Aku hanya diam menatap makananku yang masih utuh di atas meja. Es teh yang tadi terlihat segar kini sudah mencair sepenuhnya, es batunya hilang tenggelam dalam air berwarna kecoklatan.
Teman-temanku sudah kembali ke kelas lebih dulu setelah aku menyuruh mereka pergi tanpaku. Kini, kantin semakin sepi. Hampir semua mahasiswa telah kembali ke aktivitas masing-masing, menyisakan hanya beberapa orang yang masih duduk, sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Aku menghela napas pelan, lalu melangkahkan kaki keluar dari kantin. Sepertinya aku sudah terlalu lama berdiam diri di sana. Langkahku mengayun perlahan menuju lapangan basket, tempat yang cukup ramai ketika jam istirahat, tetapi sekarang hanya menyisakan satu sosok yang tak asing bagiku.
Kak Victor.
Ia sedang asyik menggiring bola, lalu melompat untuk memasukkan bola ke dalam ring. Gerakannya lincah dan penuh keyakinan, seolah dunia hanya miliknya seorang.
Rambut lurusnya tampak sedikit berantakan, keringat mengalir di wajah putihnya. Postur tubuhnya yang tinggi dan atletis membuatnya terlihat semakin menarik di mata banyak orang. Tidak heran jika banyak gadis yang mengaguminya, bahkan ada yang sampai pingsan hanya karena ingin bertemu dengannya.
Namun, di balik semua itu, dia tetaplah Kak Victor—pria yang selalu bersikap dingin, jarang berbicara, dan kerap kali mengabaikan orang lain. Kadang, sikapnya itu membuatku sebal. Tapi, dia tetap kakakku.
Aku mendekatinya, lalu berkata..
"Kak, ayo pulang."
Ia menghentikan permainannya sejenak, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia melepas kausnya yang basah oleh keringat. Tangannya meraih botol air di tasnya dan langsung meneguknya.
Aku menghela napas panjang, lalu menggodanya.
"Kaaaakkk… kalau ada cewek yang lihat, gimana? Bisa-bisa mereka makin tergila-gila."
Seperti yang sudah kuduga, dia tidak menanggapi. Tanpa ekspresi, ia hanya membuka tasnya, mengambil kaus bersih, lalu mengenakannya. Setelah itu, ia membawa tasnya dan berjalan pergi.
Aku mendengus kesal. Seperti biasa, aku merasa tidak dianggap.
Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba Kak Victor berhenti. Ia berbalik dan menyunggingkan senyum tipis di bibirnya.
"Ayo pulang."
Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum kecil. Meskipun dingin dan cuek, aku tahu hatinya tidak sekeras yang ia tunjukkan. Kak Victor yang sekarang memang berbeda dari dulu. Andai saja Kak Chairin masih ada, mungkin ia tidak akan berubah menjadi sosok yang sedingin ini.
Dan Mama…
Ah, sudahlah.
...****************...
Sesampainya di rumah, aku melihat Mama sedang sibuk berbicara dengan seseorang. Mungkin kliennya, mungkin sekretarisnya, atau mungkin salah satu karyawannya. Aku tidak begitu paham dengan dunia bisnis yang ia jalani.
"Ma! Aku sudah pulaaangg!" seruku riang.
Mama menoleh sekilas dan tersenyum.
"Sudah pulang, ya, sayang? Ganti baju dulu, ya. Nanti kita makan di luar. Hari ini Mama ingin ajak kamu makan steak enak."
Mataku berbinar.
"Asik!" seruku penuh semangat.
Aku pun berjalan menuju kamar, bergegas mengganti pakaian. Samar-samar, aku mendengar suara wanita yang tadi bersama Mama berpamitan untuk pulang.
Beberapa saat kemudian, Kak Victor masuk ke rumah. Langkahnya pelan saat melewati ruang tamu, di mana Mama kini tengah duduk santai di depan televisi. Aku mengintip sedikit dari balik pintu kamar.
"Aku pulang," ucapnya lirih.
Mama tetap menatap layar televisi. Tidak ada jawaban. Tidak ada respons sama sekali.
Aku menghela napas. Sejujurnya, ini bukan pertama kalinya terjadi. Aku sudah terbiasa dengan sikap Mama yang seperti ini terhadap Kak Victor.
Aku keluar dari kamar dan mendapati Kak Victor masih berdiri di sana. Ia diam, seolah menunggu sesuatu. Namun, Mama tetap tak menghiraukannya. Seolah kehadiran Kak Victor di rumah ini tidak ada artinya.
Saat aku melangkah lebih dekat, barulah Mama menoleh ke arahku. Ia tersenyum dan bertanya dengan suara lembut.
"Sudah ganti baju, sayang? Ayo kita pergi. Kamu pasti suka dengan makanan di sana."
Aku tersenyum canggung, lalu melirik ke arah Kak Victor.
"Kak Victor biar ganti baju dulu, Ma," ujarku, berharap Mama akan mengajak kami berdua.
Namun, Kak Victor justru menjawab lebih dulu.
"Duluan aja, Kes. Aku masih kenyang."
Aku mengerutkan kening. Kenyang dari mana? Aku tahu betul dia tidak makan apa-apa di kantin tadi. Jelas itu hanya alasan agar tidak ikut dengan kami—atau mungkin dia sudah tahu, memang tidak akan diajak.
Mama tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya menggandeng tanganku dan berjalan menuju mobil.
Aku menoleh ke belakang, menatap Kak Victor yang masih berdiri di tempatnya. Tatapannya kosong, seolah sudah pasrah dengan keadaan yang terus berulang ini.
Di dalam mobil, aku tidak bisa berhenti memikirkannya.
Aku tahu, sejak kepergian Kak Chairin, hubungan di keluarga ini berubah. Kak Victor berubah menjadi sosok yang pendiam dan dingin. Mama juga berubah. Seolah hanya aku yang masih bisa bersikap ceria seperti dulu.
Tapi, aku tahu itu tidak benar.
Aku hanya pura-pura tidak peduli.
Aku hanya berusaha tetap tersenyum, meski hatiku pun terasa sesak.
...****************...
Saat kami sampai di restoran steak yang Mama janjikan, suasana di dalam terasa begitu hangat dan ramai. Aroma daging panggang yang menggoda langsung menyambut kami begitu kami melangkah masuk.
Mama memesan menu favoritku. Aku mencoba menikmati momen ini, tetapi bayangan Kak Victor terus berkelebat di pikiranku. Bagaimana dia di rumah sekarang? Apakah dia sudah makan? Atau malah hanya duduk diam di kamarnya, tenggelam dalam pikirannya sendiri?
"Kesy, kenapa diam? Tidak enak makanannya?" tanya Mama tiba-tiba.
Aku tersentak dan menggeleng cepat.
"Nggak kok, Ma. Enak banget."
Mama tersenyum, lalu kembali menikmati makanannya. Aku pun berusaha melakukan hal yang sama. Tapi jauh di dalam hati, aku merasa ada sesuatu yang terus mengganjal.
Aku berharap, suatu hari nanti, keluarga ini bisa kembali seperti dulu.
Aku berharap, Kak Victor bisa tersenyum lebar seperti saat Kak Chairin masih ada.
Dan aku berharap, Mama… bisa kembali melihat Kak Victor seperti anaknya sendiri.
Namun, entah kapan harapan itu bisa terwujud.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Beerus
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
2024-05-27
1