Brian masuk ke dalam kamarnya,dia langsung membuang tubuhnya ke atas ranjang empuk miliknya,dia menghela napas berat saat istrinya lagi-lagi sibuk dengan dunianya sendiri.
"Mas kamu kenapa mengabaikan aku tadi,aku malu di depan teman ku kamu bersikap dingin seperti itu." Ucap istrinya yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamar mereka.
Brian langsung beranjak dari tempat tidurnya lalu mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.Di membuka semua bajunya lalu merendam tubuhnya di dalam bathtub yang sudah di isi air penuh.
Entah kenapa semakin lama pernikahan mereka,hatinya semakin hari semakin kesepian,dia memang sangat mencintai istrinya bahkan dia sangat bangga memiliki wanita itu tapi entah hatinya seperti kosong dan tidak ada semangat untuk melanjutkan hidup.
Untuk melakukan hubungan suami istri pun dia sudah tidak ada nafsu,terkadang dia melakukannya itu semata-mata hannya ingin memuaskan istrinya.
" Sayang!!? Apa yang kamu lakukan di dalam aku masuk ya?" Panggil istrinya,tidak lama kemudian pintu kamar mandi sudah terbuka ternyata istrinya sudah tidak memakai baju hannya memakai dalaman saja.
Brian tersenyum kecil saat istrinya mulai menggodanya seperti biasa.Walaupun hatinya sudah tidak seperti dulu lagi dia akan selalu berusaha tampak bahagia di depan istrinya walau hatinya begitu tersiksa.
Selama hampir satu jam Brian dan Viona melakukan aktifitas mereka yang panas,hingga Viona tidak sanggup lagi,setelah puas dia langsung membersihkan diri lalu keluar dari kamar mandi.Viona tidak pernah melihat perubahan suaminya,dia merasa semuanya masih baik-baik saja dan suaminya tetap menjadikan dirinya ratu di dalam hatinya.
Setelah keduanya selesai mandi mereka langsung turun dari lantai atas menuju dapur untuk makan malam.
" Viona kamu ambilkan aku nasi,bibi sedang sibuk sesekali kamu layani lah aku,tunjukkan perhatian mu sebagai istri aku juga pengen di layani istri seperti suami-suami orang di luar sana." Ucap Brian saat melihat Viona sibuk dengan ponselnya menunggu sang pelayan melayani mereka berdua.
" Ya ampun sayang,kamu jangan berlebihan dong,kita kan punya pembantu,terus apa gunanya kita membayarnya kalau untuk makan saja harus aku yang melayani mu,lagian aku sudah melayani mu di atas ranjang itu sudah lebih dari cukup.Dan satu lagi mas jangan samakan aku dengan wanita di luar sana,aku wanita karir dan aku memiliki paras yang cantik dan body yang seksi yang tidak dimiliki wanita di luar sana jadi jangan membandingkan aku dengan mereka." Viona merasa tersinggung dengan ucapan suaminya hingga akhirnya dia meninggalkan Brian di meja makan sendirian.
" Biar aku yang melayani mu pak Brian,mungkin ibu sedang kelelahan." Ucap pelayannya.Brian makan hannya beberapa suap saja setelah itu dia juga meninggalkan meja makan,menuju balkon yang ada di lantai paling atas.
Marni sang pelayan hannya bisa menggelengkan kepalanya,terkadang dia begitu kasihan melihat majikan laki-lakinya memiliki istri yang egois,hannya karena kecantikan dan wanita karir dia lupa tanggung jawabnya sebagai istri.
" Viona,apa kamu belum mau kita punya anak? Kita sudah tidak muda lagi apa gunanya kita kaya dan sukses kalau kita tidak ada keturunan,tidak ada yang melanjutkan semua warisan kita ini nantinya kalau kita tidak punya anak?" Brian duduk di sopa,menghampiri Viona yang sudah duduk sambil membuka majalah fashion.
Viona menutup majalahnya lalu menegakkan kepalanya menatap suaminya dengan tatapan yang tidak bisa di ungkapkan.
"Mas kamu kan tau kalau aku belom bisa hamil,bukannya aku tidak mau hamil tapi kita belum ada rejekinya untuk punya anak,kamu tau itu kan mas?"
" Bagaimana kalau kita coba bayi tabung,aku rasa kita pasti akan berhasil toh kita banyak uang kita bisa melakukan berbagai macam cara untuk punya anak." Dengan semangat Brian mengungkapkan keinginannya, berharap istrinya menuruti keinginannya.
"Tidak,!! Aku tidak mau mas,aku mau hamil jika itu murni aku hamil bukan buatan manusia." Jawab Viona dengan tegas membuat semangat Brian kembali meredup.
" Ya sudahlah aku akan sabar menunggunya,itu karena aku mencintai mu dengan tulus." Jawab Brian dengan nada pasrah lalu dia segera meninggalkan Viona di ruang tamu.
Brian mengambil sebotol minuman dari kamarnya lalu dia pergi ke balkon,disana dia menenangkan pikirannya sambil minum,saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja,dia merasa pernikahannya tidak ada tujuan sama sekali karena istrinya yang tak kunjung hamil dan juga dia tidak mau melakukan bayi tabung.
****
Keesokan paginya sebelum berangkat ke kantor Viona dan brian sudah berkumpul di meja makan,seperti biasa Brian akan berusaha meluapkan kejadian tadi malam dan meluapkan semua rasa kesal di hatinya terhadap istrinya,dia tidak mau terus menerus membuat istrinya marah dan tersinggung.
" Sayang,nanti malam kemungkinan aku akan telat pulang ke rumah,karena aku ada urusan butik,kamu jangan menungguku ya." Ucap Istrinya.Tampa menunggu jawaban dari suaminya dia sudah bergegas keluar dari kursinya lalu mengambil sepotong roti lalu mencium kening suaminya setelah itu dia pergi meninggalkan Brian di meja makan.
" Brakkk...." Brian membanting gelasnya ke atas meja lalu menekan gelasnya dengan kuat,dia hampir tidak bisa menahan amarahnya melihat sikap istrinya yang semakin tidak peduli dengannya.
" Apa gunanya memiliki istri cantik dan kaya kalau hatiku tidak bahagia." Ucapnya dengan tatapan yang tajam.Brian juga bergegas keluar dari meja makan dia sudah tidak selera untuk sarapan pagi padahal dia lumayan lapar pagi ini.
Brian segera masuk ke dalam mobilnya,hatinya yang sedang kacau membuatnya tidak semangat untuk berangkat kerja tapi dia tetap berangkat karena di kantor dia memiliki banyak berkas yang harus dia tanda tangani.
Belum jauh keluar dari rumahnya perutnya sudah mulai berbunyi,mungkin karena tadi dia tidak mengisi perutnya sama sekali.
" Lebih baik aku sarapan dulu." Ucapnya lalu dia menepikan mobilnya disebuah warung sarapan pagi yang ada di pinggir jalan.
" Nona tolong buatkan aku sarapan!!" Brian memanggil Rania yang sedang sibuk melayani para pelanggannya yang sudah mulai banyak.
" Baik pak tunggu sebentar ya." Jawab Rania dengan semangat.Sebenarnya Brian tidak bisa sarapan di tempat kumuh seperti ini tapi berhubung lambungnya sudah mulai perih akhirnya dengan terpaksa dia berhenti di tempat itu.
Brian cukup bersyukur karena tempat itu cukup bersih,dan makanannya juga enak serta terlihat higenis.Dia begitu lahap menghabiskan sarapan yang dibuat oleh Rania,lidahnya cukup menyukai sarapan itu walau sederhana tapi cukup nikmat menurutnya.
" Pak apa anda menyukai sarapannya?" Tanya Rania dengan sopan.
🌺🌺🌺 bersambung 🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments