Bab Dua

Selesai dari sekretariat universitas, Barra memutuskan untuk pulang ke markas. Dia sudah menitipkan semua berkas yg berhubungan dengan club basketnya pada Dafin dan Adit yg akan kembali ke kampus.

Motor hitam yg dikendarai Barra melaju cukup kencang keluar dari gerbang universitas. Dia merasa lelah setelah hampir seharian mengikuti upacara pembukaan pertandingan di universitas.

Barra ingin segera sampai ke markas dan bersantai sejenak. Hingga tak terpikirkan olehnya untuk sekedar membeli makan siang di jalan untuk dibawa pulang.

Sampai di markas dia heran dengan pintu yg terbuka, namun hanya ada mobilnya yg terparkir disana. Di pikirnya mungkin Alex atau temannya yg lain yg biasa sekedar ikut beristirahat di markas sedang berada di dalam.

Tanpa pikir panjang Barra masuk markas dan menutup pintunya. Namun siapa yg didapati Barra di dalam adalah seorang Caca yg tengah serius mengerjakan tugas maketnya.

Caca yg membelakangi Barra sepertinya memang tak menyadari kehadirannya. Hingga terlintas ide untuk menjaili Caca dalam benaknya.

Barra berjalan mengendap-endap kini dia berhasil ada tepat di belakang Caca tanpa diketahui olehnya. Caca masih sibuk menempel beberapa bagian dari maketnya.

Fiuuhhh…!

Barra meniup telinga Caca yg seketika membuat bulu kuduk Caca meremang. Diangkatnya tangan Caca sebelah untuk meraba tengkuknya. Dia baru merasakan adanya sesuatu disana, dan mulai menoleh ke belakang.

“Barra!” teriak Caca sambil reflek memukul dada Barra yg bidang.

“Aw.. sakit!” Barra pun ikut menimpali sambil meraih tangan Caca yg sempat memukulnya.

“Apa-apaan sih kaget tau!” sewot Caca yg tangannya masih dipegang Barra.

“Iseng..” jawab Barra santai sembari memperlihatkan deretan giginya yg rapi dan bersih.

Tak hanya sampai situ, ide jailnya kembali muncul. Tangan Caca yg sedang dipegangnya kini ditariknya sembari dia duduk diatas dipan dekat Caca.

Hal itu sontak saja membuat Caca tertarik dan kini duduk diatas pangkuannya.

Deg!

Jantung Caca kini berlari sangat cepat. Rona merah terpampang nyata di wajahnya, sayang dia sendiri tidak bisa melihatnya.

Akan tetapi Barra tentu saja menyadari hal itu. Dia bukan lelaki polos yg belum pernah pacaran seperti Caca. Walaupun semenjak di bangku perkuliahan dia tidak pernah lagi pacaran.

Setelah mendapat pesan dari sang oma Barra kini tak ingin menahannya lagi. Dia menjadi lebih agresif kepada Caca, namun saat ini mereka hanya berdua entah jika ada orang lain.

“Apaan lagi sih ini!” sahut Caca mencoba untuk biasa sambil berusaha bangun dari duduknya.

Namun bukan Barra namanya jika melepaskannya begitu saja. Dia kadung kesal dengan Caca karena permintaannya agar Caca mau berlatih basket lagi selalu ditolaknya.

Maka ide gilanya ini akan dia gunakan untuk memanfaatkannya. Kesempatan tak akan datang dua kali, begitu pikirnya.

Alih-alih membantu Caca berdiri, dia malah melingkarkan tangannya di pinggang Caca dan menahannya membuat Caca menjadi duduk kembali.

Caca pun terhenyak kaget, bola matanya membulat sempurna. Kedua wajah mereka kini berhadap-hadapan hanya berjarak beberapa centimeter.

Mereka berdua saling pandang. Barra memandang Caca dalam dan penuh kehangatan hingga membuat Caca memalingkan wajahnya.

“Duh.. meresahkan banget sih liatnya!” batin Caca.

Namun tak sampai disitu, karena jarak mereka yg begitu dekat kini hembusan nafas Barra yg lembut pun membelai leher Caca membuat Caca semakin panas dingin dibuatnya.

Sebelum Caca berontak lagi Barra pun segera mengutarakan ide gilanya.

“Heh.. denger yaa, ini terakhir kalinya gw minta baik-baik. Mulai besok lu latihan basket lagi yaa.. Tugas maket kan hari ini beres nih! Jadi udah ga ada alasan buat nolak lagi…” sahut Barra sedikit tegas.

“Klo gw ga mau?” ngeyel Caca. Dia masih gengsi jika harus langsung menyetujui.

“Gw bakalan bikin idup lu ga tenang kaya sekarang!” jawab Barra menyeringai sambil memajukan wajahnya ke arah Caca.

Deg!

Lagi-lagi jantung Caca tak bisa diajak berkompromi. Klo kaya gini sih emang beneran hidup Caca bakalan ga tenang nih!

“Santai.. Ca, santai… plisss!” Caca memohon pada dirinya sendiri agar tetap tampak biasa saja, walaupun posisi mereka kini luar biasa!

Caca memberanikan diri untuk kembali menatap Barra yg kini wajahnya tampak berbinar. Dia tersenyum sumringah, ekspresi bahagia sungguh kentara di wajahnya.

Saat kedua mata mereka kembali beradu, Barra menaikkan alisnya menyadarkan Caca yg kembali memalingkan wajahnya. Tetapi kini Barra sudah tak bisa lagi menahannya, apalagi setelah mendapat pesan dari sang oma.

Sebelah tangannya kini dia angkat menangkup pipi Caca dan menggerakkannya agar wajah Caca kembali berhadapan dengannya. Masih dengan tangan di pipi Caca dia berkata,

“Gimana? Masih ga mau nurutin?” sahutnya lagi yg kini menatap Caca sayu.

Cukup kesal karena Caca lama tak menjawabnya, kini pandangan mata Barra dia alihkan kebawah. Memandangi bibir ranum Caca yg merah merekah sambil sesekali tangannya mengusap-usap pipi Caca.

Ada perasaan nyaman disana, Caca terhanyut. Hatinya mendesir sesuatu seperti sedang menggelitiki perutnya.. rasanya ingin meledak!

“Nghh..” Caca berusaha menahan erangannya, hampir saja desahan laknat keluar dari mulutnya.

“Gila! Apa-apaan ini…! Aargghhhh..!” Caca berteriak dalam hati merutuki dirinya sendiri. Baru seperti ini saja dia sudah tak kuasa menahan diri. Maklumlah ini pertama kalinya Caca disentuh pria!Hihihi…

Barra tersenyum puas, sepertinya ide gilanya berhasil! Pasti sebentar lagi Caca akan menurutinya. Ternyata benar memang ini cewe masih orisinil, terlihat jelas ketegangan di wajah Caca.

Secepat kilat Caca mendorong wajah Barra yg semakin mendekat ke arahnya. Caca tak ingin terus hanyut. Bisa-bisa dia terbawa suasana seperti dengan Evan dulu hampir saja dia melepas ciuman pertamanya.

Sebenernya kali ini bersama Barra dia ingin merasakannya. Namun kewarasan untung masih berpihak padanya. Dirinya ingin melakukan itu semua karena memang perasaan mereka suka dan suka bukan terpaksa atau coba-coba.

Caca memang wanita yg punya prinsip. Namun entah prinsip yg satu itu akan sampai kapan dia pegang. Masalahnya akhir-akhir ini keadaan seringkali membuat dia tergoda ingin mencobanya.

“Iyaa… udah oke! Besok gw latihan…” ketus Caca.

“Yass!” dalam hati Barra berteriak.

Namun dasar Barra setelah mendapat apa yg diinginkannya, kini dia dengan sengaja menarik Caca untuk berdiri dari pangkuannya. Tentu saja hal itu membuat Caca kaget.

“Sial! Giliran yg dimaunya udah gw turutin aja sekarang gw dipaksa berdiri! Ga sopan banget sih.. ilang deh tuh sweet moment yg tadi..” gerutu Caca dalam hati. “Emang ga bakal mungkin nih cowo bisa romantis kaya drakor di tv.. gw kebanyakan mimpi…!” kesalnya lagi.

Tetapi bukan tanpa sebab juga Barra sekasar itu pada Caca. Dibawah sana miliknya sudah merangsek ingin keluar. Lama-lama berdekatan intens dengan Caca seperti itu membuat si joni cepat berdiri.

Barra sudah tak kuat menahan, untuk menutupinya pun dia sampai ambil bantal di dipan. Ingin segera pergi menjauh darisana namun dia tak mungkin berjalan, itu lebih riskan.

Sedang Caca kembali mengerjakan tugas maketnya dengan wajah cemberut. Ada sedikit perasaan bersalah di diri Barra melihat hal itu, namun segera ditepisnya.

Ingin menjalin hubungan yg lebih tulus membuat Barra mulai memahami sifat cewe yg ada di depannya kini. Dia lebih baik memikirkan bagaimana membuat Caca kembali bahagia daripada harus berkutat dengan rasa bersalahnya.

...****************...

Terpopuler

Comments

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

sabar bang /Facepalm/, bikin klepek-klepek dulu

2024-06-09

1

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

waduh...😂😂😂

2024-06-09

0

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

kesemsem nih si Caca 😁🤭

2024-06-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!