Hansen bangkit dari duduknya dan berjalan tanpa menghiraukan Olivia dan rekannya. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Olivia, namun tidak ada satupun yang mengesankan bagi Hansen.
"Hansen, aku akan bilang pada Tante jika kamu mengacuhkan aku!"
Hansen menoleh, kemudian ia melangkah maju kearah Olivia. Olivia tersenyum dan mengira trik nya berhasil.
"Kamu pikir kamu siapa? Pikir!"
Hansen kemudian berbalik dan benar-benar pergi dari tempat itu. Ia benar-benar muak dengan sikap manja Olivia.
Ditambah lagi Olivia suka membully mereka yang mencoba dekat dengan Hansen. Hansen pun jadi malas untuk mengikuti kelas.
Ia berjalan melewati Merpati yang sedang ngobrol dengan saudara dan paman nya itu. Hansen dengan headset bluetooth ditelinga nya dan kepalanya di tutup oleh penutup Hoodie, melewati mereka tanpa menoleh.
Merpati juga tidak peduli, apalagi mereka tidak saling kenal satu sama lain. Merpati hanya sibuk dengan paman dan saudaranya itu.
"Aku mau pulang saja," ucap Merpati pada mereka bertiga.
"Aku juga," kata Darrel.
"Kalian, niat belajar gak sih? Setidaknya kita ke perpustakaan dulu lah," kata Marvel.
"Sejak kapan kamu rajin belajar?" tanya Elang.
"Papaku sudah tua, siapa lagi penerusnya jika bukan aku?" tanya Marvel.
"Iya benar banget, kalau begitu kamu aja yang ke perpustakaan, aku mau pulang, yuk!" Merpati menarik tangan Darrel pelan.
Darrel pun ngikuti Merpati, Elang dan Marvel tidak punya pilihan lain selain ikut juga. Diparkiran, mereka masuk kedalam mobil masing-masing.
Hanya Merpati yang mengendarai motor sport miliknya. Hadiah dari Alvaro waktu ulang tahunnya yang ke 17.
Sekarang usianya sudah 19 tahun, hanya itu yang ia inginkan dari sang papa. Pada ulang tahun berikutnya ia tidak minta apa-apa.
"Aku langsung pulang ya," kata Merpati sambil melambaikan tangannya.
Mereka hanya memberi kode ok kepada Merpati. Sedangkan Marvel akan ke perusahaan papanya. Dan Elang juga ke perusahaan papanya.
Sejak SMA keduanya sudah belajar untuk mengelola perusahaan. Agar nanti bila sudah lulus kuliah, mereka tidak lagi kesulitan.
Merpati melajukan motornya di jalanan, tidak peduli kendaraan lain mengumpat dirinya. Entah sifat siapa yang ia tiru sehingga begitu bar bar?
Kadang sang papa juga heran, mungkin karena Oma dan Opa selalu memanjakan sejak kecil. Meskipun begitu, Merpati bukan gadis yang manja.
Saat dipersimpangan jalan, Merpati melihat beberapa buah mobil berhenti. Awalnya Merpati tidak peduli, namun setelah melihat seorang pria dikeroyok, Merpati pun berbalik.
Merpati memarkirkan motornya dipinggir jalan. "Woy ... berhenti! Berani nya main keroyok!"
Mereka berhenti memukuli pria itu, ternyata pria yang di keroyok adalah Hansen. Hansen yang sudah babak belur pun mencoba untuk bangkit.
"Jangan main keroyokan dong, satu lawan satu jika berani!" tantang Merpati.
"Siapa kamu ikut campur? Ini urusan ku dengan dia!" tunjuk salah satu dari mereka.
"Satu, dua, tiga, empat, maju kalian!" Bukan nya menjawab, Merpati malah menantang mereka.
"Berani banget nih cewek, kalau di per**** ntar nangis loe," kata salah satu dari mereka.
"Coba saja kalau bisa."
"Jangan! Mereka kuat dan membawa senjata tajam. Sebaiknya kamu pergi," ucap Hansen.
Ia sudah bisa berdiri, namun tetap memegangi perutnya karena tendangan dari mereka tadi.
"Kamu masuk kedalam mobil, nanti kamu tambah parah," pinta Mentari.
Keempat pria itu maju, mereka bukan preman, juga bukan pembegal. Tapi mereka adalah musuh Hansen sejak SMA.
Karena orang yang disukai oleh pria itu, ternyata lebih menyukai Hansen. Hansen menolak saat gadis itu menyatakan perasaannya.
Hansen juga tidak tahu jika penolakan nya membawa petaka. Hingga pria yang menyukai gadis itu ingin membuat Hansen menderita.
Hansen bisa beladiri, namun tidak seberapa tangguh. Jika dikeroyok dia juga pasti akan kalah.
Merpati sudah bersiap-siap, tanpa memasang kuda-kuda. Namun kewaspadaan nya tetap ada.
"Hiaah ...." Satu orang maju, dengan tinju nya mengarah ke Merpati. Merpati menangkis dan memutar tubuhnya membelakangi pria itu.
Buugh ... Merpati menyikut tulang rusuk pria itu. Sehingga pria itu menjerit kesakitan. Kemudian maju lagi satu orang dengan gerakan yang sama.
Namun Merpati segera mengangkat kakinya dan menendang perut pria itu hingga terpental. Pria itu tersungkur ke tanah.
"Kalian maju!"
Keduanya pun maju secara bersamaan, Merpati kini lebih serius melawan keduanya. Namun ternyata keduanya masih jauh dari Merpati seni beladiri nya.
Sehingga dengan mudah Merpati mengalahkan mereka. Mereka semua terkapar ditanah. Merpati pun segera pergi dari tempat itu.
Hansen hendak mengucapkan terima kasih, namun keduluan Merpati pergi. Hansen tersenyum meski sakit karena bibirnya berdarah.
"Siapa gadis itu?" batin Hansen. Kemudian ia segera pergi dari tempat itu.
"Tidak menyangka ternyata dia lebih kuat daripada aku," batin Hansen.
Hansen pun ingin belajar lebih giat lagi dalam ilmu beladiri. Mengingat musuh selalu ada dimana-mana.
....
"Mama," pekik Merpati saat tiba di mansion. Baru saja turun dari motornya, langsung terpekik memanggil mama nya.
"Loh kok cepat pulang?" tanya Abbey.
"Belum ada kelas Ma, besok baru ada," jawab Merpati.
Abbey sekarang menjadi ibu rumah tangga, untuk mengisi waktu luangnya, ia hanya berkebun di belakang mansion.
"Kok sudah pulang?" tanya Ardina.
"Oma?" Merpati langsung memeluk Ardina, seakan sudah berhari-hari tidak ketemu.
"Kakakmu mana?" tanya Ardina.
"Ke perusahaan papa, mungkin ingin membantu papa," jawab Merpati enteng.
Merpati pun pamit kekamar nya untuk berganti pakaian. Ardina hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala saat melihat kelakuan cucunya itu.
Di perusahaan ...
Elang yang baru datang pun langsung keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Karyawan yang lama sudah pensiun, dan sekarang sudah berganti karyawan baru.
Saat di lobby perusahaan, Elang pun menjadi pusat perhatian para karyawan wanita khususnya.
Karena ketampanan pemuda itu, membuat mereka terpesona. Meskipun ini bukan yang pertama kalinya Elang datang.
"Selamat siang mbak," ucap Elang pada pegawai resepsionis. Karena sekarang sudah jaman 11 siang.
"Ehh, Tuan muda El, ada yang bisa saya bantu, Tuan muda?" tanya pegawai resepsionis.
"Papa ada?" tanyanya. Meskipun perusahaan ini milik papanya, namun Elang tidak ingin semena-mena.
"Tuan sedang keluar, bertemu klien," jawab pegawai resepsionis.
"Baik, kalau begitu saya akan tunggu di ruang kerjanya saja," ucap Elang.
Elang pun masuk kedalam lift, sebelum lift tertutup, seorang karyawan wanita sengaja mengejar Elang dan masuk juga kedalam lift.
"Tuan muda maaf," ucapnya.
Namun Elang tidak berkata apa-apa, sehingga suasana menjadi hening. Saat tiba di lantai 20, pintu lift pun terbuka.
Elang keluar dari dalam lift dan karyawan wanita itu pun ikut juga. Elang yang awalnya tidak peduli pun angkat bicara.
"Mengapa kamu mengikuti ku? memangnya kamu tidak punya kerjaan?" tanya Elang.
"Tuan muda, maafkan saya," ucapnya. Kemudian pergi dari situ.
Elang hanya menghela nafas, ia tidak mengerti mengapa papanya merekrut karyawan seperti itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Yulia Pancawati
sifat mamanya nurun sama merpati
2024-09-07
1
Sulaiman Efendy
KALAH DGN CARLA & CARLOS
2024-08-17
2
Sulaiman Efendy
MKANYA RAJIN LATIHAN BIAR KUAT & TANGGUH
2024-08-17
2