Bab Tiga

Setelah merasa normal kembali, Barra beranjak dari duduknya. Dia menghampiri Caca yg masih berkutat dengan maket rumah kaca miliknya.

Barra akui, Caca memang pintar, maket rumah kaca miliknya kini menjadi sangat bagus dan indah. Entah mengapa kini jika di dekat Caca dan hanya berdua Barra selalu ingin menjaili Caca.

Seperti sekarang dia mencoba menempelkan bahan-bahan yg masih ada di pinggiran rumah kacanya. Namun hal itu justru malah merusak maket yg sudah indah menjadi berantakan. Tentu saja membuat Caca marah.

“Iihh… udah deh diam!” sewot Caca sambil memegang kedua tangan Barra yg mencoba memasangkan ornamen lain di rumah kacanya.

“Bagus tau.. biar makin meriah!” kekeh Barra yg kini mencoba melepas tangannya yg dipegang Caca.

Caca melepas tangan Barra dengan kasar. Dia melipat kedua tangannya di dada sambil cemberut dia berkata, “Terserah deh!” ketusnya.

Kini Caca memilih duduk di dipan menjauhi maketnya yg tengah diisengi Barra. Wajah cemberutnya membuat dia menggemaskan di mata Barra yg lalu menghampirinya ikut duduk di sebelahnya.

“Dih… marah!” goda Barra sambil mencolek dagu Caca.

Seketika Caca memelototinya.

“Ini orang kenapa sih, hari ini perasaan megang-megang muluk! Biasanya juga marah-marah, jutek, hari ini kok agak laen yaa.. kesambet apaan sih?” gerutu Caca dalam hati.

“Tadi abis darimana sih?” ketus Caca.

“Abis.. upacara pembukaan buat pertandingan ntar di universitas. Kenapa emang.. tumben nanya-nanya?” Barra memicingkan matanya.

“Berasa aneh aja! Kirain abis dari kuburan kesambet setan!” jawab Caca sarkas.

“Yee.. bukannya seneng dibantuin malah marah-marah!” Barra menyenggol badan Caca yg ada di sebelahnya membuat badan Caca yg duduk di pinggir dipan asal-asalan, oleng seketika.

Hampir saja pantat Caca mendarat di atas lantai yg dingin. Barra keburu menangkap tangan Caca dengan sekali tarikan, badan mungil Caca kini sudah masuk dalam dekapannya. Tangan Barra sebelah memegang pinggangnya.

“God.. apalagi ini..?” batin Caca. Hatinya berdebar tak karuan. Posisi ini sungguh nyaman, ini yg selalu Caca bayangkan saat-saat sekarang.

Dipeluk… didekap… dibelai.. orang yg dia sukai. Ah.. Elzi telah meracuni pikiran polos Caca! Ini tak bisa dibiarkan..

Caca mendorong dada Barra sekuat tenaga berusaha terlepas dari dekapannya yg penuh kehangatan.

“Aduh! Udah ditolongin juga bukan bilang makasih…” ketus Barra sambil mengusap-usap dada bekas didorong Caca, dan Caca hanya balas mendelik padanya.

Tetiba pintu depan ada yg buka. Untung saja posisi mereka sudah agak berjauhan. Dilihatnya Alex yg berjalan masuk menuju ke arah mereka.

“Dafin udah datang Bar?” tanya Alex.

“Belum!” jawab Barra singkat.

Caca sudah kembali merapihkan maket rumah kaca yg tadi diisengi Barra, sedang Barra beranjak dari dipan tempatnya duduk menuju ke kamarnya.

“Mu kemana lu?” tanya Alex lagi.

“Tidur!” jawab Barra yg kini kembali ke mode juteknya.

“Wah.. Caca sendirian nih! Gw temenin yaa..” sahut Alex sembari mendekati meja besar tempat dimana maketnya disimpan.

Mendengar hal itu Barra kembali keluar dari kamarnya. Dia lalu melewati Alex yg berada di depan Caca, hanya mereka terhalang oleh meja besar. Kini Barra sudah berada di belakang Caca di atas dipan.

“Ga jadi tidur Bar?” tanya Alex heran.

“Dikamar gerah!” jawabnya singkat sambil merebahkan dirinya di belakang Caca.

“Perasaan di kamar lu ada AC?” Alex masih terheran-heran dengan tingkah Barra.

“Mati!” dijawab lagi oleh Barra masih dengan singkat.

“Tinggal dinyalain aja emang gabisa?”

“Bawel lu! Berisik amat!” teriak Barra pada Alex sambil melempar salah satu bantal yg ada diatas dipan.

Mendengar obrolan mereka membuat Caca tersenyum-senyum dalam hati. Emang hari ini dia rasa Barra sangat aneh! Untung saja Alex dengan sigap menangkap bantal itu..

Barra menutup matanya dengan sebelah lengannya. Sedang Caca masih mempercantik maket rumah kaca di depannya. Alex pun tetap setia menonton Caca yg terampil memasangkan setiap bahan pada maketnya.

“Kok ga beres-beres Ca?” Alex memulai obrolan dengan Caca.

Alex senang akhirnya ada juga kesempatan untuk mengobrol dengan Caca. Dari lama dia ingin mengenal Caca lebih dekat, namun selalu batal karena dia merasa takut dicuekin Caca.

“Iyaa.. tau tuh selalu aja ada yg rusak. Setiap gw kesini bagian yg udah ditempel suka ada aja… yg jatuh lagi!” jelas Caca.

“Wah masa sih? Padahal klo gw liat lu ngerjainnya teliti banget, rapih lagi!” puji Alex sambil senyum-senyum.

Mendengar hal itu Barra yg dari tadi pura-pura tidur pun jengah dibuatnya. Udah tau dia yg sengaja buat maketnya ga beres-beres. Klo dibiarin bisa-bisa si Alex bikin Caca curiga lagi.

“Ekhemm..!” Barra berdehem cukup keras.

Sepertinya cukup mengganggu Alex yg kini merasa tak enak dengan Barra.

“Bar, lu tidur ga?” sahut Alex memastikan deheman Barra apakah untuk dirinya atau bukan.

“Khemm..” geram Barra lagi yg sekarang sudah bangun dari tidurnya dan duduk bersandar masih di belakang Caca.

“Kirain lu tidur Bar!?” tanya Alex.

“Gimana mu tidur, lu berisik muluk!” sahut Barra sambil mengorek-ngorek telinganya sebelah.

Alex tersenyum kikuk, dia tahu Barra sedikit terganggu entah benar karena tidurnya yg terganggu ato karena Caca yg Alex ganggu.

Sementara Caca tak peduli lagi dengan tingkah Barra yg memang hari ini agak lain..

“Ah… selesai!” sahut Caca sambil meregangkan kedua tangannya.

Barra dan Alex pun serentak melihat ke arah maket yg disimpan diatas meja besar.

“Mana gw liat..!” seru Barra tak terima tugasnya selesai. “Kok ga ada pohon-pohonan di sekitaran luar rumah kacanya?” tanya Barra.

“Kemarin sih udah ada.. pas tadi gw kesini udah pada copot dan ilang ga tau pada kemana sih..?!” Caca malah balik bertanya.

“Berarti belum selesai! Besok lu masih harus kesini..!” perintah Barra.

Alex tentu saja heran melihat Barra seperti ini. Biasanya Barra tak akan meributkan hal kecil seperti itu apalagi dengan perempuan.

Dia paling anti berurusan dengan seorang perempuan lebih baik dihindarinya. Namun kali ini malah seperti sengaja menahan Caca agar selalu datang ke markas.

Dan memang baru Caca saja perempuan yg Barra minta datang ke tempatnya. Klo yg lain sih pada maksa datang sendiri, apalagi seorang Monica.

“Euh.. tadi maksa nyuruh latihan basket besok, sekarang nyuruh kesini lagi! Jadi maunya gimana?” keluh Caca.

Mendengar hal itu dari mulut Caca sontak Alex membulatkan matanya, baru kali ini Barra banyak maunya sama seorang cewe. Klo aja Monica yg ada di posisi Caca pasti dia bakal dengan senang hati menuruti apa maunya Barra ga bakalan ngeluh kaya Caca.

“Bener-bener nih ada yg ga beres sama si Barra!” batin Alex.

“Yaudahlah latihan basket aja, biarin ini tugas maket gw yg beresin..” jawab Barra ketus.

“Duh..duh..duh.. pake ngerasa kepaksa lagi. Tugasnya sendiri padahal!” gerutu Alex lagi dalam hati. Jadi dia yg gemas sendiri dengan tingkah temannya yg satu itu kepada Caca.

Mendengar jawaban Barra, Caca merasa sedikit lega walau dia mulai besok harus mulai latihan basket lagi. Tapi setidaknya dia bisa bersama-sama dengan geng Geje lagi setelah hampir 2 minggu Caca jarang bersama mereka.

“Akhirnya… hukuman gw selesai yaa..” sahut Caca sambil mengangkat ujung bibirnya sebelah dan menaikkan kedua alisnya.

Barra tak menjawabnya, dia malah memasang wajah juteknya. Alex yg mengamati dua orang di depannya itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

...****************...

Terpopuler

Comments

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

iseng banget si Barra 🤭

2024-06-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!