Bab Empat

“Ok deh… gw beres-beres dulu ah!” sahut Caca sambil menampakkan senyumnya yg lebar.

Barra yg masih duduk bersandar di belakang Caca so’ so’ an sibuk mainin ponselnya.

“Gw balik yaa… Bye!” sahut Caca lagi sambil mengangkat tangannya sebelah di depan wajah Barra tanda perpisahan.

“Mau gw anter Ca?” Alex menawarkan diri.

Namun sebelum Caca jawab, Barra sudah mendahuluinya dengan menarik tangan Caca dan menyambar kunci motornya yg ditaruh di atas meja besar.

“Ga usah Lex biar sama gw aja sekalian gw mu beli makan!” sahut Barra bergegas menuju keluar.

“Heishh.. fix ini mah si Barra demen nih sama Caca!” batin Alex. Sepertinya Alex mesti cari gebetan lain.

Sedang Caca yg masih melongo pun berusaha mengikuti langkah Barra yg cepat hingga sampailah mereka diluar markas depan motor Barra.

Barra mengambil helm yg ada di motornya dan memakaikannya pada Caca yg tampak pasrah.

“Barra, tp gw ga bawa jaket, gw klo naik motor ga pake jaket suka masuk angin.” sahut Caca dengan polosnya.

“Oh yaudah pake jaket gw aja.. Bentar lu tunggu sini gw ga akan lama, ambil dulu di kamar.” jawab Barra.

“Okey!” sahut Caca sambil tersenyum simpul begitu manis.

Bukan tanpa sebab Caca menjadi semanis itu, karena pikirnya ini adalah terakhir kali dia ke tempat itu dan bisa sedekat itu dengan Barra. Dia harus meninggalkan kesan yg baik dan kenangan yg manis.

Jangan sampai seperti Barra ketika membantunya di apartemen. Diakhiri dengan kesalahpahaman alhasil hubungan mereka pun menjadi tidak baik. Dia tidak mau hal itu terulang lagi.

Tak lama Barra datang membawa jaketnya yg berbahan menghangatkan badan bukan model parasut yg anti air. Dia langsung memakaikannya pada Caca.

Aroma parfum Barra pun menyeruak, Caca menikmatinya. Dia suka wangi itu, ada rasa senang kala Caca menghirupnya. Jantungnya ikut berpacu seolah tak ingin ketinggalan merayakan kesenangan Caca.

Barra menaiki motornya dan segera menyuruh Caca naik di belakangnya. Tanpa kesulitan Caca duduk di belakang Barra namun tasnya dia ubah menjadi digandong di depan menutupi dadanya.

Rasanya canggung jika nanti dadanya sewaktu-waktu menyentuh punggung Barra. Caca mengantisipasi hal-hal yg biasa diharapkan para pria jika sedang membonceng wanita.

Apalagi kini status mereka hanya teman biasa, entah jika hubungannya luar biasa seperti Elzi dan Dustin mungkin Caca akan ikut menikmati hal-hal yg cukup menggiurkan. Mengingat itu semua otak Caca menjadi kotor seketika, ada hasrat yg sudah terpendam dari lama.

Barra mulai menjalankan motornya pelan, dia ingin menikmati perjalanannya kali ini dengan Caca. Sepertinya baru Caca juga cewe yg diboncengin motor sama Barra.

“Pegangan Ca..” sahut Barra sambil memutarkan kepalanya sedikit ke arah Caca.

“Yaa..” jawab Caca sambil memegang bawah jaket kulit Barra dengan kedua jarinya seperti mencomot sesuatu.

“Mu mampir ke apartemen ga?” sahut Barra lagi.

“Ngapain?” jawab Caca bingung.

“Kalii aja.. ada yg kangen!” goda Barra.

“Kangen apaa..?” tanya Caca lagi.

Namun Barra tak menjawab dia hanya mesem-mesem sendiri di atas motor yg masih melaju santai. Dia teringat saat-saat bersama dengan Caca di apartemen Caca kala itu. Kini pandangannya lurus ke depan tak peduli lagi dengan Caca yg masih kebingungan.

Barra membelokkan motornya menuju parkiran Cafe Bata, cafe yg sempat dia dan Caca singgahi.

“Makan dulu yaa.. gw laper!” ajak Barra yg dijawab Caca dengan menganggukkan kepalanya sambil mengulas senyum.

Manis banget sih.. klo aja penelitian skripsinya besok lusa Barra pasti udah minta oma ngejadwalin pertemuan mereka. Sayangnya kuliah yg mesti dia selesaikan masih lumayan cukup lama.

Barra masih harus menyembunyikan identitasnya dari Caca klo ngga dia pasti tak akan bisa menahan gejolak di hatinya. Apalagi seorang Barra klo udh ada keinginan harus cepat didapatkan. Untung aja sama Caca belum ngebet amat.

Mereka memasuki Cafe Bata yg sore itu tampak sedikit sepi. Kali ini Barra memesan sop daging iga dan es jeruk, lalu dia menanyakan apa yg Caca mau.

“Mu gw pesenin lagi yg kaya waktu itu? Ato mau coba yg lain?” tanya Barra. “Sop iga disini enak, dagingnya empuk jadi ga susah makannya. Menu favorit gw disini!” lanjutnya lagi.

“Pake nasi yaa makannya?” tanya Caca.

“Ngga, pake mulut!” jawab Barra datar.

Mba pelayan yg sedang menulis pesanan pun tergelak mendengar jawaban Barra, membuat Caca mencebikkan mulutnya gara-gara tingkah Barra, dia jadi malu.

Menyadari hal itu Barra cepat-cepat mengambil hati Caca lagi. Dia tak mau merusak suasana yg aman, damai dan tentram bersama Caca menjadi Caca yg tantrum.

“Ga suka banget yaa makan nasi?” tanya Barra yg kini melembutkan suaranya lebih terkesan so’ care banget deh.

“Sukaa.. cuma lagi ga mau ribet..” jawab Caca lagi galau dengan pesanannya.

“Yaudah cobain aja.. Kesukaan aku lho disini, dijamin ga ribet!” yakin Barra.

“Ngga ah! Mau burger lagi aja kaya waktu itu.. Enak itu juga.. Sama mocacino ice yaa..” sahut Caca yg kini sudah kembali sumringah.

Mba pelayan menuliskan pesanannya, “ditunggu yaa kak..” katanya sambil meninggalkan mereka.

“Suka banget yaa mocacino ice?” tanya Barra.

“Hemm.. enak!” singkat Caca.

“Berapa kali sehari lu minum?”

“Ga inget!”

“Haahh..?” sontak membuat Barra melotot. “Sampai ga inget gtuh.. Jangan-jangan banyak lagi!” lanjut Barra.

“Kenapa emang..?” tanya Caca santai.

“Ga bagus Ca buat kesehatan. Mening banyakin air putih..”

“Ga suka! Ga enak.. bikin mual”

“Yaa seenggaknya batasin deh, maksimal 2 kali aja cukup!”

“Dih ngatur-ngatur..”

Barra kini tersenyum lebar baru menyadari dirinya yg sedari tadi banyak omong. Memang akhir-akhir ini dirinya mengakui terkadang seringkali lepas kontrol. Biasaa klo sudah nyaman suka ga bisa ditahan!

Tak lama pesanan mereka datang. Barra yg belum makan nasi sedari pagi langsung melahap makanannya tanpa permisi.

Caca masih dengan ice mocacino yg dia aduk-aduk malas karena kepikiran omongannya Barra yg dia juga tidak ingat ini es kopinya yg ke berapa. Ada perasaan takut juga lama-lama klo kebanyakan minum kopi dalam sehari.

Melihat hal itu membuat Barra sedikit tak nyaman. Dia tak mau merusak hubungannya dengan Caca yg kini dirasa sudah enak.

“Sorry.. gw banyak omong yaa?”

“Ngga.. gpp! Gw cuma lagi inget-inget ini kopi yg keberapa. Iyaa sih gw juga jadi rada-rada takut minum kopi muluk!”

“Yaudah gw pesenin air mineral juga yaa..”

Barra memanggil kembali mba pelayan dan memesankan air mineral untuk Caca. Sambil menunggu air minumnya datang, Barra mencoba menyuapi Caca yg belum juga memakan burgernya.

“Nih cobain sop iga nya… Ak..” sahut Barra sambil dia membuka mulutnya mencontohkan agar Caca juga mau membuka mulutnya.

Namun Caca menggeleng menolak suapan Barra. Kini Barra yg bete dibuatnya.

“Hemm.. giliran disuapin Evan aja mau..” seloroh Barra dengan wajah ditekuk.

Mendengar itu Caca pun terhenyak tak percaya. Apa maksudnya Barra?

...****************...

Terpopuler

Comments

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

masnya cemburu mbak...

2024-06-11

0

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

romantisnya si Barra /Chuckle/

2024-06-11

0

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

Barra udah naksir berat sama Caca 😁🤭

2024-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!