dia tidak ingin punya anak, Bu. Dia menganggap mempunyai anak akan menyurutkan karirnya. Mempunyai anak menurutnya akan merampas semua yang telah ia miliki. "
"Ijinkan aku menikah lagi, Bu!
Ku mohon restui aku.
Aku ingin mewujudkan mimpi ibu untuk menimang cucu. " Pria itu berlutut di depan Maria.
Wanita itu tak sanggup bicara, syok mendengar pengakuan anaknya.
Di satu sisinya tidak membenarkan sikap anaknya di sisi lain keinginan untuk memiliki penerus begitu kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Wandi Fajar Ekoprasetyo
br mampir ya kak....
2024-07-23
0