"Sial!"
Geraman amarah seseorang menggema di seluruh penjuru ruangan luas lapangan basket. Cowo berambut kecoklatan itu melepar bola basket dan sesekali memukul benda-benda tak bersalah hingga hancur ataupun penyok. Ia tidak peduli jika akan ada seseorang yang memarahinya bahkan guru sekalipun ia tidak peduli, yang terpenting sekarang ia bisa melampiaskan seluruh amarahnya yang tengah menyala-nyala.
"Brengsek!"
Erangan frustasi menyeramkan itu kembali terdengar saat ia melempar bola besar ke depan dan mengenai beberapa kursi penonton hingga memantul balik ke tangannya. Selanjutnya ia kembali melempar bola itu lagi begitu dan seterusnya, bahkan lemparan sekarang hampir saja mengenai kaca namun berhasil meleset.
Semua peristiwa pagi ini benar-benar membuat amarahnya semakin bertumbuh. Tidak hanya sekali saja kejadian ini terjadi, melainkan sudah kesekian kalinya. Dan yang paling menyebalkan bukan karena perkelahian itu, tetapi dengan orang yang selalu mengacaukan kesenangannya itu.
Ia kembali berdiri sambil mengacak frustasi rambutnya. Rasa kesalnya tak kunjung juga reda, ia berharap semua ini akan segera berakhir. Namun suara decitan pintu terbuka membuat cowo itu kembali mengeraskan rahangnya.
"Ngapain lo kesini?!"
Cowo itu kembali memberikan tatapan membunuh.
"Arga.. Arga nggakpapa kan?" Cewe berkepang itu dengan berani melangkah mendekatinya namun Arga mengintruksikan tangannya hingga cewe itupun berhenti di tempatnya.
"Pergi lo dari sini." Ucap Arga masih dalam nada tenang berharap cewe itu akan menurutinya.
Namun kenyataannya tidak, cewe itu justru menggelengkan kepala dengan ekspresi khawatir. "Fika nggakmau pergi, Fika mau nemenin Arga di sini. Wajah Arga memar dan berdarah. Jadi Fika mau-"
"Gue gak butuh bantuan lo!" Arga berdiri dan mulai berjalan.
"Tapi Fika mau membantu. Fika harus ngobatin luka Arga, Arga mau kan di obatin?"
"Sampai kapan lo mau gangu hidup gue hah!?" Arga membentak sambil berjalan mendekatinya "Apa belum puas lo hancurin hidup gue?"
Arga terus melangkah dan cewe itu pun reflex melangkah mundur. "Arga.. berhenti."
"Kenapa? Lo takut sama gue!?"
Fika menunduk sambil menyengkram kuat kotak obat di tangannya, kakinya tidak mampu ia tahan karena spontan terus melangkah mundur. Ia berharap mampu menatap cowo itu.
"Jawab sialan!"
Fika terhentak ia pun menggeleng ragu. "Fi-Fika nggak takut sama Arga.”
"Kenapa?"
Fika terdiam berusaha mengendalikan gemetar di kakinya. Kebohongan terbesar yang pernah ia lakukan adalah mengatakan bahwa dia tidak takut dengan Arga. Namun kenyataannya, hanya dengan menatap cowo itu saja ia tidak sanggup.
"Jawab!" Arga menggebrak pintu di belakangnya dan berhasil menyudutkan Fika.
"Karena Fika tau Arga bukan orang jahat."
Ucapan Fika barusan membuat Arga mengangkat satu alisnya kemudian tersenyum kecut.
"Apa perlu gue tunjukkin kejahatan gue sama lo?"
Fika terhentak dan mengangkat kepalanya menatap mata gelap Arga. "Nggak! Arga bukan orang jahat." Ia berusaha meyakinkan.
BRAKKK!!
Arga memukul pintu tepat di samping wajah Fika membuatnya spontan menjerit. Dan menjatuhkan kotak obatnya.
"Lo gak tau siapa gue. Jadi berhenti ganggu hidup gue, ngerti lo!?"
Fika berunsut berjongkok menahan gemetar teramat dahsyat. Sementara Arga masih berdiri di depannya.
"Semenjak lo ada, hidup gue gak pernah tenang dan itu semua gara-gara lo!"
“Asal lo tau, sampai kapanpun gue gakakan pernah nerima lo dalam hidup gue. Kalo bukan karena dia, lo pasti udah gue abisin sekarang juga!”
Fika berusaha sekuat mungkin menahan tangisan yang ingin keluar namun ia terlalu lemah, keberaniannya selalu luntur saat laki-laki itu membentaknya bahkan mengancamnya. Dengan susah payah ia menelan ludahnya untuk berbicara. "Fika nggak bermaksud buat ganggu Arga. Tapi..Fika peduli sama Arga."
Arga berbalik badan sambil mengacak frustasi rambutnya. "Gue gakbutuh kepedulian dari lo! Yang gue mau lo pergi dari hidup gue, ngerti gak sih lo?!"
Cewe berkepang itu akhirnya mengangkat wajahnya yang sudah di banjiri air mata.
"Nggak, Fika nggakbisa. Fika tau Arga marah, tapi Fika nggakmau jauh dari Arga. Fika akan selalu ada buat Arga. Apapun resikonya nanti, Fika akan siap menanggungnya.” ucapnya lirih.
Arga menggertakkan rahangnya dan memukul ke udara. “ANJING!”
Fika terisak, dan Arga kembali menendang pintu sebelum menarik pintu itu dengan paksa dan menutupnya kasar. Fika masih tertunduk di sana di balik pintu, bahkan saat tubuhnya terdorong karena Arga membukakan pintu pun tidak sedikitpun membuatnya menyingkir. Arga membanting pintu itu hingga kembali tertutup rapat.
Dia masih diam menatap kosong lantai hitam dan dingin di bawah kakinya bersamaan genangan airmata yang terus mengalir melewati pipinya.
"Fika tau Arga benci sama Fika, tapi asal Arga tau... Fika sayang sama Arga."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Fakta lebih baik dicintai dari pada mencintai tuh bener ya🙂
2020-11-06
1
E_Sansgirl.~
cintailah orang yg mencintai kamu
jangan kamu cintai orang yg kamu cintai ...
karna mungkin saja orang yg kamu cintai bisa saja mengecewakanmu ..
tapi orang yg mencintai kamu justru dapat membuat dirimu bahagia
yg setuju quote bikinan gw like & komen guys ... wkwkwkkwk :D
2020-10-30
14
Ribka Abigail
fika kepedean🤣🤣
2020-10-11
1