Arga Aldiano

Arga Aldiano seorang siswa genius, berprestasi, multi talent dan berparas tampan. Di puja kaum hawa adalah takdirnya. Jahat dan dingin itu adalah sifatnya. Cuek, adalah makanan sehari-hari baginya. Peduli? Bukanlah bagian dari hidupnya.

Cowo yang terlahir kaya ini adalah tipe cowo yang angkuh dan keras kepala. Sepertinya sifat negatif banyak terkandung di dalam sel-selnya. Dan setiap nadinya teraliri darah panas yang bisa seketika meledak menimbulkan kemarahan seorang Arga. Itulah sebabnya tidak ada yang berani memancing amarahnya atau mereka akan memancing Kyubi di dalam tubuhnya dan siap untuk menyerang kapanpun.

Walaupun julukannya sebagai siswa tertampan dan tercerdas. Namun siapa sangka, Arga yang memiliki otak di atas rata-rata itu ternyata adalah siswa yang paling sering keluar masuk ruang BP dan memiliki catatan merah terbanyak hingga 20 pelanggaran setiap harinya. Bayangkan jika 20 pelanggaran dikalikan 1 bulan? Bahkan para anggota OSIS pun menjadi banyak kerjaan hanya untuk mencatatat pelanggaran Arga saja.

Namun, dibalik sifat kerasnya itu. Arga mencintai seseorang, seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya yaitu ibunda tercintanya. Arga akan melakukan apapun perintah ibunya selagi ia bisa. Ia menganggap ibunya sebagai malaikat kehidupan. Seperti janjinya, "siapapun yang berani menyakitinya maka hidupnya tidak akan pernah tenang."

Sinar matahari yang terang menyorot memantul helm hitam berplat putih itu. Arga yang sedang duduk tegak diatas motor sport merah hitam dengan kecepatan sedang berjalan menelusuri jalanan yang cukup lenggang. Cowo itu begitu menikmati hembusan angin yang menerpa tubuhnya, terutama saat ia melewati pohon-pohon hijau nan rindang yang berjajar rapih melindunginya dari sinar matahari.

Beberapa menit lamanya ia menulusuri jalan. Dan tiba juga ia harus mengerem motornya saat ban hitam itu telah sampai di depan gerbang tinggi rumahnya.

"Sore den," sapa pak Jajang, satpam rumah Arga. Seraya membukakan gerbang tersebut namun di balas dingin oleh cowo itu.

Arga membuka helmnya setelah ia memasukkan motornya kedalam bagasi. Kemudian berjalan menghampiri pintu sambil membuka jaket hitam yang melekat ditubuhnya.

"Arga, kamu sudah pulang?" Seorang wanita cantik dengan wajah berseri serta rambutnya yang bergelombang menyambutnya di ambang pintu dengan ekspresi bahagia.

"Iya mah."

Wanita itu tersenyum dan mengusap sebelah pipi Arga yang di sambut sedikit senyuman yang nyaris tidak terlihat dari Arga untuknya. Namun selain itu, ada hal lain yang sedang wanita itu cari.

"Loh Ga, Fika mana?"

Lagi-lagi cewe itu

Arga mengangkat bahu acuh. "Gaktau mah. Arga ke kamar dulu."

Sesaat Arga akan melangkah, Ratna ibundanya justru menarik kupingnya hingga ia berhanti dan memekik. "Aw mah!"

"Kamu nakal banget yah."

"Nakal gimana mah?"

"Kamu pasti ninggalin Fika lagi kan?"

Ratna semakin mengencangkan jewerannya bahkan sedikit memutarnya hingga kuping Arga mulai memerah.

"Arga gaktau mah.."

"Gaktau gimana? Mamah sudah bilang berapa kali sih? Jangan ninggalin Fika sendirian. Masih aja ngeyel."

"Iya mah, lepasin dulu."

Ibu Arga akhirnya melepaskan telinganya. Diselangi senyumnya karena Arga meringis mengusap telinganya yang mulai terasa perih.

"Tadi Arga buru-buru mah, jadi gak sempet liat dia."

"Alasan kamu. Bilang saja kamu malas bareng sama Fika kan?"

Bukan malas, tapi najis

"Mah, Arga udah bilang kalo Arga gakmau bareng sama cewe cul-"

"Arga!" Sentak Ratna sambil memukul sedikit lengannya. "Bagaimana pun Fika, dia anak yang baik. Dan ingat, mamah sudah memberi amanah sama Fika buat terus melindungi dan mengawasi kamu. Jadi kamu harus bersikap baik sama dia."

Arga mengangkat sebelah alisnya dan terkekeh. "Mamah gaksalah? Yang ada itu cewe yang bakal kewalahan mah. Dia gak bakal mampu."

"Kalo begitu, kamu yang harus mengalah."

F*ck!

"Maaf mah, Arga gakbisa." Cowo itu mulai melenggang pergi menuju tangga. Bebarengan dengan seseorang yang baru saja masuk melewati pintu.

"Assallamualaikuuum.." Suara nyaring itu, suara yang tidak asing lagi di telinganya. Namun berhasil membuat langkahnya terhenti dan melihatnya sekilas.

"Yaampun Fika.. tante khawatir banget sama kamu."

Terlihat jelas sekali dari kejauhan wajah polos gadis itu yang tersenyum lebar menyambut Ratna.

"Maaf tante, tadi Fika naik angkot jadi agak lama."

"Kenapa kamu gak bareng sama Arga?"

"Heem.. tadi Arga udah pulang duluan tante, pas Fika masih di perpus."

Ratna menghela nafas. "Dasar anak itu. Sepertinya tante harus lebih tegas sama dia. Tapi kamu tenang saja, suatu saat nanti Arga pasti mau kok bareng sama kamu." Ucap Ratna seraya mengusap puncak kepala Fika.

Fika pun terkekeh. "Fika gakpapa kok tan, mungkin Arga tadi lagi buru-buru. Lagi pula, Fika nggakmau ngerepotin Arga."

Mendengar pernyataan Fika barusan, tidak memungkiri senyuman Ratna. "Yasudah, kamu sekarang mandi dulu. Setelah itu makan yah."

Fika mengangguk cepat disertai untaian senyum yang tidak pernah ia lepas dari bibirnya. Seolah seperti kebahagiaan tersendiri baginya untuk saling berbagi kebahagiaan lewat senyuman.

Fika berjalan menuju tangga dan baru saja ia menginjak anak tangga, justru kembali terhenti karena menyadari ada seseorang yang sedang berdiri diam di sana dengan tatapan tidak dimengerti. Namun lagi-lagi ia hanya membalasnya dengan senyuman.

"Arga udah nyampe dari tadi?"

Bukan jawaban yang ia dapat, melainkan tatapan tajam penuh kebencian. Tanpa mengatakan apapun, cowo itu berbalik menuju arah kamarnya. Sedangkan Fika hanya bisa menghela nafas sabar menghadapi si dingin kepala batu.

Sepertinya kejadian tadi pagi masih melekat kuat diingatan Arga, karena terlihat jelas dari bagaimana sikap Arga terhadapnya. Tunggu, Arga memang tidak pernah bersikap hangat padanya. Bahkan saat ia masuk ke dalam kamar, cowo itu membanting keras pintunya berpasan saat Fika melewatinya.

Fika hanya bisa mengehela nafas pasrah setelah menatap pintu cokelat itu.

Sabar Fik, sabar... orang sabar dapet jodoh ganteng. Aamiin...

Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu di depan pintu kamar Arga. Sekilas ia masih terbayang dengan tatapan Arga barusan ada rasa bersalah dan juga rasa sedih yang ia rasakan. Sebenci itukah Arga terhadapnya? Fika benar-benar tidak mengerti.

Entah apa kesalahan yang pernah ia lakukan, Fika selalu ingin menanyakan hal itu pada Arga, namun semua itu pasti akan sia-sia saja. Karena Arga tidak akan menggubrisnya walaupun ia harus memohon.

Fika membuka kunci kamarnya lalu mendorongnya perlahan, angin dingin dari ruangan gelap gulita itu mulai menerpa permukaan kulitnya. Walaupun keadaan di luar masih hangat namun pendingin ruangan di kamarnya membuat ruangan itu semakin dingin. Sebenarnya Fika lupa tidak mematikannya sebelum ia berangkat ke sekolah tadi.

Fika meletakkan tasnya di atas meja belajar sebelum ia menyalakan lampu kamar dan membuka gorden tinggi yang menutupi sinar matahari. Setidaknya cahaya matahari ini akan sedikit mengurangi udara dingin di kamarnya.

Hari yang panjang dan cukup melelahkan, itulah yang selalu Fika rasakan sesaat ia berbaring di kasur menatap langit-langit kamar. Bayangan perjalanannya yang sulit kini mulai terputar kembali. Jika saja semuanya mampu ia putar, maka ia akan melakukannya.

Rumah ini telah menjadi tempatnya berteduh, dan di rumah inilah ia merasa di lindungi. Walaupun ia tahu, tidak semua orang di rumah ini menerima dirinya.

Sungguh tak di sangka, sudah satu bulan lamanya ia tinggal di rumah besar ini. Dari mulai adaptasi hingga mulai terbiasa. Fika bangun dari posisinya, membenahkan rambut kepangnya sebelum ada suara ketukan pintu terdengar.

"Fika!"

"Iyah tante?" Teriak Fika kemudian segera turun dari ranjang dan membukakan pintu.

"Loh, kamu belum ganti baju?" Tanya Ratna.

"Belum tan, tadi tiduran sebentar hehe.."

"Oh gitu,"

"Memangnya ada apa tante?"

"Gini, tante cuman mau ngajak kamu bantuin tante masak soalnya hari ini tante mau bikin menu spesial buat Arga. Kamu mau kan bantu tante?"

Fika tersenyum. "Mau tante."

"Yaudah kamu mendingan sekarang mandi dulu, setelah itu kamu kebawah yah bantuin tante."

Fika mengangguk kemudian menutup pintu kamarnya saat setelah Ratna menuruni tangga. Ia pun bergegas mengambil handuk yang menggantung di sebelah lemari, dan berjalan menuju kamar mandi.

*****

"Akhirnya selesai juga yah." Ucap Ratna menatap seluruh makanan di atas meja makan yang telah selesai dibuat.

"Iya tante, alhamdulillah." Ucap Fika.

Ratna tersenyum senang menatap Fika dan seketika itu terbesit sesuatu di benaknya.

"Fika, kamu panggil Arga gih di kamarnya."

Seketika Fika membelalak, tenggorokkannya pun kini terasa kering. "Fika?"

"Iyah kamu. Memangnya siapa lagi?"

Fika meneguk salvinya, bayangan akan tatapan Arga tadi pagi mulai kembali teringat dan semakin membuatnya minder. "Tapi tante-"

"Sudah kamu cepetan panggil Arga, massa tante terus yang manggil. Lagian kaliankan berteman."

Berteman darimananya?

"Arga gakbakalan ngapa-ngapain kamu kok, tenang aja ada tante disini." Ucap Ratna lagi membuat Fika akhirnya mengalah untuk menurutinya. Ia pun mulai melangkah menaikki anak tangga.

Fika berjalan perlahan saat hampir dekat dengan pintu kamar cowo itu. Entah sudah berapa doa yang ia panjatkan sebelum akhirnya ia sampai tepat di depan pintu berwarna cokelat itu. Dengan keberanian sedikit, Fika pun mengangkat tangannya berniat akan mengetuk pintu.

Namun betapa terperanjatnya ia karena belum sempat ia mengetuk tiba-tiba pintu itu telah terbuka. Dan ia bisa melihat kembali sorot tajam elang dari cowo itu.

"Ngapain lo?"

Suara sangar itu, suara yang sudah biasa Fika dengar dari sosok tinggi di depannya.

"I-itu.. Fika mau-"

Belum sempat Fika menyelesaikan perkataannya, Arga si cowok dingin itu lebih dulu meleos meninggalkannya begitu saja. Fika yang masih menatap punggung cowo yang tengah menuruni tangga itu pun hanya bisa mengelus dadanya pelan.

"Sabar.. cewe sabar dapet jodoh ganteng."

Fika kembali menuruni tangga dan dari sana ia bisa melihat jelas sosok dingin Arga yang kini telah duduk santai di atas kursi meja makan. Cowo itu fokus dengan apa yang sedang ibunda tercintanya terangkan, Ratna dengan semangatnya menerangkan masakan apasaja yang telah ia buat khusus untuk dirinya bahkan Ratna menjelaskan bahwa Fikalah yang telah membuat beberapa menu makanan kesukaan Arga. Arga pun hanya bisa mengangguk sekali untuk merespon, bahkan melihat ekspresinya yang sedatar dinding sudah bisa menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak tertarik akan hal itu.

"Fika ayo makan dulu. Kamu pasti laper kan?"

Fika yang telah turun dari tangga pun berjalan menghampiri meja makan. Ia menarik kursi tempat biasanya ia duduk tepatnya berada di samping Ratna.

"Arga kamu mau nyoba yang mana dulu?" Tanya Ratna tidak sabaran.

Arga terdiam sejenak, ia meneliti satu per satu makanan yang terhidang di atas meja.

"Arga mau makanan yang dibuat mamah."

Fika menghela nafas pelan, ia memutar bola matanya saat menyaksikan Arga mulai menyentuh beberapa masakan buatan Ratna terkecuali masakan buatannya.

"Jangan punya mamah aja dong Arga, masakan Fika juga." Protes Ratna.

"Nggak mah, diliatnya aja gakenak. Apalagi rasanya."

"Arga! Kamu itu kebiasaan, jangan suka nge judge masakan orang kalo kamu sendiri belum ngerasainnya. Kamu coba dulu dong nak, mamah yakin masakan Fika nggak kalah enaknya sama masakan mamah."

Arga menghela nafas, ia pun menarik salah satu piring masakan milik Fika dan ia mulai menyinduknya ke piring miliknya. Arga pun langsung melahapnya bersama nasi putihnya.

"Gimana? Enakkan?" Tanya Ratna penasaran.

Arga menatap Fika sekilas yang kini sedang tertunduk tidak berani menatapnya.

"Gak enak."

Fika menelan salvinya berat saat Arga mengatakan hal kejam itu. Sedangkan Ratna mendengus dengan sikap anaknya yang terlalu jujur dan to the point.

"Masasih? Mamah gakpercaya." Ratna akhirnya mengambil sesendok masakan Fika dan langsung melahapnya. "Ah enak kok. Enak banget malah."

Arga terdiam tidak lagi mengomentari perkataan ibunya. Ia tetap melanjutkan makan sama seperti Fika yang juga mulai melahap makanannya. Beberapa menit akhirnya makanan mereka habis. Seperti biasanya Fika akan membantu membereskan sisa makanan dan piring-piring kotor ke dapur.

"Anak-anak tunggu sebentar." Ratna memanggil Arga dan Fika yang akan berjalan berlawanan arah. Mereka pun berbalik dan menatap Ratna di sana. "Mamah mau ngomong sesuatu sama kalian."

"Ngomong apaan mah?" Tanya Arga cepat terlihat tidak ingin terlalu lama di sana.

"Kalian kesini dulu."

Fika dan Arga pun berjalan menghampiri Ratna. "Gini, mamah sebenernya mau bilang dari kemarin cuman mamah lupa bilang kalo mamah minggu depan mau pergi ke Singapure jadi-"

"Jangan bilang Arga harus jagain dia." Tanya Arga tiba-tiba. Dan memang tepat pada sasaran.

Ratna terkekeh. "Kamu ini, udah kaya peramal aja. Tapi ada benarnya juga. Mamah kayanya bakalan lama di sana jadi mamah titip rumah sama kalian berdua. Dan kamu Arga, selain jagain rumah kamu juga harus jagain-"

"Gak mah. Arga nginep di rumah temen."

Ratna membulatkan matanya lalu mencubit lengan Arga meskipun cowo itu tidak sedikitpun merasa kesakitan.

"Jangan begitu Arga. Nanti kalo kamu di rumah temen kamu, Fika sama siapa di sini?"

"Ya terserah dia mah. Lagian dia bukan siapa-siapa di sini. Kenapa mamah gak suruh dia balik ke rumahnya aja."

"Arga! Jaga ucapan kamu. Mamah gaksuka yah kamu ngomong kaya gitu."

Arga terdiam dan memasukkan kedua lengannya ke saku celana depan.

"Pokonya mamah gakmau tau, kamu dan Fika harus akur saat mamah pergi nanti. Dan kamu Arga, kamu harus jagain Fika. Kalo sampe Fika kenapa-napa, mamah gakmau anggap kamu anak mamah lagi."

Terpopuler

Comments

Alvin Jihan

Alvin Jihan

aturan Thor sih fikanya bisa bela diri juga dong di atasnya Arga kan seru jadinya

2022-01-16

1

Rita

Rita

fika ...diubah donk penampilannya....biar ngak culun ...😁 lanjut thor.....👍👍👍

2020-10-10

2

Dewi Anggara

Dewi Anggara

ach aku mau sabar dech byar dpt yg ganteng😁😁😁

2019-11-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!