4 ~ Sedang Apa Kalian ?

Mulut Raya lagi-lagi berdecak, entah sudah keberapa kali. Setelah makan malam, para orangtua lanjut obrolan mereka di ruang keluarga termasuk juga rama. Namun, Raya dan Bayu yang memang sudah saling mengenal diperbolehkan memisahkan diri.

Disinilah mereka berada, gazebo yang menghadap ke kolam renang. Meskipun disekitarnya tampak indah, karena ada taman apalagi dengan penerangan dari lampu tetap menunjukan keasrian tempat tersebut. Raya masih tidak merasakan nyaman.

Mendapati Raya dan Bayu sudah saling kenal dan terlihat ada chemistry, tentu saja para orangtua semakin yakin dengan rencana mereka. Padahal kesan yang muncul bukan chemistry saling suka, melainkan aura kebencian.

“Ternyata lo masih suka sama gue ya? Kiran udah move on.”

“Eh, ngomong apa barusan? Siapa yang masih suka dengan kamu?” tanya Raya nyolot.

“Ya elo, nggak mungkin gue bicarakan pembantu di rumah seberang sana. Kita ini mau dijodohkan dan lo tetap datang ke sini. Artinya setuju dan kayaknya lo senang kalau kita dijodohkan begini.” Penuturan Bayu yang tidak sesuai dengan apa yang yang Raya rasakan membuat gadis itu seakan mengeluarkan tanduk iblisnya.

“Jangan kepedean ya, aku ikut ke sini bukan karena setuju apalagi berbunga-bunga kayak orang jatuh cinta. Papi nggak ada bilang apapun dan aku baru tahu dalam perjalanan kesini, itu pun nggak ada clue sama sekali kalau ternyata pria itu ternyata … kamu. Kalau tahu pria itu kamu, nggak bakal aku sampai jejakkan kaki di rumah ini.”

Raya bicara dengan penuh semangat dan berapi-api, seperti para demonstran sedang berorasi. Bahkan Bayu sampai bertepuk tangan dan terkekeh sambil berseru, “Menyala Mbakku.”

“Nggak lucu tauk.”

“Siapa juga lagi ngelucu. Yang ada lo ter Bayu-bayu karena wajah tampan gue.”

Gantian kini Raya yang terkekeh, membuat Bayu mengernyitkan dahi.

“Jangan bilang kalau kamu yang menantikan perjodohan ini. Karena orang tuamu tidak merestui hubungan kalian?”

“Kalian?” tanya Bayu heran.

“Kamu dengan tante yang tadi siang di resto.”

Bayu hanya beroh ria. “Dia tante Ria, adiknya Bunda.”

Ngek. Raya langsung berdehem dan memasang wajah datar. Padahal tadi sudah merasa menang dalam perang argumen dengan pria itu.

“Tapi selera kamu masih dengan tante-tante dan orangtua tidak setuju dengan pilihan kamu,” tuduh Raya dan Bayu hanya diam.

Gotcha.

Raya merasa menang dan wajahnya kembali tersenyum.

“Gue memang suka dengan perempuan dewasa bukan tante-tante. Perempuan dewasa, mandiri sudah pasti dia cerdas, cantik dan tubuhnya sudah pasti … menggoda dan yang pasti udah pengalaman. Bukan perempuan labil, manja dan kelakuan kayak bocah. Terutama yang dadanya rata.”

“dan aku termasuk dalam tipe yang kamu tidak suka. Jadi sampaikan pada orang tuamu menolak rencana ini.”

“Kenapa nggak lo aja.”

“Kamu ….”

Bayu  mengangkat tanganya seakan meminta Raya untuk diam lalu mengeluarkan ponsel dari kantong celana dan wajahnya langsung tersenyum membaca nama yang tertera di layar.

“Malam, Mbak. Tumben nelpon jam segini? Ada yang bisa dibanting eh dibantu?”

Raya berekspresi ingin muntah mendengar penuturan Bayu yang terdengar bersemangat, kemungkinan yang menghubunginya adalah perempuan dewasa yang memang disukai pria itu.

“Oh, bisa-bisa. Aku fotokan sekarang ya atau mau foto yang lain?” tanya Bayu sambil senyam senyum sendiri. “Siap mbak, tunggu ya aku ke kamar dulu. Di sini nggak enak dilihat orang.”

Bayu mengakhiri panggilan dan masih tersenyum lalu berdiri dan meninggalkan Raya membuat gadis itu berteriak memanggilnya.

“Apa sih?”

“Mau ke mana, kita belum selesai.”

“Kamar. Tidak akan selesai karena memang belum dimulai,” ungkap Bayu lalu kembali melangkah sambil bersiul.

Raya terpaksa mengekor langkah pria itu. Hanya ini satu-satunya kesempatan. Bayu yang harus menghentikan rencana perjodohan mereka, dia punya alasan yang cukup kuat karena ada perempuan lain di hatinya. Tidak bisa dibayangkan kalau dirinya menikah dengan pria maca Bayu, berteman saja rasanya tidak mungkin. Pria itu terlalu … menyebalkan dengan tingkah mesumnya.

“Kita belum selesai. Kamu harus akhiri rencana ini, alasan kamu cukup kuat.”

Bayu acuh. Raya masih terus mengoceh mengekor langkah Bayu, seakan tidak menyadari sudah melewati anak tangga dan berada di lantai dua rumah itu. bahkan Bayu sudah membuka pintu kamar.

“Yakin banget kalau kita bakal dijodohkan. Mereka juga bisa melihat kita cocok atau nggak,” tutur Bayu sambil membuka map yang bertumpuk di meja kerjanya lalu mengeluarkan dokumen dari salah satu map dan mengambil gambar dengan ponselnya.

“Pasti bedalah. Aku manusia, kamu makhluk astral.”

“Sudah tahu makhluk astral malah dekat-dekat,” ucap Bayu lalu memainkan ponselnya. Mengirimkan foto tadi pada Yuli yang baru saja menghubungi.

“Eh, aku serius ya.Yang kamu panggil mbak itu pasti perempuan yang kamu suka, kenapa nggak akui saja biar nggak ada rencana perjodohan ini atau perlu aku yang bilang?” Raya melirik  dokumen di atas meja, ada berkas dan foto perempuan di sana. Segera ia mendekat dan meraih foto itu.

Bayu hendak merebut, tapi kalah cepat dengan gerakan Raya.

“Wah, ternyata selera kamu tidak berubah dan bukan isapan jempol kalau kamu suka dengan perempuan matang.” Raya menjauh dari Bayu dan menatap foto itu.

Hela pelan keluar dari bibir Bayu dan ia mengulurkan tangannya. “Kembalikan!” pinta Bayu menghampiri Raya.

“Tidak, ini bisa jadi alasan untuk mengakhiri rencana mereka,” sahut Raya kembali melangkah mundur menjauh dari Bayu.

“Gue bilang, kembalikan!” Bayu gegas mendekati Raya yang mengangkat tinggi foto tersebut sambil menghindar dari Bayu mendekat ke ranjang.

“Menjauh dari … Aaa.” Bayu merangsek mendekat dan merebut foto di tangan Raya. Tubuh pria itu lebih tinggi tentu saja dengan mudah melakukannya, Raya yang limbung pun jatuh ke ranjang. Tangan Raya menggapai-gapai dan refleks menarik kemeja yang dikenakan Bayu membuat pria itu ikut terjerembab dan jatuh tepat di atas tubuh Raya.

“Aaaa!” Raya kembali berteriak. “Minggir!” teriak Raya. Posisinya tidak baik, ditambah tubuh Bayu yang cukup … berat.

“Lo yang minggir. Ini ‘kan ranjang gue dan jangan bergerak terus.”

“Ish kepala kamu isinya apaan sih? Gimana aku bisa minggir kalau kamu ada di atasku begini.”

“Eh iya, ya.” Bayu terkekeh, kedua tangannya mencengkram tangan Raya mengunci pergerakan dan tatapan gadis itu. “Ini sih rezeki, lamaan dikit nggak apa ya. Paling nggak sampai Bani muntah.”

“Minggir!” teriak Raya lagi.

“Raya.”

“Bayu.”

Raya dan Bayu menoleh ke arah suara, tepatnya pintu kamar dan masih dengan posisi berbaring dengan tubuh saling menind!h. Sudah ada Mirna dan Rama, berdiri dan menatap aneh ke arah mereka.

“Sedang apa kalian?” tanya Mirna.

Bayu dan Raya saling tatap kemudian ….

“Aaaaaaa.” 

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

mereka sebenernya cocok...lucu

2024-06-08

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

🤣🤣🤣🤣

2024-06-08

0

Eva Karmita

Eva Karmita

ceritanya seru tapi di lihat dari latarnya awalnya membahagiakan tapi kasihan mereka akhirnya berpisah semoga ceritanya tidak menguras air mata ya otor 🔥💪😍

2024-06-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!