MLIY 3

Ares membaca berita yang ada dalam portal berita online itu dengan serius.

Hal itu tentu saja membuat Mark heran sekaligus penasaran saat melihat perubahan raut wajah sahabatnya itu.

" Hei... Ada apa ? " Mark menepuk pundak Ares. Ia juga ikut kepo membaca barisan kalimat terketik rapi yang dibaca oleh Ares.

" What the f*ck " umpat Ares. Ia bahkan melemparkan ponsel milik Mark. Untung saja Mark dengan sigap menangkap ponsel keluaran terbaru miliknya itu sehingga tidak sampai menyentuh lantai.

" Hais... Kau ini ! Kalau ada masalah, rusak ponselmu sendiri. Bukan milik orang lain, sialan " umpat Mark sambil mengusap-usap ponselnya.

Ares mengurut pelipisnya, entah apa yang terjadi tapi ia merasa sangat kesal.

" Whats up bro ? " tanya Mark yang kini duduk di samping Ares.

" Ayahku menikah lagi " ceplos Ares.

" What ? " Mark membulatkan matanya.

Detik selanjutnya, Mark malah tertawa.

" Sialan ! Apa yang kau tertawakan ? " geram Ares melirik sinis sahabatnya itu.

" Bukankah kau yang menyuruh ayahmu itu untuk menikah lagi ? Tuhan memang menyayangimu sampai-sampai langsung mengabulkan keinginanmu " Mark semakin terkekeh.

" Ya, dan Tuhan juga menyayangimu karena sekarang dia mengabulkan ucapanmu. Brengsek ! " gerutu Ares. Ia bahkan menjatuhkan punggungnya pada bantalan sofa.

Mark menaikkan sebelah alisnya.

" Tunggu... Maksudmu apa ? " selidik Mark.

Tak ada sahutan dari Ares yang sibuk memijat pelipisnya sendiri.

Mark lantas segera membaca berita yang tadi dibaca oleh Ares. Ia melihat berita tentang ayah Ares yang menikah dengan sekretarisnya dan kini istrinya itu yang menjadi CEO di perusahaan menggantikannya.

" Memangnya apa yang salah ? Kau seharusnya senang karena ayahmu tidak akan memaksamu untuk memimpin perusahaan lagi " ucap Mark yang ikut menyandarkan punggungnya pada sofa.

" By the way... Doaku yang mana yang dikabulkan ? Memangnya aku mendoakan ayahmu menikah lagi ? Aku kan hanya mengatakan agar kau kembali dan mencari gadis itu sebelum dia... " Mark menghentikan ucapannya lalu menatap intens Ares yang hanya diam mengusap kasar wajahnya.

" Jangan bilang kalau ayahmu menikah dengan gadis itu...? " selidik Mark.

" Sh*t ! Kau kecolongan bro ! Dan itu ayahmu sendiri ? What a wonderful life ? " pekik Mark lagi sambil geleng-geleng kepala. Ia merasa iba dengan kehidupan percintaan sang sahabat.

Ares membuang kasar nafasnya. Ia lantas berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Ares berjalan mondar-mandir, memikirkan langkah apa yang akan diambilnya. Beberapa kali terlihat ia menghela nafas dan mengembuskan nafasnya. Mark hanya memperhatikan tingkah Ares sambil duduk.

" Aku akan kembali " putus Ares pada akhirnya.

Mark menatap lekat Ares.

" Are you sure ? Untuk apa ? " tanya Mark. Ia khawatir jika Ares akan melakukan hal buruk terkait hal ini.

" Aku akan memperjuangkan kebahagiaanku " jawab Ares dengan yakin.

" Ck... Telat bro. Kau hanya akan mempersulit semuanya " oceh Mark.

" Apa maksudmu ? " dahi Ares berkerut mendengar ocehan Mark itu.

" Gadis itu sudah menikah dengan ayahmu dan itu berarti dia sudah menjadi ibu tirimu. Memangnya kau berniat merebut ibu tirimu sendiri ? Come on Ares, pakai logikamu itu ! " seru Mark.

Meskipun ia simpati dengan perasaan sang sahabat, tapi ia tidak akan membiarkan sahabatnya itu melakukan hal yang buruk. Apalagi membuat hubungannya dengan sang ayah semakin renggang. Ia harus menjaga sahabatnya itu tetap waras dan berada pada jalan yang benar.

" Aku yakin ada yang tidak beres. Dan aku akan menyelidikinya " jujur Ares. Ia memang merasa ada yang janggal dengan pernikahan sang ayah dengan gadis yang dicintainya itu.

" Sebagai sahabat, aku hanya bisa mengingatkanmu bro. Aku tidak ingin kau jadi penghancur rumah tangga orang lain. Apalagi itu rumah tangga ayahmu sendiri. Ayolah... Aku yakin kau bisa mendapatkan wanita lain yang lebih baik dari gadis itu. Come on, Ares... Kau tinggal pilih saja wanita yang kau mau. Aku yakin tidak akan sulit bagimu... "

" Tidak ! Aku hanya mau dia. Kau tidak tahu sedalam apa perasaanku padanya... Aku tak peduli, meskipun aku harus menghancurkan hubungan pernikahan ayahku sendiri ! " potong Ares menggebu-gebu.

" Kau gila, Ares ! " sembur Mark.

" Ya... Aku memang gila. Selama ini aku menunggunya karena ingin ia berkembang lebih dulu. Tapi ternyata ayahku sendiri menikungku. Aku tak bisa diam saja Mark ! " tukas Ares frustasi.

" Kau terobsesi Ares, kau tidak mencintainya ! " Mark mencoba menyadarkan Ares.

" Aku tak peduli, aku terobsesi atau apapun... Yang jelas aku sangat mencintainya. Kau tenang saja, aku tak akan bertindak gila. Jika dia memang bahagia bersama ayahku, aku akan menyerah. Tapi, jika ada hal lainnya... Percayalah, aku akan membuatnya menjadi milikku sepenuhnya " ucap Ares.

Mark tak lagi bisa berkata-kata. Ia tahu betul bagaimana perasaan sahabatnya itu kepada cinta pertamanya.

Mark berdiri lalu menepuk-nepuk pundak Ares.

" Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Kuharap kau mendapatkan kebahagiaanmu. Aku akan mendoakan yang terbaik untukmu " ucap Mark. Pada akhirnya ia setuju juga demi melihat sang sahabat menemukan pelabuhan cintanya.

Kini kedua sahabat itu berada di bandara. Ares sudah siap dengan dua buah koper. Ia akan kembali ke mansion utama. Tempat yang sudah sangat lama ditinggalkannya.

Mark menepuk pundak Ares saat sahabatnya itu berpamitan.

" Aku harap kau mendapatkan kebahagiaanmu disana, my bro " ucap Mark.

" Thanks.... Aku percayakan semua urusan disini kepadamu " seru Ares.

" Termasuk urusan Chelsea ? Aku yakin dia akan sangat terpukul dengan kepergianmu " ucap Mark sambil terkekeh.

" Ck... Aku tak ada urusan dengannya. Kau tahu betul jika aku hanya menganggapnya adik, tidak lebih " tegas Ares.

" Ya... Ya... Aku tahu itu. Sudahlah, biar aku yang urus dia. Semoga apa yang kau inginkan segera tercapai " harap Mark. Ares mengangguk kemudian segera masuk.

Ia menatap tiket yang ada di tangannya dengan senyuman terpatri di wajahnya. Entah apa yang akan terjadi nanti saat ia bertemu dengan gadis kecilnya itu.

My angel... I'm back. Tak sabar untuk segera bertemu denganmu

Sepanjang perjalanan, Ares tak henti menatap foto gadis kecil di dalam dompetnya. Gadis kecil dengan warna mata abu-abu dan rambut panjangnya sedang tersenyum sambil membawa beberapa tangkai bunga Chrysant berwarna orange.

Dia ingat betul, gadis kecil berumur 7 tahun itu memberikannya bunga tersebut saat ia akan pergi untuk melanjutkan pendidikan menengahnya di luar negeri. Saat itu usia Ares adalah 15 tahun.

" Nanti kalau kamu sudah besar, kamu harus menikah dengan kak Ares ya, angel ! " seru Ares setelah mengambil bunga yang diberikan oleh Mikha.

" Menikah ? " tanya Mikha kecil. Matanya yang bulat menyorot wajah Ares yang tengah tersenyum ke arahnya.

" Iya, menikah. Nanti Kak Ares dan kamu akan hidup bersama setelah menikah. Kamu mau kan ? " Ares mengelus rambut panjang Mikha.

Mikha kecil tersenyum lebar.

" Iya, angel mau menikah sama Kak Ares biar bisa tinggal sama Kak Ares terus. Gak ditinggal lagi sama Kak Ares " jawab Mikha mengangguk-anggukkan kepalanya.

" Janji nikah sama kakak ? "

Ares mengangkat jari kelingkingnya.

" Janji " jawab Mikhayla yang balas menautkan jari kelingkingnya dengan jari Ares.

Semenjak saat itu, hati Ares tertawan dan kini ia akan menagih dan mewujudkan janjinya kepada Mikha, her angel.

Ayo... siapa yang mau dukung si abang Ares dapetin neng Mikha ? 🤭🙈

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

makanya klau org tua suruh pulang itu pulang klau kaya gini kalang kabut sndri kan Ares

2024-06-30

1

Ayu galih wulandari

Ayu galih wulandari

Aqu yg dukung dech...kasihan jg 😊😊

2024-06-27

1

moureza

moureza

saya dukung

2024-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!