FANS

"Gimana sayang, sekolahnya hari ini? Ada yang jahilin kamu nggak?" tanya Mama sambil menyetir, matanya sesekali melirik ke arahku melalui kaca spion.

"Nggak ada kok, Ma. Teman-temanku baik-baik semua," jawabku sambil tersenyum, meskipun dalam hati masih ada sesuatu yang mengganjal.

"Baguslah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, bilang ke Mama, ya?"

"Beres, Ma! Hehe. Oiya, Ma…" Aku menggigit bibir, ragu apakah harus melanjutkan atau tidak.

"Hmm?" Mama menoleh sekilas.

"Tadi waktu di kantin, aku nggak sengaja lihat Kak Victor masih menyimpan chat dari Kak Chairin," kataku lirih. Aku takut reaksi Mama. Setiap kali nama Chairin disebut, suasana pasti berubah tegang.

Mama diam. Matanya tetap fokus pada jalanan, melihat mobil-mobil yang berlalu lalang. Aku menggigit bibir, menunggu reaksinya.

"Lalu?" tanyanya akhirnya, nadanya datar.

"Emm… nggak apa-apa sih, Ma. Cuma mau cerita aja," aku buru-buru meralat, takut kalau-kalau Mama marah.

"Kamu rindu Chairin?" tanya Mama tiba-tiba, kali ini suaranya lebih lembut.

Aku terkejut, tak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari bibirnya. Aku menoleh ke arah Mama, dan ternyata Mama sedang menatapku.

"Eh… Iya, pastilah, Ma. Masa sama kakak sendiri nggak rindu? Kak Victor juga pasti rindu," jawabku mencoba meyakinkan.

Namun, ekspresi Mama berubah. Tatapannya tajam, menusuk seperti ingin memastikan sesuatu.

"Mama tanya tentang kamu dan Chairin. Bukan Victor!" katanya tegas.

Aku terdiam. Aku tahu Mama dan Kak Victor memang tak pernah akur sejak kejadian itu.

"I-iya, Ma… Maksud aku—"

"Sudah! Kamu bikin mood Mama jelek," potongnya tajam. Mama membuang muka ke arah jendela mobil, seakan tak ingin membahasnya lagi.

Aku hanya bisa menunduk. Diam. Tidak berani berkata-kata lagi.

...****************...

Sementara itu, di rumah…

Victor berjalan menuju dapur, membuka lemari satu per satu, tampak sibuk mencari sesuatu.

"Mas Victor, cari apa?" tanya Bu Sumi, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah kami. Beliau sudah mengenal kami sejak kecil, bahkan sejak Kak Chairin masih ada.

Victor menoleh, sedikit terkejut.

"Eh, Bu Sum… Kaget saya. Laper, Bu. Mau cari mi instan. Ditaruh di mana ya, Bu?" tanyanya sambil menggaruk kepalanya.

Bu Sumi tertawa kecil, lalu berjalan ke lemari dapur di ujung ruangan. Ia membuka salah satu laci dan mengeluarkan sebungkus mi instan rasa rendang.

"Ini, Mas," katanya sambil menyodorkan mi tersebut.

"Nah! Betul, Bu. Makasih ya!" ucap Victor, menerima mi instan itu dengan senang.

Ia mulai menuangkan air ke panci kecil dan menyalakan kompor. Namun, belum sempat ia lanjutkan, Bu Sumi hanya bisa tersenyum geli melihat tingkahnya.

"Mas Victor, dari dulu sampai sekarang nggak bisa bikin mi instan, ya? Bu Sumi udah ajarin berkali-kali juga masih gagal. Hehe. Sini, biar Bu Sumi aja yang buatkan. Mas Victor tunggu di ruang makan, nanti saya antar."

Victor tersenyum malu, lalu menurut. Ia berjalan ke ruang makan dan menunggu makanannya.

***

"Enak, Kes? Mau nambah lagi?" tanya Mama saat kami makan malam di restoran steak langganannya.

"Enak, Ma! Tapi Kesy udah kenyang. Dibungkus aja, ya?" pintaku.

Dalam hati, aku ingin membawanya pulang untuk Kak Victor. Aku yakin dia pasti suka steak ini.

Namun, Mama mendadak menghentikan makannya. Ia menatapku tajam sambil meletakkan garpu dan pisaunya, lalu menyeka bibir dengan tisu.

"Mau buat siapa?" tanyanya dengan nada menyelidik.

Aku menelan ludah, berusaha tetap tenang.

"Ah, nggak kok, Ma… Hehe. Gak buat siapa-siapa."

Mama diam sejenak, lalu berdiri, merapikan dress-nya, menenteng tas kecilnya, dan berjalan keluar tanpa menunggu aku selesai makan.

Seperti biasa, salah satu orang suruhan Mama sudah siap membayar makanan kami ke kasir. Aku buru-buru menyelesaikan makananku, lalu menyusul Mama ke mobil.

Perjalanan pulang terasa mencekam. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut kami. Hanya alunan musik klasik yang mengisi keheningan.

...****************...

Setelah 45 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di rumah. Mobil berhenti dengan mulus di garasi.

Mama membuka pintu mobil dan keluar tanpa berkata sepatah kata pun. Aku pun ikut turun, mengikuti Mama dari belakang.

Namun, langkah kami terhenti di teras rumah ketika melihat Kak Victor sedang berbicara dengan seorang wanita yang tak kukenal.

Mama langsung menghampiri mereka. Setelah cukup dekat, Mama menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan tatapan tajam.

Wanita itu yang awalnya duduk, segera berdiri dan menyodorkan tangan.

"Selamat sore, Tante. Saya Fera. Saya—"

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Mama langsung menyela.

"Vic, masuk! Mama mau bicara."

Nada suaranya tenang, tapi begitu dingin dan menusuk. Bahkan tanpa menatap wanita itu sedikit pun, Mama berbalik dan masuk ke dalam rumah.

Victor menghela napas pelan.

"Maaf, sepertinya aku nggak bisa antar kamu ke halte," ucapnya datar.

Wanita itu—Fera—menunduk, tampak kecewa. Namun, ia tetap mencoba tersenyum.

Victor berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi. Sementara itu, aku tetap berdiri di teras, merasa kasihan pada Fera yang masih terpaku di tempatnya.

Aku mendekatinya dan menyodorkan tangan.

"Hai, Kak. Aku Kesy, adiknya Kak Victor. Kakak siapa? Aku sepertinya baru kali ini melihat Kakak. Kakak temannya Kak Victor?" tanyaku penasaran.

Fera tersenyum tipis dan menjabat tanganku.

"Halo, aku Fera. Bukan temannya Victor sih. Kami baru bertemu hari ini. Aku kuliah di kampus yang berbeda dengannya."

Aku mengerutkan dahi.

"Lah, terus? Kok bisa kenal Kakakku?"

Fera tersipu.

"Sebenarnya aku sudah menyukai Victor sejak dia SMA. Cuma aku nggak pernah punya keberanian buat ngajak dia ngobrol. Aku tahu namanya dari teman sekampusku yang satu SMA dengannya."

Aku terkikik.

"Ohh… jadi Kakak sering lihat Kak Victor waktu SMA?"

Fera mengangguk malu-malu.

"Iya… tapi sepertinya Mama kamu… emm… maaf ya."

Aku bisa merasakan kekecewaannya.

"Nggak apa-apa, Kak. Victor memang agak susah didekati."

Fera tersenyum kecil.

"Iya… Yasudah, aku pamit dulu, ya."

Aku mengangguk.

"Hati-hati di jalan, Kak."

Perempuan berbaju pink dengan rok selutut itu pun berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan perasaan ganjil dalam hatiku.

Aku menarik napas panjang, lalu berbalik masuk ke dalam rumah.

Aku tahu… malam ini pasti akan ada pertengkaran lagi antara Mama dan Kak Victor.

...****************...

Bersambung~

Terpopuler

Comments

T3rr0r1st

T3rr0r1st

Terperangkap di dalamnya

2024-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 PRIA TAMPAN ITU
2 CHAT DARI SESEORANG
3 GADIS ITU BERNAMA CHAIRIN
4 KASIH SAYANG MAMA
5 FANS
6 PERJODOHAN
7 JALAN JALAN
8 CEMBURU
9 VALERI
10 MENGINAP
11 KITA PERLU BICARA
12 MAAF
13 MAMA SAKIT
14 BERBAIKAN
15 EGOIS
16 BASKET
17 APARTEMEN
18 BUKU DI MASA LALU
19 SEPERTI INI KAH MAU MU?
20 PERMOHONAN TANTE HANS
21 KAMPUS KAK VALERI
22 BUKAN KAK VICTOR YANG KUKENAL
23 AKU TIDAK MELAKUKANNYA
24 DIA DATANG
25 KEMATIAN KAK CHAIRIN
26 GADIS ITU
27 BERKENALAN
28 TERJUN
29 CANTIK
30 KELUARGA BARU
31 TROUBLE MAKER
32 SATU LAWAN SATU
33 TANDING BASKET
34 SEPATU
35 PENGGANTI PAPA
36 KEKANAK KANAKAN
37 MASALAH BARU
38 DILARIKAN KE RUMAH SAKIT
39 TIDAK SADARKAN DIRI
40 MENGAPA MAMA MEMBENCIKU?
41 AKU TAHU
42 MAMA?
43 APA YANG BARUSAJA KULIHAT?
44 LAMA TIDAK BERTEMU
45 KIDS ZONE
46 BIAR KUBANTU
47 SEMAKIN DEKAT
48 GADIS ITU MENCIUM KAKAK KU
49 YA! AKU MENYUKAINYA
50 MATA MATA MAMA
51 BERENANG BERSAMA
52 DIMANA HARGA DIRIMU?
53 MABUK
54 JAGA UCAPANMU
55 HENTIKAN!
56 APA SALAHKU?
57 PERINGATAN DARI MAMA
58 PERJANJIAN
59 PSIKOPAT
60 BERBOHONG
61 AKU LELAH
62 BERTEMU
63 PACAR JESSICA
64 PAMIT
65 BERTEMU MAMA DAN PAPA
66 SAKIT
67 ULANG TAHUN MAMA
68 MAAFKAN MAMA MU
69 PERINTAH
70 RAHASIA ALEX
71 DOUBLE DATE
72 BERUBAH
73 OBAT BIUS
74 TETAPLAH DISINI
75 RUMIT
76 LEPASKAN!
77 TELEPON DARI OM BENI
78 TERKUAK
79 DIKAMAR BERSAMA VALERI
80 KEBUSUKAN VALERI & ALEX TERBONGKAR
81 MATILAH
82 PERGI DARI RUMAH
83 AWAL MULA BENCANA
84 RENCANA JAHAT VALERI
85 TERLUKA
86 HANYA INGIN KAU TAU - END
Episodes

Updated 86 Episodes

1
PRIA TAMPAN ITU
2
CHAT DARI SESEORANG
3
GADIS ITU BERNAMA CHAIRIN
4
KASIH SAYANG MAMA
5
FANS
6
PERJODOHAN
7
JALAN JALAN
8
CEMBURU
9
VALERI
10
MENGINAP
11
KITA PERLU BICARA
12
MAAF
13
MAMA SAKIT
14
BERBAIKAN
15
EGOIS
16
BASKET
17
APARTEMEN
18
BUKU DI MASA LALU
19
SEPERTI INI KAH MAU MU?
20
PERMOHONAN TANTE HANS
21
KAMPUS KAK VALERI
22
BUKAN KAK VICTOR YANG KUKENAL
23
AKU TIDAK MELAKUKANNYA
24
DIA DATANG
25
KEMATIAN KAK CHAIRIN
26
GADIS ITU
27
BERKENALAN
28
TERJUN
29
CANTIK
30
KELUARGA BARU
31
TROUBLE MAKER
32
SATU LAWAN SATU
33
TANDING BASKET
34
SEPATU
35
PENGGANTI PAPA
36
KEKANAK KANAKAN
37
MASALAH BARU
38
DILARIKAN KE RUMAH SAKIT
39
TIDAK SADARKAN DIRI
40
MENGAPA MAMA MEMBENCIKU?
41
AKU TAHU
42
MAMA?
43
APA YANG BARUSAJA KULIHAT?
44
LAMA TIDAK BERTEMU
45
KIDS ZONE
46
BIAR KUBANTU
47
SEMAKIN DEKAT
48
GADIS ITU MENCIUM KAKAK KU
49
YA! AKU MENYUKAINYA
50
MATA MATA MAMA
51
BERENANG BERSAMA
52
DIMANA HARGA DIRIMU?
53
MABUK
54
JAGA UCAPANMU
55
HENTIKAN!
56
APA SALAHKU?
57
PERINGATAN DARI MAMA
58
PERJANJIAN
59
PSIKOPAT
60
BERBOHONG
61
AKU LELAH
62
BERTEMU
63
PACAR JESSICA
64
PAMIT
65
BERTEMU MAMA DAN PAPA
66
SAKIT
67
ULANG TAHUN MAMA
68
MAAFKAN MAMA MU
69
PERINTAH
70
RAHASIA ALEX
71
DOUBLE DATE
72
BERUBAH
73
OBAT BIUS
74
TETAPLAH DISINI
75
RUMIT
76
LEPASKAN!
77
TELEPON DARI OM BENI
78
TERKUAK
79
DIKAMAR BERSAMA VALERI
80
KEBUSUKAN VALERI & ALEX TERBONGKAR
81
MATILAH
82
PERGI DARI RUMAH
83
AWAL MULA BENCANA
84
RENCANA JAHAT VALERI
85
TERLUKA
86
HANYA INGIN KAU TAU - END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!